Mohon tunggu...
Dunia Wenda
Dunia Wenda Mohon Tunggu... Administrasi - Misteri Adalah Keindahan

Selamat datang di Dunia Wenda. Legakan Dahaga Sejenak Dengan Menikmati Kisah-kisah Misteri dan Inspiratif Dalam Kehidupan Fana Ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebahagiaan Abadi, Apakah Sungguh Ada?

21 Maret 2019   09:30 Diperbarui: 21 Maret 2019   09:39 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai manusia yang telah menjalani berbagai pengalaman hidup, tentunya sering kita mendengar kata "bahagia", terutama pada film-film dan sinetron di televisi. 

Kebahagiaan pada stereotype nya digambarkan sebagai keadaan yang sedang senang atau gembira dengan dosis yang tinggi sampai sulit digambarkan dengan kata-kata dan hanya bisa diekspresikan dengan rasa dalam bentuk tertawa sampai dengan menangis. Dalam pengertian kata kebahagiaan menurut wikipedia adalah sebagai berikut :

"Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens."

Dari pengertian diatas menyiratkan bahwa kebahagiaan itu mencakup beberapa faktor yang dapat dipengaruhi yaitu kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, dan kegembiraan. Jika diekspresikan akan terjadi suatu kegemparan dari dalam diri sehingga hanya dapat diekspresikan dengan rasa. Namun biasanya keadaan ini hanya berlangsung sementara sebagai efek positif dari rasa shock atau kaget karena mengalami goncangan dari dalam diri tadi.

Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita pernah mengalaminya, dan jika di ingat-ingat pasti akan sulit diingat karena sifatnya sementara dan jika direkam dalam memori hanya teringat rasa senang saja. 

Karena sebagai contoh ketika kita pertama jatuh cinta ada perasaan berdesir atau berbunga-bunga dan udara seketika berbau harum segar ketika membayangkan dia, atau ketika kita kecil dan dibelikan mainan yang kita idamkan terdapat perasaan yang hampir sama ketika jatuh cinta. Hal ini pasti hanya di rekam sebagai rasa senang di dalam memori kita tanpa direkam rasanya yang dahsyat.

Tapi jika kita ingat lebih mendalam atau kebetulan kita melihat contoh kasus orang lain yang mengalaminya kita dapat merasakannya kembali seperti kita ikut senang ketika jagoan kita di sinetron mendapatkan dambaan hatinya atau si miskin menjadi kaya. Kita bisa menangkap rasanya pula. Hal ini terjadi karena kita dikaruniai rasa empati oleh Tuhan Sang pencipta semesta alam.

Oke, setelah paham pola pikir dasar diatas masih terdapat pertanyaan mendasar yaitu

"Kenapa saya tidak pernah bahagia?"

Tentunya anda juga pernah merasakan hal ini. Hal ini terjadi karena adanya rasa kangen kepada rasa itu, karena nikmat maka cenderung adiktif dan dosisnya selalu meningkat seperti obat bius dan kita tidak akan bisa merasakan perasaan yang sama padahal kejadiannya sama karena dosis itu tadi. Hal ini menjelaskan pertanyaan diatas tadi. Karena kebahagian yang bersifat blissfull atau kesenangan dosisnya selalu meningkat sehingga sulit mendapatkannya dengan cara mengulangi event itu.

Setelah memahami kebahagiaan itu, pasti timbul pertanyaan sebagai berikut :

"Apakah tidak ada kebahagiaan yang abadi?"

Untuk menjawab pertanyaan diatas perlu untuk memahami maksud pertanyaan itu. Jika dicari sebab dari kebahagiaan diatas tadi sumber utamanya adalah karena hilangnya kesedihan atau tercapainya suatu harapan. Semakin tinggi dosis kesedihan dan harapan, semakin dahsyat rasa yang dialaminya. Karena itu sulit diulang kembali. Karena itu bagi yang tidak suka dengan kesedihan maka tidak akan pernah bahagia atau pula yang tidak memiliki harapan juga sulit mendapatkan kebahagiaan. Jika di simpulkan maka ;

"Kesedihan adalah masa pendakian untuk mencapai kebahagiaan dan harapan adalah titik dimana kebahagiaan akan tercapai."

Jadi dua faktor itu perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan. Jadi untuk hal kebahagiaan abadi apakah ada? Jawabannya adalah menjawab pertanyaan dibawah ini dan hanya anda sendiri yang bisa menjawabnya :

"Apakah anda siap untuk bahagia?"

Tulisan singkat ini hanya berupa opini penulis yang senang berbagi pemikiran. Jika ada kesalahan dalam redaksional dan penyampaiannya mohon dibukakan pintu maafnya dan apabila isinya berguna dan membantu serta menginspirasi, penulis mengucapkan terima kasih kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun