Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Battle of The Buffet: Mengawali Keruntuhan Masa Indah Wenger dan Arsenal

31 Juli 2021   09:57 Diperbarui: 31 Juli 2021   10:18 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum sekarang Arsenal dan Manxhester United dikenal sebagai banter club yang kerjaannya glorifikasi masa lalu, mereka pernah benar-benar luar biasa di awal 2000an. Arsene Wenger dengan koneksi Prancis dan gaya main kontinentalnya benar-benar menggoyahkan keangkuhan dominasi MU yang masih ditangani Sir Alex. Gelar juara Liga Primer Inggris seolah menjadi trofi bergilir saja antara kedua tim itu. Ditambah bumbu friksi antar kedua manajer, rivalitas keduanya selalu panas dan keras.

Semenjak Wenger datang di 1996, dia sudah menjadi sasaran perang psikolgis dengan Sir Alex, terutama setelah menggondol gelar di musim 1997/98. Selanjutnya selama tiga musim beruntun Arsenal menempel ketat MU di posisi kedua. Berbekal pemain macam Vieira, Henry, Wiltord, ditambah 'Judas' Sol Campbell yang baru saja dibajak dari Tottenham membuat Arsenal mendominasi ulang di milenium baru.

Tentu semua pasti ingat dengan 'trofi emas' Liga Primer satu-satunya milik Arsenal. Saking perkasanya Arsenal waktu itu, tak ada satu pun yang mampu mengalahkannya di musim 2003/2004. Selain menjungkalkan MU sebagai juara bertahan, friksi antar kedua tim memanas ketika bertemu pada pekan keenam  yang berakhir dengan skor 0-0. Dibanjiri kartu dan diwarnai gagalnya penalti Van Nistelrooy tensi pertandingan sangat panas ditambah adanya friksi antar pemain. Yah, itulah yang terjadi jika kapten anda adalah Roy Keane atau Patrick Vieira.

Nyatanya Arsenal masih mampu memperpanjang rentetan tak terkalahkannya di pertandingan liga hingga musim depannya di angka 49. Itulah bekal mereka ketika kembali menantang MU di Old Trafford demi rentetan ke-50. Bahkan Arsenal datang sebagai pemuncak klasemen dan tentu bernafsu menyabet gelar secara beruntun. Namun bau sengak tempramen sudah sangat pekat di Old Trafford.

Bisa dibilang Sir Alex sedang membangun era barunya di MU. Melepas ikon klub sebesar Beckham dan percaya pada duo pemain belia Ronaldo dan Rooney. Sejak bola digulirkan Arsenal langsung menekan MU terutama lewat Bergkamp dan Henry. Diiringi tekel-tekel keras, Neville bersaudara sama-sama telah diganjar kartu kuning sebelum babak pertama usai.

Titik balik laga dimulai setelah Sol Campbell dianggap melanggar Rooney di kotak 16. Tentu Van Nistelrooy tak menyia-nyiakan kesempatan emas menebus dosa gagal mengeksekusi penalti musim sebelumnya. Derita Arsenal dilengkapi dengan gol Rooney di injury time dari sodoran umpan Alan Smith.

Keriuhan terbawa sampai ke lorong stadion. Segera para wasit yang dipimpin Mike Riley banjir protes dari para pemain Arsenal. Campbell menolak uluran jabat tangan Rooney ditambah diputuskannya Ferdinand sebagai man pf the match memancing amarah pemain Arsenal. Wenger tak ketinggalan terlibat dalam kerusuhan di lorong pemain, jelas Sir Alex pun meladeni kompatriotnya itu.

Sebelumnya Ferdinand, Vieira, dan Campbell sudah cekcok sepanjang lorong. Wenger datang untuk protes pada Van Nistelrooy yang pada laga menginjak Ashley Cole tapi selamat dari pandangan Riley. Sir Alex balik menyerang Wenger dan menyuruhnya mengurusi pemainnya sendiri dan mencari alasan saja karena timnya kalah. Kericuhan terus terjadi dan serta merta kemudian Sir Alex menemui dirinya dilempar dengan sepotong pizza. Ya, insiden Pizzagate.

Tak ada satu pun yang tau siapa yang melempari dirinya dengan pizza yang nantinya berbagi julukan dengan Battle of The Buffet ini. Tapi ada beberapa saksi yang bilang pelakunya adalah Fabregas, termasuk di autobiografi Sir Alex sendiri. Wenger masih menyimpan dongkol dan terus mengonfrontir keputusan Riley di konfrensi pers pasca pertandingan.

Wenger merasa hasil pertandingan sudah diatur oleh wasit dan kembali mengungkit kejadian yang sama merugikan timnya di musim sebelumnya. Wenger tentu blingsatan dengan hasil negatif di laga itu. Mereka sedang mempertahankan momentum juara dan malah dijungkalkan MU sekaligus memutus harapan 50 laga di liga domestik tanpa kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun