Sedangkan peran Wismilak agak berbeda dengan Djarum maupun Gudang Garam di sektor tenis lapangan. Mereka menjadi sponsor utama bagi kejuaraan tour WTA (asoasi petenis wanita) bertajuk Wismilak Internasional sejak 1994 dan masuk tier III kalender WTA. Adanya turnamen dunia di negara sendiri tentu memudahkan atlet Indonesia ikut serta dan menambah pengalaman.
Pasangan Yayuk Basuki-Romana Tedjakusuma menjadi juara di penyelenggaraan pertama dan Angelique Widjaja menyabet juara di 2001. Peran besar perusahaan rokok berlogo kakek tua itu adalah pemberian wild card bagi atlet lokal. Mekanisme wild card menjadikan atlet yang rangkingnya tak memenuhi syarat bisa ikutan turnamen dan pihak WTA menyerahkan sepenuhnya hak ini pada panitia penyelenggara.
Sayangnya Wismilak megakhiri kerja samanya dengan WTA sejak 2006. Turnamen pun diambil alih oleh Commonwealth Bank mulai 2007 dan hanya bertahan sampai 2011 kemudian diboyong dari Bali ke Sofi, Bulgaria. Tentu kehilangan turnamen internasional yang rutin digelar di dalam negeri menjadi pukulan untuk dunia tenis Indonesia. Mungkin setara apabila Indonesia kehilangan jatahnya menyelenggarakan Indonesia Open di bulu tangkis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H