Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Green Bay Packers: Suatu Anomali di Olahraga Amerika Serikat

4 November 2021   07:00 Diperbarui: 4 November 2021   18:59 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika kalian penggemar Arsenal atau Manchester United tentu saja akrab dengan nama Stan Kroenke dan Malcolm Glazer. Mereka tak lain adalah pemilik sekaligus pengendali arah masa depan kedua tim tradisional Liga Inggris tersebut. 

Selain sama-sama dibenci barisan suporternya sendiri, kedua juga sama-sama pemilik klub sepak bola lainnya di Amerika Serikat. Kroenke punya Los Angeles Rams dan Glazer sudah lama menggenggam Tampa Bay Buccaneers.

Iklim kompetisi olahraga profesional di AS memang jauh berbeda dengan Inggris. Makanya usaha mereka beserta beberapa klub lainnya beberapa waktu lalu untuk membangun European Super League hanyalah berujung blunder. 

Ketika di AS, apapun liganya dan apapun olahraganya, klub sebenarnya adalah franchise yang dimiliki oleh penyelenggara liga dan seperti halnya frachise McDonald's maupun Subway, tujuan utamanya adalah keuntungan.

Tapi mari saya perkenalkan pada satu tim sebagai anomali di AS sendiri, yaitu Green Bay Packers. Seperti yang saya singgung di awal, tiap-tiap franchise memiliki pemilik, biasanya pemegang saham mayoritas atau keluarga dan diwariskan ke anaknya turunnya. Tapi Packers ini unik, dia tak dimiliki oleh perseorangan tapi oleh perusahaan di bawah naungan para warga lokal kota Green Bay, Wisconsin.

Sebagai salah satu klub tertua di liga American Football 'NFL', Packers mulanya memang didirikan oleh Curly Lambeu dan Goerge Calhoun pada 1919, pekerja dari perusahaan pengepakan daging setempat, makanya dinamakan Packers. Bisa dibilang memang dari akarnya Packers berasal dari golongan pekerja, berkat konsistensinya akhirnya Packers mendapat slot franchise untuk bermain di liga pada 1921.

Tapi tentu bertarung di level nasional jelas menguras biaya. Ketika di ambang kebangkrutan di 1923, Lambeu akhirnya memutuskan melepaskan kepemilikan Packers ke khalayak Green Bay. 

Berdirilah payung Green Bay Packers, Inc sebagai naungan untuk Packers, mulai dari sini lah Packers menabalkan diri sebagai franchise of USA major sports dengan kepemilikan berbasis komunitas dan non-profit satu-satunya sampai sekarang. Sebab statusnya sebagai badan usaha publik, hanya Packers lah yang secara terbuka merilis laporan keuangannya di antara para tim lain.

Sebenarnya tak ada yang istimewa dari model tak ada sosok pemilik dengan mayoritas saham di genggamannya di belahan bumi lain. Apalagi jika menilik model 50+1 di Jerman atau bahkan socios yang diterapkan Real Madrid dan Barcelona. 

Tapi jika melihat gambaran umumnya di AS, model Packers ini jelas suatu antidote bagi bangsa penghamba kapitalisme. Bagaimana tidak, sebagai pemegang lembaran saham Packers Anda tak mendapat apapun hak keuntungan material dari saham yang Anda miliki.

Seperti yang disinggung di atas, Green Bay Packers Inc berbentuk perusahaan non-profit yang mana tak ada pembagian dividen bagi pemegang sahamnya. Bahkan tiket gratis atau bir gratis rutin tiap pertandingan pun tidak ada. Lantas apa yang membuat lebih dari 360.000 orang rela mengeluarkan uangnya demi jadi 'pemilik' dari Green Bay Packers?

Peristiwa di Ohio

Publik Cleveland, Ohio dibuat gusar tak kepalang oleh Art Modell pada 1995, pemilik franchise NFL Cleveland Browns yang begitu lama bercokol Cleveland. Adalah niatan dari Modell untuk memindahkan Browns ke lokasi baru yang lebih menguntungkan dan mendukung di Baltimore. Kontroversi pun terpantik antara pemkot Cleveland dan Modell untuk memperebutkan legacy Browns.

Pemindahan atau relokasi franchise memang hal yang wajar di iklim olahraga pro di AS terutama kota homebasenya dirasa tak lagi menguntungkan. Stan Kroenke bahkan adalah otak dibalik pemindahan Rams dari St. Louis ke Los Angeles demi memudahkannya mengeruk keuntungan. 

