Mohon tunggu...
Bloor
Bloor Mohon Tunggu... Lainnya - Masih dalam tahap mencoba menulis

Tertarik pada pusaran di sekeliling lapangan sepak bola. Belajar sejarah bukan untuk mencari kambing hitam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jerman Si Perusak Pesta: Mengantar Maradona Menuruni Panggung

24 Juni 2021   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2021   22:00 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maradona dan membawa pulang trofi pada 1986. (David Cannon/Getty Images)

Nahas bagi Argentina, gelombang serangan yang dilancarkan Voeller pada sepuluh menit akhir laga menghasilkan hukuman pinalti setelah Sensini dianggap melanggar Voeller di kotak terlarang. Brehme sukses menjalankan tugasnya dan Argentina semakin meradang setelah Dezotti yang sudah mengantongi kartu kuning sejak awal laga diusir wasit Codesal setelah pelanggaran kerasnya ke Koehler. Protes keras Maradona hanya berbuah kartu kuning bagi dirinya. Jerman berhasil dalam misi balas dendamnya, trofi Piala Dunia berpindah tangan.

Di Akhir, Jerman lah yang tersenyum. (Bob Thomas/Getty Images)
Di Akhir, Jerman lah yang tersenyum. (Bob Thomas/Getty Images)
Meski dianggap beruntung menang lewat pinalti, Beckenbauer merasa timnya memang pantas menang. Berkaca pada tidak adanya ancaman berarti dari lini serang Argentina yang sepanjang laga gagal mengorganisir serangan dan kerap kehilangan penguasaan bola. Terima kasih kepada kapten Lothar Matthaus sang Terminator yang bermain ciamik menjaga roh permainan  Jerman sekaligus menihilkan Maradona. Argentina mengkhianati jalan joy of football sendiri dan harus takluk oleh permainan struktural Jerman. Empat belas tahun kemudian di 2014 mereka kembali bertemu di final, lagi-lagi Jerman yang mengangkat trofi.

Berkat laga ini Franz Beckenbauer ditahbiskan sebagai yang pertama memenangi Piala Dunia sebagai kapten dan pelatih. Penaklukan oleh Sang Kaisar berakhir manis. Selepas dari gelaran ini, karir Maradona terus anjlok, meski tetap dielu-elukan segenap khalayak sepak bola dan masih memperkuat Argentina di Piala Dunia 1994. Karir Internasionalnya akhirnya menemui akhir setelah dia digelandang di tengah laga ketika lawan Nigeria akibat kasus doping.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun