Mohon tunggu...
Reza Nurrohman
Reza Nurrohman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

manusia yang terus bertumbuh. tidur dan makan adalah hal yang lebih menyenangkan sebenarnya namun berkerja merupakan kewajiban saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Menolak Manusia Tinggal di Mars?

2 Oktober 2017   21:12 Diperbarui: 3 Oktober 2017   08:48 4361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Identitas SARA. Apakah anda sudah siap kehilangan suku ras agama dan golongan anda? Saya rasa secara fisik maupun mental manusia belum siap kehilangan identitas suku, ras, agama, golongan dan jenis kelamin. Buktinya koloni Amerika sekarang menjadi heterogen dan tidak homogen seperti sangkaan berberapa ahli. Ternyata perpindahan manusia tidak serta meleburkan identitas SARA malah menambah variasi identitas SARA.

4. Politik. ini juga alasan klasik bahwa kekuasaan manusia masih belum bisa terpusat atau tertata dengan baik. Lihat PBB walaupun secara nyata ada namun tidak bisa menjamin perdamaian di planet bumi. Politisi saja masih banyak yang egois berpikiran  individualis tersekat golongan belum berpikiran sosial dan merangkul secara global semuanya. Nayatanya masih ada perang dan pertumpahan darah. Apakah kita sudah siap perang bintang? Bayangkan kalau terjadi konflik elit berujung penggunaan senjata pemusnah massal yang dapat menghancurkan planit dan bintang yang rugi banyak.

5. Sosial dan Ekonomi. Kembali lagi juga alasan klasik bahwa kesenjangan ekonomi dan strata sosial tanpa kepedulian sosial masih jadi masalah bumi. Masih sering terjadi konflik antar negara dengan negara, masyarakat dengan masyarakat, perusahaan dengan perusahaan atau kombinasi ketiganya seperti kasus Freeport dan kasus sumber air Jogja. Manusia belu memiliki contoh keberhasilan yang dapat diterapkan di luar angkasa. Anggaran ekonomi lebih jelas untuk investasi perbaikan bumi daripada spekulasi luar angkasa.

6. Kondisi Mars. Atmosfer di Mars begitu tipis, sehingga hampir tak mungkin bagi planet  itu untuk melindungi temperatur dingin angkasa luar. Suhu rata-rata planet itu adalah -62 derajat celsius pada titik bekunya dengan titik terhangat yang hanya mencapai 20 derajat celcius. tingkat radiasi di Mars meningkat 100 kali lipat dari yang ada di Bumi, mengingat si Planet Merah tak dilengkapi atmosfer yang mumpuni. 

Partikel radiasi berenergi tinggi dan sangat kecil itu dapat menembus tubuh manusia dan bahkan beberapa bahan pelindung lain. Kerusakan bisa menyebabkan perubahan DNA dan sel, kerusakan dan  kejang otak, meningkatkan potensi katarak, kanker paru-paru dan kulit, hingga pada titik tertentu, mampu membuat manusia terbakar secara  instan. Begitu juga pelemahan organ hati dan melemah, serta tak lupa, merusak sistem reproduksi hingga ke tataran kemandulan. 

Meskipun belum ada bukti pasti mengenai kemungkinan organisme di angkasa  luar, beberapa penelitian teranyar terhadap sejumlah batuan antariksa menunjukkan adanya kemungkinan mikroorganisme yang hidup di alam kosmis. para ilmuwan menentukan bahwa probabilitas Bumi sebagai rumah bagi spesies maju di galaksi mana pun adalah 1:60 miliar. Walau kecil kemungkinanya bukan berarti tidak ada. Kontak dengan sesuatu yang baru dapat membawa efek negatif berupa sakit kepada manusia.

7. Kelinci Percobaan. Sampai sekarang, manusia bumi masih terkesan bernafsu untuk membuka lahan baru Mars tanpa adanya pendahuluan berupa kelinci percobaan dari jenis hewan maupun mesin canggih untuk memastikan keselamatan spesies kita. Apabila ingin keluar ada baiknya sedia payung sebelu hujan. Selama kelinci percobaan belum dikirim duluan kesana tak dapat dikatakan aman untuk manusia tinggal diluar angkasa apalagi sampai  Mars.

Kesimpulanya,  masih banyak hal yang bisa  kita  lakukan  untuk mempertahankan  kehidupan spesies  manusia di bumi tanpa harus terburu-buru memaksakan diri ke Mars. Jadi saya menolak tinggal di Mars, bagaimana dengan pembaca?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun