Dipilihnya Fred tak lain tak bukan ialah terbaik diantara terburuk. Maka tak mengherankan tak ada hal istimewa dari penampilannya tadi malam. Benar-benar membahayakan bagi para bek MU, untung saja back four tadi sedang solid dan De Gea tampil kesetanan. Meski tampil buruk terutama di babak pertama, sebenarnya Wolves sendiri lah yang tampil lebih buruk dibanding Fred.
Total 57 tembakan dalam tiga pertandingan tanpa sekalipun berbuah gol. Serangan Wolves adalah antonim dari bermain efektif, tadi malam saja ekspektasi gol Wolves mencapai 2,01 berbanding MU yang Cuma 0,66. Memang benar Traore mempermalukan Fred dengan ledakan giringannya, atau Trincao yang bermain penuh flair, tapi bahkan jala De Gea tak bergetar sekalipun.
Tugas yang dibebankan ke dirinya mungkin cuma satu. Ganggu sebanyak mungkin semua build-up serangan Wolves, beri sebanyak mungkin waktu bagi bek dan kiper untuk positioning.Â
Dan ya, nyatanya dengan tak adanya kebobolan tugas itu terselesaikan oleh Fred meski tak bisa dibilang dengan baik. Penampilannya di babak kedua juga tak semengerikan di paruh pertama dan sekali lagi terbantu betapa tak efektifnya serangan Wolves.
Akhirnya lagi-lagi saya kembali mengajak untuk mengapresiasi kerja kerasnya tadi malam. Ya benar dia adalah titik lemah, dia tak bermain bagus, dia mudah ditembus, tapi hanya dia yang dipunya untuk saat ini.Â
Tapi MU cukup berharap Fred sebagai DM tetap? Jelas jawabannya adalah tidak. Tak semua tim seburuk Wolves dalam konversi peluang. Fred seperti yang disinggung di awal tulisan ini, DM bukanlah bentuk paling bijaksana untuk mengeluarkan potensinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H