Ketika seorang pesohor Youtube mengajak seorang temannya yang pemilik toko handphone mengakuisisi tim asal Pati ini, sontak se-Indonesia guncang. Ya, mereka adalah Atta Halilintar dan Putra Siregar yang terkenal suka menyantuni para penggemarnya lewat istilah giveaway.Â
Masuknya Atta dan PS bisa dibilang termasuk gelombang masuknya para investor-investor yang rata-rata masih muda dan pesohor di awal kompetisi tahun ini.
Sebelum menjatuhkan pilihan ke PSG Pati Atta sempat mendekati Sriwijaya FC yang hanya berujung negosiasi saja. Kabarnya klub yang dulu bernama Persijatim itu menolak memberi kendali penuh SFC meski mayoritas sahamnya ditawar Atta. Sedangkan di PSG meski tim ini baru saja pindah dari Gresik setelah diboyong Saiful Arifin, wakil bupati Pati rela berbagi kuasa ke Atta dan PS.
Segera saja setelah bergabungnya mereka berdua sambil mengorek kesempatan mengubah nama (lagi) menjadi Ahha PS Pati, muncullah gelombang haters. Meski satu rombongan dengan Raffi Ahmad, Kaesang hingga Gading Marten, Atta dan PS terbilang telat dalam menaiki perahunya.Â
Kesempatan membubuhi label Ahha dan PS pun kandas, nama PSG Pati baru diresmikan di kongres tahun ini dan perlu menunggu hingga kongres tahun depan.
Banyak kalangan yang khawatir PSG Pati hanya akan dijadikan wahana main-main saja oleh keduanya. Taktik mengeruk atensi dengan banyak memberi giveaway pun tak luput dari cibiran.Â
Ditambah seringkali PSG Pati bermain dengan kasar para pemainnya dan berujung candaan PSG Pati menguasai sepak bola dan kungfu. Padahal di jajaran manajemen dan kepelatihan sudah bercokol nama-nama tenar macam Ibnu Grahan dan Doni Setiabudi, mantan CEO Bandung Premier League.
Tapi tak ada yang lebih kecewa daripada warga Pati sendiri. Jauh sebelum wakil bupatinya itu memboyong Putra Sinar Giri ke Pati, sudah ada klub tradisional Persipa Pati.Â
Sejak awal tindakan Saiful Arifin ini sudah mendapat resistensi dari kalangan suporternya sendiri. Para supporter Persipa khawatir datangnya PSG hanya akan berujung pada merger dan hilangnya Persipa. Hal yang akhirnya tak kejadian dan Saiful Arifin pun mundur dari ketum Persipa demi membesarkan PSG.
Awalnya alasan Saiful Arifin adalah ingin memaksimalkan Safin Pati Football Academy (SPFA) sebab di Liga 2 ada elite pro academy, hal yang tak ada di Persipa yang masih berkubang di Liga 3.Â
Pemilik datang dan pergi, pemain pun datang dan pergi, akhirnya meninggalkan suporter saja yang tetap setia. Meniru model para suporter PSS, para fans Persipa merapatkan barisan dan mandiri merawat timnya mengarungi Liga 3.
Promosi memang seksi dan tentunya sebagai klub yang berdana besar dan pemiliknya terbilang pesohor, PSG Pati tentu mendambakannya.Â
Sebelumnya hal yang aneh juga klub seambisius PSG Pati dengan pemilik yang rela meninggalkan kursi ketum kok malah dengan cepat melepasnya lagi ke orang lain. Ibarat kata layu sebelum berkembang. Rancang bangun klub yang mengedepankan produk akademi pun lantas menguap.Â
Meski menarget slot promosi, jangankan masuk playoff, PSG Pati malah harus berjibaku hingga pertandingan terakhir demi menghindari degradasi. Nama-nama tenar macam Zulham Zamrun, Nurhidayat, Gede Sukadana, dan Yudha Febrian tak seketika menyulap PSG Pati menjadi perkasa. Bahkan nama terakhir didepak sebelum bursa transfer tutup sebab alasan indisipliner, hal yang ironis.
Jalan Pembuktian Persipa
Namun justru kabar berkebalikan terdengar dari klub yang dicampakkan Saiful Arifin sebelumnya. Melalui kemenangan telak 5-0 lawan Persebi Boyolali, mereka memenangi Liga 3 Jawa tengah.Â
Persipa berhak atas tiket Liga 3 Nasional dan berkesempatan ke Liga 2 lewat delapan slot promosi yang diobral. Tentu bila promosi, menantang PSG Pati bisa menjadi tontonan yang menarik.
Bila mereka mampu berbicara banyak di babak nasional dengan 64 tim peserta sudah barang tentu seperti melempar arang ke wajah Saiful Arifin. Sebagai orang yang memilih jalan instan dengan mendatangkan PSG, tentu sejajarnya kasta timnya dengan Persipa adalah hal yang rasa-rasanya memalukan bagi saya. Seperti tinggal kesabaran dan keseriusan, apalagi Persipa sudah punya basis suporter yang terbukti militan.
Bagaimana pun juga perjalanan PSG Pati/Ahha PS Pati musim ini sudah berakhir. Beberapa pemainnya sudah pamit, seperti Nurhidayat yang bergabung ke PSIM. Berbeda dengan Persipa yang masih panjang dengan dimulainya Liga 3 Nasional pada Januari.Â
Selalu asik untuk mengikuti cerita underdog yang mencoba menggigit raksasa. PSG Pati tentu bukan raksasa, tapi masih saja cukup mengasikkan untuk diikuti saga pembalasan Persipa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H