Mohon tunggu...
Kiky Ramadhan
Kiky Ramadhan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Infrared

21 Maret 2017   21:40 Diperbarui: 21 Maret 2017   21:47 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI

POST FRAKTUR COLLES 1/3 DISTAL DEKSTRA dengan MODALITAS

INFRARED

dan TERAPI LATIHAN

Di Susun Oleh :

NAMA            : Rezky Ramadhan

Nim                 : 1610301157

Kelas              : 2B

Kelompok        : 4

UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

2017/2018

ABSTRAK

Colles' fracture is a fracture due to trauma that occurs in the wrist where the fracture is

shaped like a spoon, caused by the patient fell and rested on one hand stretched in the

open and pronation, and their body into the rotating arm (endorotasi). Problems on

postoperative Colles' fracture is often the case, namely: pain, limitation of LGS, atrophy,

decreased functional ability. To provide effective and efficient handling, then was

examined for pain, limitation of LGS, muscle strength, atrophy and functional ability. In

addressing these issues is given in the form Infrred modalities and exercise therapy.

Having given over 6 times the action can be obtained significant results, namely: silent

pain 1.5cm to be 0cm, tender 5.5cm to 2.6cm, motion pain 8.5cm to 5.4cm, LGS on

elbow: R=30°-0°-15° to R=65°-0°-45°, wrist: S=30°-0°-30° to S=45°-0°-55°, F=5°-0°-

20° to F=15°-0°-25°, MCP I: S=0°-0°-30° to the S=0°-0°-55°, MCP II-V: S=0°-0°-35° to

S=20°-0°-70°, MMT on the flexor-extensor elbow: 3 to 4, pronator - elbow supinator: 2

to 3, flexor - extensor wrist: 1 to 3, radial - ulnar deviator wrist: 2 to 4, MCP flexor I: 2 to

4, extensor MCP I: 3 to 4, flexor MCP II-V: 2 to 4, and extensor MCP II-V: 3 to 4,

Antopometri the atrophy remains Proc. Styloideus ulna 17cm, 5cm to 19cm distal,

proximal to the 13.5 cm 5cm, 17cm and 10cm proximal to, and functional ability in

Duruoz Hand Index from 56 to 30.

PENDAHULUAN

      

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan

mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi Fraktur colles adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudianmenyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.Problematik yang ditemui pada kasus post fraktur colles antara lain nyeri, atropi otot, keterbatasan lingkup gerak sendi, kelemahan otot, dan gangguan kemampuan fungsional dalam kehidupan sehari-hari.Peran fisioterapi pada kondisi post fraktur colles sangat ditentukan oleh kondisi yang problemnya diidentifikasi berdasarkan hasil-hasil kajian fisioterapi yang meliputi : assesment, diagnosis, tujuan, rencana/planning, prognosis, intervensi, dan evaluasi.Intervensi fisioterapi yang diberikan berupa aspek: promotif, preventif, dan rehabilitatif dengan modalitas dasar fisioterapi.

PEMBAHASAN

 1. Pendekatan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus.

 2. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan interview dan observasional pada seseorang pasien dengan kondisi post fraktur colles.Desain penelitian digambar sebagai

berikut :

Keterangan :

X : Keadaan pasien sebelum diberikan program fisioterapi

Y : Keadaan pasien setelah diberikan program fisioterapi

Z : Program fisioterapi

Permasalahan yang timbul sebelum pasien menjalani program fisioterapi adalah pasien merasakan adanya nyeri, atropi otot, penurunan kekuatan otot, keterbatasan lingkup gerak sendi dan gangguan aktivitas fungsional, kemudian pasien pergi ke fisioterapi untuk menjalani program terapi. Sebelumnya pasien menjalani pemeriksaan fisioterapi berupa: nyeri dengan VAS(Verbal Analoque Scale), kekuatan otot dengan MMT(manual muscle testing), lingkup gerak sendi dengan goneometer, atropidengan antopometri,dan kemampuan fungsional dengan Duruoz Hand Index.Setelah melakukan pemeriksaan didapatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional, oleh fisioterapi pasien diberikan modalitas terapi berupa infrareddan terapi latihan. Dengan pemberian tersebut diharapkan adanya peningkatan pada kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.

Intrument Penelitian

1. Nyeri dengan VAS

VAS (Visual Analogue Scale) yaitu pengukuran derajat nyeri dengan sepuluh skala penilaian pada sebuah garis pada skala nyeri (0 –10) dengan besarannya dalam satuan centimeter, panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukkan nyeri hebat.

2. Kekuatan Otot dengan MMT

Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT (Manual Muscle Testing) dengan kriteria: nilai 0 (zero/ tidak ada kontraksi dan gerakan), 1 (trace/ hanya ada kontraksi otot), 2 (poor/ ada gerakan tetapi tidak melawan gravitasi), 3 (fair/ ada gerakan dan melawan gravitasi), 4 (good, ada gerakan melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal dari terapis), 5 (normal

ada gerakan melawan gravitasi dan melawan tahanan maksimal dari terapis).

3. Lingkup Gerak Sendi dengan Goneometer

Merupakan suatu cara dilakukan oleh fisioterapi untuk mengetahui besarnya LGS yang ada pada suatu sendi dan membandingkannya dengan LGS pada sendi normal yang sama.Dalam hal ini penulis menggunakan alat yaitu goneometeruntuk mengukur LGS.

4. Atropi dengan Antopometri

Pada pemeriksaan atrofi otot alat yang digunakan adalah meteran (midline). Dengan pengukuran menggunakan patokan-patokan tertentu dan dengan jarak ukur yang konsisten dari patokan yang diambil.

5. Kemampuan Fungsional

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya permasalahan pada pasien

dalam kemampuan fungsional sehari-hari menggunakan Duruoz Hand Index (DHI). Dengan penilaian sebagai berikut: 0 = Ya, tanpa kesulitan, 1 = Ya dengan sedikit kesulitan, 2 = Ya dengan beberapa kesulitan, 3 = Ya dengan banyak kesulitan, 4 = Hampir tidak dapat dilakukan, 5 = Tidak mungkin dilakukan. Range nilai: Total nilai berkisar antara 0 sampai 90 pada tiap item, yaitu: skor untuk Kitchensubskala berkisar dari 0 sampai 40, skor untuk Dressing,Kebersihan, dan Kantor subskala berkisar dari 0 sampai 10, dan skor untuk rentang

lainnya 0-20.

Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengambilan atau pengumpulan data ini mencakup:

1. Data Primer

a. Pemeriksaan fisik

Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari: vital sign, inspeksi, palpasi, pemeriksaan gerakan dasar, kemampuan fungsional dan lingkungan aktivitas.

b. Interview

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan jalan tanya jawab antara terapis dan

dengan sumber data.

c. Observasi

Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien selama diberikan terapi.

2. Data Sekunder

a. Studi dokumentasi

b. Data pustaka

    Didapatkan dari buku-buku, majalah, dan kumpulan jurnal serta website yang berkaitan dengan kasus fraktur colles.

ANATOMI & FISIOLOGI

Anatomi dan Fisiologi Lengan Bawah

1. Tulang (Osteologi)

a. Tulang Radius

Tulang radiusterletak disebelah lateral lengan bawah. Ujung atasnya bersendi dengan humerus pada articulatio cubitidengan ulna pada articulatio radioulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan os scaphoideum dan os lunatum pada articulatio carpalis dan dengan ulna pada articulatio radioulnaris distal.

b. Tulang Ulna

Tulang ulna merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya bersendi denganhumerus pada articulatio cubitidan dengan caput radiipada articulation ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi dengan radiuspada articulatio ulnaris distalis, tetapi dipisahkan dari articulatioradiocarpalis dengan adanya facies articularis. Ujung atas ulna besar, dikenal sebagai processus olecranii. Bagian ini membentuk tonjolan pada siku.

c. Tulang Phalangs

Rangka tangan (tulang phalangs) dibagi menjadi beberapa tulang, yaitu: ossa carpi (tulang-tulang pergelangan tangan), ossa metacarpi (tulang-tulang telapak tangan) dan phalanges digitorum manus (9 ruas-ruas jari tangan).

2. Persendian (Arthrologi)

a. Sendi Siku

Sendi siku sangat stabil karena faktor statika yang membentuk sendi cukup kuat cakupannya dan juga dipengaruhi oleh struktur stabilitas pasif berupa ligamentum yang

mengikatnya serta adanya stabilitas dinamis yang berupa otot-otot.

b. Sendi pergelangan tangan

Sendi pergelangan tangan adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya sendi wristmempunyai dua derajat kebebasan yaitu palmar-dorsal flexi sertara dial dan ulnar deviasi.

3. Persarafan (Neurologi)

a.Nervus Radialis (C5-Th1)

Terletak dibelakang tulang humerus dan sulcus muskulospiralis lateralis dan mencapai sisi antero lateral bagian bawah lengan atas.

b. Nervus Ulnaris

Terletak di depan nervus radialisdan otot latisimus dorsike distal masuk ke sulcus bicipitalis yang berjalan di antara caput humeral dan ulna.

c. Nervus Medianus (C6-Th1)

Terletak di ventral dari arteri axillaris ke distal masuk sulcus bicipitalisterus ke cubiti diantara

caput humeral dan caput ulna.

4. Pembuluh darah (Vaskularisasi)

a. Arteri

1) Arteri radialis

Arteri radialis adalah cabang terminal yang lebih kecil dari arteri brachialis yang berjalan dibawah tendo extensor policis longusberjalan memasuki telapak tangan.

2) Arteri ulnaris

Arteri ulnaris juga merupakan cabang terminal yang lebih kecil dari arteri

brachialis.

b. Vena

1) Venacephalica

Vena melintasi ke proksimalpada fascia superficialis,mengikuti tepi lateral pergelangan tangan dan pada permukaan antero lateral lengan bawah dan lengan atas.

2) Venabasilica

Vena yang melintasi pada fascia superficialisdisisi medialis lengan bawah dan bagian distal lengan atas.

3) Vena Media cubiti

Vena ini merupakan pembuluh penghubung antara vena basilica dan vena cephalica sebelah depan daerah fossa cubiti.

BIOMEKANIK

Gerakan sendi radiokarpal adalah flexi dan extensi pergelangan tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan pada sendi radioulnardistaladalah gerak rotasi. Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1°- 23°pada bagian palmar (ventral). Dan sudut normal yangdibentuk tulang ulna terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15o- 30°.

Obyek yang dibahas

1. Nyeri

Nyeri adalah proses normal pertahanan tubuh yang diperlukan untuk memberi tanda bahwa telah terjadi kerusakan jaringan.

2. Kekuatan otot

Yaitu kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot atau group otot secara voluntary.

3. Lingkup gerak sendi (LGS)

LGS adalah lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.Posisi awal biasanya posisi anatomi dan disebut Neutral Zero Starting Position (NZSP). Ada tiga bidang gerak dasar yaitu bidang frontal, bidang sagital, dan bidang transversal.Apabila suatu sendi mempunyai LGS komplit secara pasif dan LGS aktifnya tidak komplit, maka harus dihubungkan dengan kemungkinan adanya kelemahan otot.

4. Atropi

Merupakan simtoma penyusutan jaringan atau organ. Atrofi adalah salah satu bentuk adaptasi yang ditandai oleh berkurangnya ukuran sel jaringan atau organ di dalam tubuh.

5. Kemampuan Fungsional

Dengan adanya permasalahan kapasitas fisik yaitu adanya nyeri, penurunan kekuatan otot, penurunan LGS, dan adanya atrofi otot, maka kemampuan fungsional yang seharusnya dapat dilakukan mengalami gangguan, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan terapi latihan. Sehingga dapat mengembalikan aktifitas fungsional secara mandiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • Nyeri

Nyeri tersebut dapat berkurang karena telah dilakukan terapi infrareddan terapi latihan.Karena menurut Sujatno dkk, bahwa infraredyang diberikan kepada pasien secara teratur dapat memberikan efek terapeutik yang berupa rileksasi otot, meningkatkan suplai darah, menghilangkan sisa-sisa metabolisme sehingga nyeri dapat berkurang. Sedangkan menurut Melzack dan Wall, terapi latihan yang dilaksanakan secara teratur dengan dosis yang sesuai secara teknik gerakan dan fiksasi yang benar dapat menyeimbangkan aktivitas stresor dan depresor pada jaringan yang mengalami atau cidera sehingga hal tersebut dapat mengurangi nyeri.

  • Lingkup Gerak Sendi

Kekuatan sendi, nyeri dan penurunan kekuatan otot berpengaruh terhadap LGS, akibat beberapa hal ini maka pasien akan membatasi gerakan-gerakan sehingga LGS akan terbatas.

Berdasarkan hasil evaluasi diatas, terdapat peningkatan LGS dikarenakan pemberian terapi latihan. Terapi latihan ini dapat mencegah terjadinya atropi, menjaga elastisitas dan kontraktilitas jaringan otot, mobilisasi, stabilitas, rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner, 1996).

  • Kekuatan otot

Dengan adanya nyeri dapat membatasi gerakan-gerakan sehingga mengakibatkan lingkup gerak sendi menjadi terbatas. Dalam jangka waktu yang lama hal tersebut bisa berpengaruh pada kekuatan otot.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, menunjukan adanya perubahan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan teori W.F Ganong (1995) bahwa dengan terapi latihan secara aktif dapat meningkatkan kekuatan otot karena suatu gerakan pada tubuh selalu diikuti oleh kontraksi otot, kontraksi otot tergantung dari banyaknya motor unit yang terangsang. Dengan demikian kekuatan otot dan daya tahan otot pun menjadi meningkat.

