Obama menulis, "Kita pernah menjelajahi di setiap planet di tata surya sesuatu yang belum bisa dilakukan bangsa lain." Yang dimaksud Obama bukan manusia yang dikirim ke planet-planet di luar Bumi, melainkan pesawat, mesin  robot dan hewan kelinci percobaan.
Gagasan manusia tinggal di Mars dari dulu sampai sekarang masih jadi topik hangat untuk dibicarakan. Tampak jelas bahwa para pengusaha dan perusahaan teknologi terkini saling bersaing merancang dan mendesain perjalanan. Saya menangkap adanya kejanggalan di sini meski seluruh perusahaan seakan berlomba saling klaim gagasanya paling maju, tidak serta merta membuat mereka saling bekerja sama satu sama lain.Â
Luar angkasa kan luas sebaiknya ada kerjasama pendanaan serta anggaran digabung lalu tentukan sasaran tebak  posisi bersama agar tingkat keberhasilan menjadi tinggi. Tampak nyata ada egosime di kalangan pengusaha karena tidak mau berbagi profit maupun kerugian bersama. Masing-masing  mereka masih keras kepala pada pendapatnya sendiri. Â
Masih segar ingatan kita pengusaha kaya Rusia lebih memilih membuat negara Asgardia yang katanya akan mengorbit di ruang angkasa sebagai contoh yang sangat mirip film Interstellar dan Passenger. Jangan lupa produk perusahaan tidak selalu sukses walaupun konsepnya bagus kadang teori dan realita bisa berbeda.
Selain itu secara politis gagasan koloni manusia di luar angkasa membuat badan angkasa plat merah milik  negara seperti NASA Amerika dan lainya saling bersaing sama seperti para pengusaha. Kalaupun terjadi kerjasama antara badan angkasa milik negara itu lebih kepada saling mengintip teknologi dan apabila berhasil pun saya ragu akan baik-aik saja ditepat tujuan tanpa pertumpahan darah. Masih  ingat  sejarah kolonisasi dan penjahan orang-orang Eropa ke seluruh dunia.Â
Pada masa lalu yang kelam itu terjadi persaingan antara perusahaan dengan perusahaan, negara dengan negara serta negara dengan  perusahaan. Harus diakui keberhasilan sejarah koloni Amerika seperti sekarang memiliki sisi pahit korban nyawa yang tidak sedikit. Dahulu modusnya pun sama dengan iklan ke mars atau keluar angkasa seperti sekarang menjanjikan kehidupan yang lebih  baik namun kenyataanya jauh asap daripada api.
Mengapa saya menolak manusia tinggal di Mars? Ini beberapa alasannya:
1. Â Bumi. Bumi secara budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan masih bisa dipakai untuk tempat tinggal manusia. Oke saya akui kini bumi kita menghadapi masalah overpopulasi manusia dan ancaman kerusakan lingkungan. Ada yang perlu dicermati bahwa masih belum terlambat untuk memperbaiki bumi kita untuk anak cucu kedepan dengan disiplin dan aturan ketat.Â
Saya sarankan pembaca menonton film dokumenter lingkungan terutama Before The Flood dengan sumber yang kaya referensi dari mulai ilmuwan ahli, ulama atau pendeta, artis sampai politisi macam Obama dan Sekjen PBB. Atau kalau kurang yakin  dengan film silahkan cari jurnal ilmiah lingkungan yang sudah di-peer reviewed. Singkat kata masih banyak alternatif seperti gaya hidup vegetarian dan pengendalian populasi melalui keluarga berencana untuk menjaga keseimbangan  manusia,  hewan, tanaman dan bumi.
2. Manusia. Ini alasan klasik bahwa manusia masih terikat secara budaya dengan bumi serta alam sekitarnya. Sense of belonging atau ikatan dengan orang tua kedua kita yaitu bumi serta lingkungan masih tinggi. Secara sains pun terbukti bahwa manusia sejak dulu berhasil berevolusi atau beradaptasi dengan baik tanpa harus keluar angkasa.Â
Jangan lupa dalam sains sedang berkembang dua gagasan besar. Yang pertama mempertahankan manusia atau memindahkan manusia dengan kloning organ dari hewan atau tumbuhan hasil lab seperti babi. Yang kedua memindahkan  manusia kedalam realitas dunia maya seperti gagasan manusia dapat memiliki kesadaran dengan tubuh robot seperti Transformer.
3. Identitas SARA. Apakah anda sudah siap kehilangan suku ras agama dan golongan anda? Saya rasa secara fisik maupun mental manusia belum siap kehilangan identitas suku, ras, agama, golongan dan jenis kelamin. Buktinya koloni Amerika sekarang menjadi heterogen dan tidak homogen seperti sangkaan berberapa ahli. Ternyata perpindahan manusia tidak serta meleburkan identitas SARA malah menambah variasi identitas SARA.
4. Politik. ini juga alasan klasik bahwa kekuasaan manusia masih belum bisa terpusat atau tertata dengan baik. Lihat PBB walaupun secara nyata ada namun tidak bisa menjamin perdamaian di planet bumi. Politisi saja masih banyak yang egois berpikiran  individualis tersekat golongan belum berpikiran sosial dan merangkul secara global semuanya. Nayatanya masih ada perang dan pertumpahan darah. Apakah kita sudah siap perang bintang? Bayangkan kalau terjadi konflik elit berujung penggunaan senjata pemusnah massal yang dapat menghancurkan planit dan bintang yang rugi banyak.
5. Sosial dan Ekonomi. Kembali lagi juga alasan klasik bahwa kesenjangan ekonomi dan strata sosial tanpa kepedulian sosial masih jadi masalah bumi. Masih sering terjadi konflik antar negara dengan negara, masyarakat dengan masyarakat, perusahaan dengan perusahaan atau kombinasi ketiganya seperti kasus Freeport dan kasus sumber air Jogja. Manusia belu memiliki contoh keberhasilan yang dapat diterapkan di luar angkasa. Anggaran ekonomi lebih jelas untuk investasi perbaikan bumi daripada spekulasi luar angkasa.
6. Kondisi Mars. Atmosfer di Mars begitu tipis, sehingga hampir tak mungkin bagi planet  itu untuk melindungi temperatur dingin angkasa luar. Suhu rata-rata planet itu adalah -62 derajat celsius pada titik bekunya dengan titik terhangat yang hanya mencapai 20 derajat celcius. tingkat radiasi di Mars meningkat 100 kali lipat dari yang ada di Bumi, mengingat si Planet Merah tak dilengkapi atmosfer yang mumpuni.Â
Partikel radiasi berenergi tinggi dan sangat kecil itu dapat menembus tubuh manusia dan bahkan beberapa bahan pelindung lain. Kerusakan bisa menyebabkan perubahan DNA dan sel, kerusakan dan  kejang otak, meningkatkan potensi katarak, kanker paru-paru dan kulit, hingga pada titik tertentu, mampu membuat manusia terbakar secara  instan. Begitu juga pelemahan organ hati dan melemah, serta tak lupa, merusak sistem reproduksi hingga ke tataran kemandulan.Â
Meskipun belum ada bukti pasti mengenai kemungkinan organisme di angkasa  luar, beberapa penelitian teranyar terhadap sejumlah batuan antariksa menunjukkan adanya kemungkinan mikroorganisme yang hidup di alam kosmis. para ilmuwan menentukan bahwa probabilitas Bumi sebagai rumah bagi spesies maju di galaksi mana pun adalah 1:60 miliar. Walau kecil kemungkinanya bukan berarti tidak ada. Kontak dengan sesuatu yang baru dapat membawa efek negatif berupa sakit kepada manusia.
7. Kelinci Percobaan. Sampai sekarang, manusia bumi masih terkesan bernafsu untuk membuka lahan baru Mars tanpa adanya pendahuluan berupa kelinci percobaan dari jenis hewan maupun mesin canggih untuk memastikan keselamatan spesies kita. Apabila ingin keluar ada baiknya sedia payung sebelu hujan. Selama kelinci percobaan belum dikirim duluan kesana tak dapat dikatakan aman untuk manusia tinggal diluar angkasa apalagi sampai  Mars.
Kesimpulanya,  masih banyak hal yang bisa  kita  lakukan  untuk mempertahankan  kehidupan spesies  manusia di bumi tanpa harus terburu-buru memaksakan diri ke Mars. Jadi saya menolak tinggal di Mars, bagaimana dengan pembaca?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H