Jika di NBA ada Nets yang pernah menjadi musafir dari New York, New Jersey, hingga sekarang di Brooklyn. LA Lakers saja sebenarnya bukan tim asli LA, tapi berasal dari Minneapolis, Minnesota.

Hal macam inilah juga yang ditakutkan para suporter lokal ketika kisruh ESL lalu. Kekhawatiran kalau pemilik bakal hanya mempertimbangkan keuntungan dan memindahkan klub kesayangan mereka. Kita tidak bakal tau, mungkin Kroenke mau mengulangi tabiatnya atau Glazer merasa Beijing lebih menguntungkan daripada Manchester yang gloomy itu.

Akhirnya memang Browns tetap bercokol di Cleveland dengan win-win solutions. Modell tetap berhak atas slot franchise tapi Browns beserta seluruh legacynya tetap berada di Cleveland. Akhirnya Modell membentuk tim baru, Baltimore Ravens dan NFL membekukan Browns sampai Cleveland selesai membangun stadion barunya. Hal yang agak ironi sebab alasan awal Modell memindahkan Browns adalah proposal pembangunan stadion baru yang ditolak pemkot. Browns baru kembali aktif di musim 1999.

Mencabut klub yang sudah begitu lama mengakar di para suporter lokalnya apapun olahraganya selalu menyakitkan. Namun hal itu dipastikan tak akan terjadi untuk Packers meskipun sebagai satu-satunya peserta NFL dari kota kecil, Green Bay hanya berpopulasi sekitar 100.000 jiwa. Dimiliki oleh sendiri oleh orang-orang Green Bay dan sekitarnya membuat Packers begitu dicintai dan mendarah daging.

Selebarasi bersama para owner (dok: USA Today Sports)
Selebarasi bersama para owner (dok: USA Today Sports)

Berdikari

Meskipun tak punya "sugar daddy" seperti para pesaingnya, Packers nyatanya malah mampu membuktikan diri sebagai salah-satu tim tersukses di NFL. Semenjak pertama kali mengikuti liga di 1921 sudah 13 kali mereka jadi jawara, terbanyak di liga. 

Bahkan Packers lah tim pertama yang membangun stadion khusus untuk American Football di 1957, rata-rata tim lain kala itu menumpang di stadion bisbol atau stadion multipurpose.

Kepemilikan saham Packers tak seperti juga saham pada umumnya, ia tak bisa diperjual belikan lagi. Kebanyakan pemilik saham akan mewariskan saham miliknya pada keluarganya, seperti yang dialami oleh Bonnie Johnson yang mewarisi sahamnya dari kakek buyutnya dan segenap keluarganya juga pemegang saham.

Ciri khas loyalis Packers, topi bentuk keju
Ciri khas loyalis Packers, topi bentuk keju "cheesehead" (John J. Kim/Chicago Tribune)

Sebagai perusahaan non-profit juga, Green Bay Packers Inc mengalokasikan semua keuntungan tim untuk keperluan operasional macam gaji dan perawatan fasilitas, bukan untuk dividen. Selain itu Packers rutin memberi charity untuk lingkungan kota Green Bay.

Untuk keperluan insidental dan menguras kantong macam renovasi dan modernisasi stadion, Packers sudah berulang kali melepas saham demi meraup dana. Terakhir kali mereka membuka kran saham pada 2011, tercatat mereka berhasil mengumpulkan USD 64 juta dari penjualan 269.000 lembar saham. 

Total 250.000 orang dari seluruh AS berpartisipasi dengan tambahan 2000 pembeli dari Kanada menunjukkan betapa kuatnya dukungan fans untuk Packers berdikari. Agaknya malah sebab hal ini Packers malah semakin melebarkan pangsanya.

Begitulah cerita ringkas Green Bay Packers. Tim nyeleneh yang tetap bertahan di sebuah kota kecil nan dingin di Wisconsin, jauh dari hingar-bingar kota big market. Para pemilik saham itu rela merogo koceknya demi bersama-sama melindungi legacy tim yang sudah didukung bahkan sejak kakek buyutnya masih muda. 

Tak sekadar numpang lewat, membuktikan tak perlu guyuran modal melimpah seorang taipan asal diurus dengan serius prestasi bakal terjaga. Packers adalah Green Bay dan Green Bay manunggal dengan Packers. 

Smallest market but most loyal fans.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun