Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tuah Van Breuekelen di Bawah Mistar Surabaya

12 Januari 2022   07:20 Diperbarui: 12 Januari 2022   13:31 5819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benyamin 'Benny' van Breukelen, pelatih kiper Persebaya (Kompas.com/Suci Rahayu)

Nama Hans Van Breukelen dulu masyhur sebagai palang terakhir gawang Belanda pada puncak karirnya. Penyelamatan atas tendangan penalti Igor Bolanov dari Uni Sovyet di partai final Euro 1988 sekaligus menutup asa negara adidaya yang sedang menuju akhir hayat itu. 

Meskipun di gelaran Piala Dunia 1990 Belanda melempem dan pulang di babak knock-out oleh Jerman Barat, nama Van Bruekelen tetap terpahat sebagai saah satu penjaga gawang terbaik negeri kincir angin.

Jauh di timur, tepatnya disini di Indonesia ada kerabat tunggal kakek dari Hans yang juga sama-sama sedang meneguk kejayaan. Sama-sama berposisi sebagai kiper, ada Benyamin van Breukelen yang jadi inti pasukan Niac Mitra mengunci gelar jawara Galatama 1988. Pemain yang kerap disapa Benny ini jadi pengganti yang pas bagi Niac Mitra yang juga sempat punya kiper mentereng dalam sosok David Lee.

Benny seperti pengakuannya di channel YouTube Persebaya memang dirinya dan Hans van Breukelen masih saudara dari jalur kakek. Ayah dari Benny adalah perantau asal Belanda yang jadi pegawai perusahaan perkebunan di Sumut dan memutuskan beralih jadi WNI di medio 1963. 

Ketika pensiun Benny bertransformasi jadi pelatih kiper di berbagai klub dan sekarang kembali ke Surabaya sebab kerinduannya pada atmosfer suporter di Surabaya fanatik, tepatnya sebagai pelatih kiper Persebaya.

Tangan dingin Benny nyatanya begitu terasa di pos penjaga gawang Persebaya. Sejak kedatangannya di 2019, Persebaya seolah tak pernah kehabisan stok kiper ciamik. 

Sebelumnya memang posisi ini diisi oleh Miswar Saputra yang sekarang di PSS, tapi harus diakui kualitasnya tak buruk meski tak juga masuk perhitungan elit.

Kini Persebaya bahkan punya tiga nama sekaligus yang bisa dibilang setara untuk mengisi posisi penjaga gawang utama. Adalah Satria Tama, Ernando Ari, dan Andhika Ramadhani yang kesemuanya masih berumur dibawah 24 tahun. Ketika Ernando dipanggil timnas dalam rangka Piala AFF kemarin, Andhika membuktikan diri bisa diandalkan untuk mengamankan jala Persebaya.

Kondisi Satria Tama yang malah sering bermasalah dengan cedera dan pemulihan dimanfaatkan betul oleh Andhika dalam dua pertandingan terakhir lawan Bali United dan Persikabo. 

Bahkan di pertandingan melawan Persikabo, perforamanya cukup untuk mencegah uapaya Persikabo melakukan comeback memanfaatkan lini belakang Persebaya yang sedang underperform.

Ernando patut ketar-ketir melihat pemain lulusan klub internal El-Faza ini, apalagi dia juga sempat menggagalkan eksekusi penalti Spasojevic. Kecemerlangan posisi penjaga gawang tak pedulis siapa pun yang dipasang seharusnya sudah membuat coach Benny Van Breukelen mendapat apresiasi. Tak salah memang Aji Santoso sendiri yang menarik pelatih yang mengorbitkan Kurnia Meiga ini langsung dari PS Tira.

Sebenarnya coach Benny punya misi pribadi yaitu mengembalikan Satria Tama ke performa terbaiknya. Kiper yang didatangkan dari Madura United ini sejatinya bakal diplot sebagai kiper no 1 Persebaya untuk Liga 1 2021/22 setelah dilepasnya Rivky Mokodompit. Setelah memukau tampil bersama Persegres dan menyita perhatian Luis Milla, performa Satria Tama seolah menemui jalan buntu.

Hanya semusim Satria Tama jadi pilihan utama di bawah mistar Madura United. Tahtanya tergusur setelah datangnya M. Ridho dari Borneo FC, menipisnya menit bermain sekaligus membuat penjaga gawang era Sea Games 2017 ini juga terpental dari timnas. 

Tapi agaknya misi coach Benny makin berat setelah Satria Tama malah dihantam cedera ACL bahkan sebelum liga bergulir dan membuat pemain kelahiran 1997 ini diperkirakan menepi hingga musim selesai.

Penjaga gawang memang tak seperti posisi lain di lapangan yang bisa memakai skema bertandem. Sekarang dengan adanya dua nama yang tengah moncer pasti membuat coach Benny sumringah sekaligus membuat pelatih kepala Aji Santoso pusing memilih satu nama tiap pertandingannya.

Benyamin Van Breukelen memang tak setenar saudara jauhnya yang di Belanda itu. Tapi sepak terjangnya di Indonesia sendiri sudah cukup harum sebagai pelatih kiper jempolan. Sekarang tinggal menunggu saja kapan coach Benny melalui tangan anak didiknya ini kembali membawa trofi ke kota Surabaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun