Sumber daya sosial dan ekonomi di dalam keluarga merupakan salah satu yang penting untuk membentuk resiliensi di dalam keluarga. Melalui pola organisasi di dalam keluarga yang baik, maka keluarga tersebut akan memiliki keterbukaan dalam sumber daya ekonomi yang dimiliki dan memberikan dukungan sosial yang optimal ketika menghadapi krisis. Sumber daya ekonomi yang dapat didistribusikan dengan baik dan dipikirkan bersama antar anggota keluarga merupakan ciri keluarga yang resilien. Selain itu dukungan sosial juga dapat dilakukan dengan cara saling menguatkan, memberikan informasi yang lebih memberdayakan, membangkitkan semangat dan harapan di dalam keluarga di tengah-tengah krisis dan berupaya untuk membuat segalanya menjadi suatu hal yang normal untuk dijalani.
Proses Komunikasi dan Pemecahan Masalah (Communication and Problem-Solving Processes)
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk meningkatkan fungsi dan resiliensi keluarga. Komunikasi memungkinkan adanya pertukaran informasi, keyakinan, ekspresi emosi dan proses pemecahan masalah (Ryan et al.,2005 dalam Walsh, 2016). Dengan adanya komunikasi maka keluarga dapat bersama-sama bersinergi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Aspek komunikasi didukung oleh adanya kejelasan, keterbukaan ungkapan emosi, dan penyelesaian masalah yang kolaboratif. Contohnya, apabila ada anggota keluarga yang menyampaikan kesulitannya, maka anggota keluarga yang lain mendengarkan dengan empati serta tidak menggunakan kata-kata yang negatif maupun intonasi yang memprovokasi. Komunikasi yang baik akan menciptakan dukungan moral yang signifikan bagi masing-masing anggota keluarga.Aspek komunikasi di dalam keluarga meliputi :
Kejelasan
Kejelasan merupakan hal yang penting di dalam komunikasi. Informasi yang jelas yang disampaikan di dalam keluarga baik dengan kata-kata, sikap dan perbuatan maka akan membantu anggota keluarga untuk dapat memaknai situasi secara menyeluruh, mengembangkan keterbukaan dalam hal emosi, dan tindakan yang diambil dalam situasi krisis.
Keterbukaan ungkapan emosi
Keluarga yang resilien mampu melakukan komunikasi dengan terbuka dalam mengungkapkan emosi atau perasaan antar anggota keluarga. Dengan keterbukaan antar anggota keluarga maka mereka akan dapat saling menghibur dan dapat saling menunjukkan empati antar anggota keluarga.
Penyelesaian masalah yang kolaboratif
Keluarga yang resilien memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah bersama-sama ketika menghadapi krisis. Mereka akan berupaya untuk memberikan ide, saran yang konstruktif untuk dapat bangkit dari krisis yang dialami oleh keluarga.
Resiliensi keluarga terdiri dari 2 faktor yang memengaruhi yaitu faktor risiko dan faktor protektif. Faktor yang dapat mendorong timbulnya  hasil yang negatif pada keluarga merupakan faktor risiko. Sementara, faktor yang dapat mengurangi kemungkinan timbulnya hasil negatif yang ada pada keluarga merupakan faktor protektif (Mackay, 2003). Dengan demikian, ketika faktor protektif ditingkatkan maka dapat mengurangi hasil negatif yang timbul pada keluarga. Faktor-faktor protektif yang ada pada resiliensi keluarga :
- Individu
Individu yang memiliki ketahanan atau kekuatan adalah pondasi bagi keluarga yang stabil dan suportif. Faktor protektif individu yang merupakan hal yang penting untuk resiliensi keluarga, diantaranya sebagai berikut : regulasi emosi, sistem keyakinan, peningkatan pendidikan dan keterampilan, temperamen, kesehatan, jenis kelamin, dan sebagainya (Benzies dan Mychasiuk, 2008).
- Keluarga