  • Atropi

Adanya perbedaan lingkar tubuh pada lengan bawah kanan dibanding dengan lengan bawah kiri, yangmana biasa disebut atropi. Hal ini dikarenakan pasien jarang menggerakan tangan sebelumnya. Namun berdasarkan tabel diatas bahwa atropi otot tidak berubah, dikarenakan pemberian terapi latihan dengan metode passive exercise, active exercise,dan hold relaxpada kondisi fraktur dapat mencegah terjadinya atropi yang berlebihan.

  • Kemampuan Fungsional

Dalam kemampuan aktivitas fungsional sehari-hari pasien fraktur ini dikarenakan pasien masih merasa nyeri, kekuatan otot belum maksimal dan gerakan masih terbatas sehingga sangat berpengaruh pada kemampuan fungsional. bahwa pasien mengalami peningkatan kemampuan fungsional dalam aktivitas sehari-hari.

KESIMPULAN

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fraktur colles dapat mengakibatkan permasalahan-permasalahan fisioterapi, yaitu: adanya nyeri tekan dan nyeri gerak, keterbatasan LGS pada elbow dekstra, wrist dextra dan MCP I-V dextra, penurunan kekuatan otot-otot penggerak sendi elbow dextra, wrist dextra dan MCP I-V dextra, atropiotot pada lengan bawah kanan, dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Modalitas fisioterapi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut adalah infrareddan terapi latihan. Setelah dilakukan penanganan fisioterapi sebanyak enam kaliterapi dengan pemberian modalitas infrareddan terapi latihan didapatkan hasil adanya perubahan yang signifikan, yaitu: (1) Nyeri berkurang pada (T1-T6): nyeri diam 1,5cm menjadi 0cm, nyeri tekan 5,5cm menjadi 2,6cm, nyeri gerak 8,5cm menjadi 5,4cm.(2) Peningkatan LGS pada (T1-T6) sendi elbow: R=30°-0°-15° menjadi R=65°-0°-45°, wrist: S=30°-0°-30°

menjadi S=45°-0°-55°, F=5°-0°-20° menjadi F=15°-0°-25°, MCP I: S=0°-0°-30° menjadi S=0°-0°-55°, MCP II-V: S=0°-0°-35° menjadi S=20°-0°-70°. (3) Peningkatan kekuatan otot

pada (T1-T6) flexor-extensor elbow: 3 menjadi 4, pronator-supinator elbow: 2 menjadi 3, flexor-extensorwrist: 1 menjadi 3, radial-ulnardeviator wrist: 2 menjadi 4, flexorMCP I: 2 menjadi 4, extensor MCP I: 3 menjadi 4, flexor MCP II-V: 2 menjadi 4, dan extensor MCP II-V: 3 menjadi 4. (4) Tidak ada perubahan atropi pada (T1-T6) didapatkan titik patokan: Proc. styloideus ulna 17cm, 5cm ke distal 19cm, 5cm ke proximal 13,5cm, dan 10cm ke

proximal 17cm. (5) Peningkatan kemampuan funsional pada Durouz Hand Index

dari (T1-T6) Jumlah DHI = 56 menjadi 30.Data –data tersebut menunjukkan adanya perubahan dan perkembangan kondisi pasien kearah perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Fraktur Colles. Diakses tanggal 29 Desember 2012. dari http://askep-kesehatan.blogspot.com/2008/07/fraktur-coles.html

Anonim. 2007. Faktur. Diakses tanggal 29 Desember 2012 dari http://herdinrusli.wordpress.

com/2007/12/12/fraktur/

Apley dan Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi ke-7. Widya medika

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3,

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Elisprawati. 2012. Askep Fraktur. Diakses tanggal 5 Februari 2013 dari http://elisprawati.blogspot.com/2012/10/ktiq.html

Helen Sonita. 2012. Anatomi Lengan Bawah. Diakases tanggal 7 Februari 2013 dari

http://helensonitahabibie.blogspot.com/2012/10/anatomi-lengan-bawah.html

Hudaya, Prasetya dr. 1996. DokumentasiPersiapan Praktek Profesional Fisioterapi I.

Akademi Fisioterapi Surakarta

Hopponfeld, Stanley dan Murthy, Vasantha L. 2000. Terapi dan Rehabilitasi Fraktur. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun