Singkat cerita nantinya Gustavo Dezotti mencatatkan namanya jadi orang kedua yang diusir ketika melanggar Vller di kotak terlarang. Sepakan berhasil penalti Andreas Brehme jadi satu-satunya gol di malam itu. Untuk terakhir kalinya Jerman Barat bermain di kompetisi resmi sebelum unifikasi menyusul runtuhnya Tembok Berlin.
Pasca pertandingan Klinsmann dikutuk oleh media-media (tentunya non Jerman) atas aksi akribatiknya itu. Bahkan aksinya pun mendapat nama Jurgen's Disco Dive oleh khalayak. Memang suatu ironi lain malam itu, Meksiko yang begitu manis pada Maradona dan Argentina empat tahun sebelumnya, malah melalui seorang warganya (Codesal orang Meksiko) menutup tirai kegemilangan Maradona.
Tapi Klinsmann sepertinya tak terganggu label tukang diving-nya itu. Hal yang dibuktikan ketika ia memutuskan pindah ke Liga Inggris tepatnya Tottenham Hotspurs. Ketika mencetak gol debutnya lawan Sheffield Wednesday, tak sungkan ia berselebrasi seolah-olah sedang mau 'menyelam'. Hal yang ia ulangi pekan depannya ketika Tottenham menjamu Everton.
Media Inggris yang terkenal ganas itu pun terkesima oleh performa Klinsmann. Jurnalis The Guardian, Andrew Anthony menulis tajuk "Why I Hate Jrgen Klinsmann." di Juni 1994, tapi dia pula menulis artikel berjudul "Why I Love Jrgen Klinsmann."Â pada Agustus tahun yang sama. Mungkin publik Inggris yang mengagungkan etika itu sudah terbuai oleh teatrikal Klinsmann.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H