Menurut ACT, pikiran-pikiran yang muncul tidak perlu langsung ditanggapi atau dievaluasi secara berlebihan. Tidak usah juga dihindari atau dipendam. Amarah yang terpendam bisa meledak suatu saat atau malah menjadi penyakit batin maupun fisik yang menggerogoti diri dari dalam.
Rasa marah juga tidak perlu diekspresikan secara agresif tapi boleh dinyatakan dengan asertif. Biasanya seseorang marah karena merasa diperlakukan tidak adil atau harapannya dikecewakan dengan tindakan orang lain. Pelajari dengan seksama, jadilah asertif jangan agresif, dan ambil hikmahnya.
Amarah yang diluapkan akan semakin menjadi-jadi dan pelampiasannya bisa menjadi sesuatu yang akan disesali nantinya. Kita harus bisa mentransformasi amarah menjadi sumber motivasi untuk bertindak dengan lebih baik lagi.
Jika kita merasa marah atau tersinggung dengan orang lain, kita bisa menyatakan protes keberatan kita dan berharap perbaikan perilaku dari pihak tertentu, tapi kita jangan menyerang pribadi secara membabi-buta. Tegas untuk menolak perlakuan yang membuat kita marah tapi tidak mendendam atau melakukan tindak kekerasan.
Rahasia Hulk
Dalam film The Avengers, salah satu pahlawan super yang biasanya beraksi tanpa kontrol diceritakan sudah bisa mengendalikan kekuatan dan mengontrol transformasinya menjadi Hulk. Ketika ditanya rahasianya adalah: dia selalu marah.
Artinya adalah, kita bisa saja merasakan amarah tapi kita tidak perlu bertindak secara otomatis berdasarkan emosi dengan membabi-buta. Hulk bisa saja selalu merasa marah, tapi dia bisa mengendalikan tindakannya.
ACT berarti menerima reaksi, emosi, dan segala pemikiran dengan tetap berpijak di masa kini (tidak larut dalam ingatan masa lalu atau kekhawatiran di masa depan yang belum terjadi) lalu bertindak dengan mengikuti arahan prinsip-prinsip yang lebih bernilai.
Arahan-Arahan Utama ACT
Jika kita memikirkan sesuatu yang membuat stres atau menimbulkan emosi negatif, kita bisa menguraikan pikiran itu dengan beberapa teknik seperti desentisasi, defusi, dan mengubah sub-modalitas dari visualisasi pemikiran tersebut.
Sebagai contoh, kita bisa memanfaatkan beberapa trik psikologis dari NLP seperti menjadikan visualisasi pemikiran yang negatif mirip film hitam putih, bayangan buruk menjadi foto-foto kuno, orang yang mengesalkan dibuat bersuara seperti tokoh kartun (membayangkan atasan yang sedang membuat kita kesal bermuka atau bersuara seperti donal bebek misalnya), dan sebagainya.
Desentisasi berarti mengulang-ulang pemaparan gambaran atau kejadian yang memicu emosi negatif sampai kita merasa kebas atau mati rasa dan tidak terpancing lagi emosinya. Bayangan yang membuat marah, kenangan yang buruk, imajinasi yang mencemaskan, dan sebagainya bisa dikurangi intensitasnya dengan beragam metode seperti defusi yang bisa dipelajari lebih lanjut di dalam ilmu ACT.
Emosi atau perasaan negatif memang sebaiknya diterima agar bisa datang dan pergi tanpa perlu dilawan. Emosi ada untuk dirasakan karena fungsinya sebagai input informasi dan deteksi situasi. Emosi yang ditindaklanjuti secara cerdas bisa bermanfaat sebagai penguat motivasi serta pencegahan dini kepada hal-hal yang bisa menyakiti.