Seorang anak berinisial ER(25) tega menganiaya ibu kandung sendiri, S(49) lantaran keinginannya dibelikan sepeda motor tidak dipenuhi.
Aksi ini dilakukan ER di kampung pata tumpu induk, kecemasan kebayakan, kabupaten Aceh Tengah pada Rabu (24/4/2024) lalu
.Foto pelaku dan wajah ibunya yang babak belur dipukuli pun viral di media sosial.
Pelaku meminta dibelikan sepeda motor yamaha RX king kepada ibunya namun tidak dipenuhi karena korban tidak punya uang.
Kronologi
Kapolres Aceh Tengah, melalui kasat reskrim, iptu Andika Ardiansyah sok membenarkan peristiwa penganiayaan tersebut.
Iya benar. Motifnya pelaku meminta dibelikan motor, namun tidak sanggupi oleh ibu kandung nya, lalu anaknya marah dan melakukan penganiayaan. Pelaku sudah di amankan, "kata iptu Andika, sabtu(27/4/2024).
Saat kejadian ,pelaku sempat menyuruh ibunya menjual rah yang mereka tempati untuk membeli motor dan sisanya sebagai modal usaha.
Namun sang ibu menolak. Permintaan pelaku karena jika rumah tersebut, dijual, mereka tidak memiliki tempat tinggal lain.
Tidak Terima dengan alasan korban, ER pun langsung menganiaya ibunya berulang kali hingga wajah korban babak belur .
Ayah tiri pelaku yang berada di depan rumah
Mendengar keributan lalu masuk dan mengamankan pelaku.
Saat ini pelaku sudah di amankan satreskrim polres Aceh Tengah dan ditindaklanjuti untuk penyelidikan.
Kekerasan adalah tindakan yang merugikan fisik, psikologis, atau sosial seseorang, yang dapat berupa kekerasan fisik, verbal, psikologis, seksual, ekonomi, atau sosial. Penyebab kekerasan antara lain ketidakmampuan mengelola emosi, pengaruh budaya yang memaklumi kekerasan, ketimpangan kekuasaan, trauma masa lalu, serta masalah ekonomi atau sosial. Dampak kekerasan bisa sangat merugikan, baik secara fisik (luka, cacat, kematian), psikologis (depresi, trauma), sosial (kehilangan relasi, stigma), maupun ekonomi (hilangnya sumber penghidupan). Mencegah kekerasan memerlukan kesadaran, edukasi, dan penegakan hukum yang tegas untuk melindungi hak asasi manusia dan menciptakan masyarakat yang aman dan damai.
Penyebabnya karena anaknya ingin dibelikan sepeda motor dan ibunya tidak sanggup membelikan anaknya sehingga anaknya melakukan penganiayaan terhadap ibunya.
Dalam artikel yang Anda sebutkan, pelaku kekerasan fisik adalah anak kandung yang tega menganiaya ibu kandungnya. Anak tersebut melakukan kekerasan fisik karena ibunya tidak memenuhi permintaannya untuk membelikan sepeda motor.
Kejadian ini menunjukkan tindakan kekerasan yang melibatkan hubungan keluarga, khususnya antara anak dan orang tua, yang seharusnya didasarkan pada kasih sayang dan penghormatan. Kekerasan seperti ini masuk dalam kategori kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), yang memiliki dampak besar baik secara fisik maupun psikologis terhadap korban, dalam hal ini ibu kandungnya.
Peristiwa kekerasan yang terjadi di Aceh Tengah, di mana seorang anak menganiaya ibu kandungnya karena tidak dibelikan motor, menunjukkan beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan harapan. Keberanian masyarakat dan pihak berwenang dalam melaporkan serta menindaklanjuti kasus ini menunjukkan adanya kesadaran untuk menegakkan keadilan dan melindungi korban. Namun, kasus ini juga mencerminkan lemahnya pendidikan karakter dan pengendalian emosi di kalangan generasi muda, serta kurangnya komunikasi yang baik dalam keluarga, yang memicu konflik yang tidak terkendali. Peristiwa ini membuka peluang untuk meningkatkan edukasi mengenai pentingnya nilai moral, penghormatan kepada orang tua, serta pengendalian diri, baik melalui sekolah, komunitas, maupun institusi keagamaan. Selain itu, memperkuat layanan konseling keluarga dapat menjadi langkah preventif untuk mencegah konflik serupa. Ke depannya, diharapkan adanya perhatian lebih terhadap pendidikan moral dan mental generasi muda, serta terciptanya ruang dialog yang sehat dalam keluarga. Diharapkan juga agar hukum ditegakkan dengan adil untuk memberikan efek jera dan mencegah terulangnya kasus kekerasan domestik.
Contoh ayat yang Al-Quran yang berkaitan dengan
1. Surah Al-Isra' (17:23-24)
Ayat Arab: وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا۟ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
وَٱخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيرًا
Terjemahan:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada mereka perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kasih sayang dan berdoalah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil.'"
2. Surah Luqman (31:14)
Ayat Arab: وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Terjemahan:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu; hanya kepada Aku kembalimu."
