Ada juga cerita miris pamannya yang terkena serangan jantung ketika Iran menutup perbatasan. Hanya surat kepala RS yang bisa memberinya visa khusus demi operasi di Jerman, alangkah terkejutnya istri sang paman ternyata kepala RS yang baru adalah mantan perbersih kacanya yang fanatik mendukung rezim islami. Sayang pamannya meninggal tak lama setelahnya dan visanya baru terbit di hari pemakamannya.
Peperangan dengan Irak dimanfaatkan oleh rezim baru untuk dikreditkan sebagai perang suci. Para remaja laki-laki diiming-imingi kunci surga apabila gugur di medan perang. Secara persenjataan Iran tertinggal dari Irak, mengirimkan para pemuda tak terlatih dan buta strategi ke garis depan sama saja dengan mengirimkan ke ladang pembantaian. Tak ketinggalan mereka membersihkan 'musuh' negara di dalam negeri lewat eksekusi-eksekusi massal.
Marji sendiri akhirnya meninggalkan Iran di umur 14 tahun untuk 'menyelamatkan' diri ke Austria. Ia meninggalkan keluarganya dan memberika poster Iron Maiden favoritnya ke teman-teman gengnya sebelum terbang ke Austria.
Dia melihat negaranya yang berakar panjang sejak zaman Persia bertransformasi menjadi Iran dan hanya beridentitaskan sebagai republik islam.
Tulisan ini mau disebut sinopsis tapi kurang sreg, disebut tulisan politis tapi sumbernya hanya novel grafis biografi. Tapi intiya saya merekomendasikan Persepolis ini untuk dibaca, sedikit banyak akan mengerti keadaan Iran di satu periode paling krusialnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H