Namun tiada respon yang ditunjukkan Yantie atau Angie padanya. Dan itu membuat Wenda menjadi kesal.Â
"Hei.. Kalian daritadi kenapa cuekin aku sih? Emangnya aku disini nggak ada? Sudah kau anggap aku ini setan kambing congek? " ujarnya meradang keras.Â
Namun tetap tiada respon yang ditunjukkan oleh para sahabatnya atas ucapan-ucapannya tadi. Wenda pun marah dan ingin meninggalkan mereka.Â
"Oke kalau begitu, Â aku akan pergi jika kalian tidak membutuhkanku lagi! "ujarnya ketus seraya bergerak meninggalkan sahabatnya itu.Â
Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba tangis Yantie pecah yang kemudian menghentikan langkah Wenda untuk keluar. Dan Yantie berkata pada sahabatnya
"Tapi aku belum siap Gie untuk ini.. Aku bisa menahan kesedihanku ketika aku putus nyambung dengan mas deRni.. Tapi tidak yang ini.. " ujar Yantie dengan penuh emosi kesedihan yang meluap-luap.Â
Wenda pun terdiam mendengarkan bahwa dia telah salah paham dan penasaran hal apa yang telah terjadi pada sahabatnya. Apakah ditinggal oleh orangtuanya?Â
Jelas tidak, karena Yantie adalah sahabat karibnya sejak SMP yang tinggal dengannya karena orangtuanya sudah tidak ada lagi. Kedua orangtua Yantie mengalami kecelakaan tragis ketika dia masih di bangku SMP, Â semenjak itu sahabatnya selalu bersamanya dan bahkan Wenda sudah menganggap Yantie sebagai saudarinya.Â
Belum sempat Wenda bergerak untuk mencobaa menenangkannya, Yantie berkataÂ
"Angie.. Aku belum siap kalau dia itu sudah pergi.. Aku masih butuh dia.." dan pecah tangisan Yantie meraung keras.Â
"Ikhlaskan saja Yan.. Ini semua sudah ada yang mengatur, Â jadi kamu tidak boleh bersikap seperti ini.. Nanti dia pun sedih kalau melihatmu begini" ujar Angie kepada Yantie. Â Emosi Yantie mulai mereda mendengar perkataan Angie.Â