3. Surah Al-Ankabut (29:8)
Ayat Arab: وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًا ۖ وَإِن جَٰهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَآ ۚ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Terjemahan:
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Tetapi jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak engkau ketahui, maka janganlah engkau menaati keduanya, namun pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Hanya kepada Aku kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
Patuh dan menghormati orang tua adalah kewajiban penting dalam agama, moral, dan sosial. Dalam Islam, hal ini diperintahkan Allah setelah kewajiban menyembah-Nya, seperti dalam Surah Al-Isra' (17:23). Orang tua, terutama ibu, telah berkorban besar untuk membesarkan anak-anak, sehingga berbakti kepada mereka adalah bentuk balas budi yang tak terbalaskan. Menghormati orang tua juga merupakan cara bersyukur kepada Allah, sebagaimana diungkapkan dalam Surah Luqman (31:14). Selain itu, sikap patuh menciptakan keharmonisan keluarga dan menjadi teladan bagi generasi selanjutnya. Di dunia, anak yang patuh mendapat keberkahan, sementara di akhirat, Allah menjanjikan pahala besar bagi mereka yang berbakti.
Peran Orang Tua dalam Mencegah Kekerasan Anak
Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah kekerasan anak terhadap mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menanamkan pendidikan agama dan moral sejak dini, memberikan kasih sayang dan perhatian yang tulus, serta menjadi teladan yang baik dalam sikap dan tindakan. Orang tua juga perlu membangun komunikasi yang terbuka, mengajarkan pengelolaan emosi, dan menghindari sikap otoriter atau memanjakan anak secara berlebihan. Selain itu, memenuhi kebutuhan anak secara bijak dan memberikan penjelasan yang baik ketika tidak dapat memenuhi permintaan mereka sangatlah penting. Dengan pendekatan ini, hubungan harmonis dalam keluarga dapat tercipta, dan kekerasan dapat dihindari.
Peran Lingkungan dalam Mengubah Karakter Seseorang
Lingkungan, baik itu keluarga, sekolah, teman-teman, maupun masyarakat, memiliki peran besar dalam membentuk karakter seseorang. Sejak kecil, anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, nilai-nilai yang diterima di sekolah, serta interaksi dengan teman sebaya dan masyarakat. Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh kasih sayang, saling menghormati, dan memberikan contoh positif, mereka cenderung mengembangkan sifat-sifat yang baik seperti empati, disiplin, dan tanggung jawab. Sebaliknya, lingkungan yang penuh dengan kekerasan, ketidakpedulian, atau nilai-nilai negatif dapat mendorong anak untuk mengadopsi perilaku serupa.
Lingkungan sosial juga dapat berfungsi sebagai cermin bagi anak dalam membentuk pandangannya terhadap dunia, termasuk cara mereka memandang orang tua, teman, dan perasaan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, orang tua dan masyarakat memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung perkembangan karakter anak secara positif.
Hukuman yang Tepat untuk Anak yang Melakukan Kekerasan terhadap Orang Tua
Hukuman yang tepat untuk anak yang melakukan kekerasan terhadap orang tua haruslah mendidik, bukan menghukum secara fisik atau emosional. Hukuman fisik atau verbal yang kasar hanya akan menambah luka pada psikologi anak dan memperburuk hubungan keluarga. Sebagai gantinya, orang tua dapat menggunakan pendekatan yang lebih bijaksana seperti:
1. Pemberian Sanksi yang Konsisten: Anak perlu diberikan konsekuensi yang jelas dan konsisten atas perbuatannya. Misalnya, membatasi akses ke hiburan atau aktivitas yang mereka sukai hingga mereka menunjukkan perubahan perilaku.
2. Diskusi dan Refleksi: Orang tua dapat mengajak anak untuk berbicara dan memahami alasan di balik perbuatannya. Melalui komunikasi yang terbuka, anak bisa diajak untuk menyadari kesalahannya dan belajar tentang dampak perbuatannya terhadap orang tua dan dirinya sendiri.
3. Pendidikan Emosional: Mengajarkan anak untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat, seperti berbicara tentang perasaan mereka, mencari solusi yang damai ketika marah, dan belajar mengontrol perilaku agresif.
4. Penghargaan atas Perubahan Positif: Ketika anak mulai menunjukkan sikap yang lebih baik, orang tua dapat memberikan pujian dan penghargaan sebagai motivasi untuk terus berperilaku positif.
Penting untuk diingat bahwa tujuan hukuman adalah untuk mendidik dan membantu anak memahami kesalahan, bukan untuk membalas dendam atau membuat anak merasa tertekan.
Tindakan anak yang menganiaya ibunya karena tidak dibelikan sepeda motor dapat memberikan dampak emosional dan psikologis yang sangat mendalam bagi orang tua, terutama ibu. Ibu yang mengalami kekerasan tersebut akan merasa kecewa, terluka, dan kehilangan kepercayaan, yang merusak hubungan keluarga. Selain itu, ibu juga bisa menderita stres, gangguan kesehatan mental, dan bahkan cedera fisik. Kejadian ini juga dapat menimbulkan stigma sosial, merusak reputasi keluarga, dan menghancurkan kesejahteraan anak itu sendiri. Penganiayaan seperti ini mencerminkan kegagalan dalam pendidikan moral dan spiritual yang seharusnya mengajarkan anak untuk menghormati orang tua.
Untuk memperbaiki hubungan antara anak dan orang tua di Indonesia, penting untuk mengedepankan pendidikan moral dan agama yang menekankan penghormatan kepada orang tua. Komunikasi yang terbuka dan jujur juga sangat penting agar masalah dapat diselesaikan tanpa kekerasan. Selain itu, program pembinaan keluarga dan pemberdayaan orang tua untuk mendidik anak dengan cara yang positif perlu didorong. Pendampingan psikologis juga dapat membantu mengatasi masalah emosional, sementara penegakan hukum yang tegas terhadap kekerasan dalam rumah tangga akan memberi efek jera. Langkah-langkah ini dapat menciptakan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI