Napak tilas makam Suryopranoto
Pada Sabtu, 7 Desember 2024. Komunitas Sakatoya kali ini melibatkan komunitas sejarah Alon Mlampah, Kolektif Arungkala, dan anggota Pramuka SMAN 11 Yogyakarta untuk menjadi bagian dari teater yang bertajuk "Vergadering Sarekat Islam (Suatu Hari Sebelum Indonesia)" yang diselenggarakan di Amphiteater, Taman Budaya Yogyakarta pukul 15.00 - 17.00 WIB.
Seni pertunjukan spekulatif ini berupaya mereka ulang situasi kongres Sarekat Islam (SI) yang menghadirkan pertemuan dan perdebatan para tokoh kunci SI dalam satu ruang dan waktu yang sama.
Namun sebelum itu, seluruh peserta akan diajak ke dua lokasi: Makam Suryopranoto yang berada di Gambiran, Umbulharjo dan Aula Boedi Utomo SMAN 11 Yogyakarta.
Untuk perjalanan menuju lokasi, panitia telah menyediakan akomodasi berupa dua bus. Setiap bus disesuaikan dengan pembagian kelompok, yaitu kelompok berpita kuning dan kelompok berpita ungu, sehingga mempermudah pengorganisasian peserta selama perjalanan.
Saat menuju lokasi pertama, panitia memberikan penjelasan tentang biografi Suryopranoto yang nantinya akan menjadi petunjuk dalam mengisi Teka-Teki Suryopranoto (TTS).
"Dimohon untuk seluruh peserta agar mendengarkan dengan seksama biografi yang akan kami bacakan, yang nantinya akan menjadi clue untuk teman-teman semua dalam mengisi Teka-Teki Suryopranoto (TTS). Dan nantinya akan ada sebelas orang yang beruntung mendapatkan cinderamata dari kami," ujar salah salah satu panitia.
Saat tiba di lokasi pertama, seluruh peserta berkesempatan untuk mengunjungi makam Suryopranoto. Di makam yang sederhana itu, peserta seakan-akan dibawa ke masa-masa sulit namun penuh semangat pergerakan.
Di sini, setiap peserta dapat membayangkan bagaimana Suryopranoto, dengan suara lantangnya, menyerukan kepada para buruh untuk bersatu, tidak tunduk pada penindasan, dan menggunakan aksi mogok sebagai senjata paling ampuh untuk melawan penindasan.
Singkatnya, ia tidak hanya menjadi seorang pemimpin, tetapi juga sebagai simbol---simbol bahwa perlawanan bisa dilakukan tanpa kekerasan, namun hanya dengan keberanian dan solidaritas antar buruh dan rakyat kecil.