Mohon tunggu...
reza novra
reza novra Mohon Tunggu... Musisi dan Pekerja Grafis -

Musisi dan Pekerja Grafis. wordpress: http://rezanov.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berita dari Jepang: Bahasa, Proyek Kereta Cepat dan Islam

16 Maret 2016   22:28 Diperbarui: 16 Maret 2016   22:37 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar hari kelima, penulis ke daerah Kabukicho pada pagi hari.  Sebelumnya penulis  mencari tahu dulu tentang Kabukicho di internet sebelum berangkat.  Banyak berita yang menuliskan sebaiknya jangan mengunjungi Kabukicho pada malam hari apalagi sendiri (khususnya untuk wanita).  Kabukicho adalah Red District di Jepang dan konon banyak Yakuza.  Tetapi karena pernah mendengar ada musholla di daerah tersebut dan salah satu imamnya adalah orang Jepang yang seluruh tubuhnya penuh tato, penulis pun tertarik untuk mencarinya.  Letak musholla tersebut berada di belakang restoran India, pada sebuah gang kumuh.  Nama Mushollanya adalah Musholla Al Ikhlas.  Tetapi pintu Musholla tertutup rapat.  Setelah diketuk berkali-kali tak ada jawaban, akhirnya penulis kembali ke Tokyo Camii’ lagi untuk bertanya-tanya ke Shigeru-san /Abdul karim mengenai keberadaan Musholla disana. Tetapi ia kurang begitu tahu walaupun memang pernah mendengar ada Musholla disana.

Malamnya penulis memutuskan untuk mengunjungi Kabukicho lagi.  Kali ini penulis berhasil.  Musholla itu dibuka, dan pengurusnya adalah orang Ternate berusia tujuh puluh delapan tahun tetapi masih terlihat segar bugar.  Suatu hal yang unik bagi penulis di kawasan ‘merah’ ini bisa terdapat Musholla.  Pengurus Musholla itu bernama pak Idris, seorang jurnalis Islam.  Kami berbincang hanya sebentar saja, karena penulis sudah keburu berjanji dengan teman Indonesia yang berada disana untuk bertemu.  Penulispun tidak sempat bertemu dengan imam jepang yang tubuhnya penuh tato itu. Seandainya ada kesempatan lagi ke Jepang penulis ingin mengunjungi musholla itu lagi. 

Kesimpulan

Banyak yang membuat Penulis terpukau selama seminggu bertualang singkat di Jepang karena bebas berjalan dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.  Menemukan beberapa hal yang mungkin bisa dibilang kontradiktif dengan Indonesia namun menarik untuk dituliskan karena menarik perhatian.

Yang pertama  adalah Bahasa Inggris.  Kebanyakan penduduk Jepang bahasa Inggrisnya tidak begitu bagus, bahkan banyak yang tidak bisa.  Tetapi negaranya bisa begitu maju dan mengapa mereka merasa baik-baik saja dengan itu? Bahkan berhasil menghasilkan budaya baru semacam Anime, Komik, dsb yang kini sudah mendunia.  Beda sekali dengan kebanyakan kaum menengah keatas Indonesia yang cenderung nyinyir atau menertawakan ketika ada kawannya yang berbahasa Inggris dengan grammar yang belepotan. Gadis-gadis manis di klub yang ketika bicara sering menyelipkan “keinggrisannya”  lengkap dengan aksennya yang kerap membuat geli.  Kebanyakan turis Indonesia yang pulang dari Jepang mengeluh susah karena penduduknya tidak bisa bahasa Inggris.  Entah mana yang lebih maju pola pikirnya? Jangan-jangan hanya kita sendiri yang merasa diri ini sudah maju atau modern.  Identitas kedirian saja masih belum jelas, budaya baru yang dihasilkan pun baru sekelas dangdut koplo remix.

Yang kedua adalah Penulis mendapati berita proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dari teman-teman Indonesia yang tinggal di Jepang.  Saat pemerintah Indonesia ‘mendadak’  beralih ke Cina untuk pengerjaan proyek kereta cepat, betapa kecewanya pemerintah Jepang.  Berita ini menjadi pembicaraan yang besar disana dan diulas berhari-hari.  Beda dari berita yang kita terima di Indonesia bahwa Jepang tidak kecewa.  Sekali lagi Penulis sadari kebenaran selalu bersifat kontekstual.  Apa yang kita baca di dunia maya, sebaiknya tidak kita telan mentah-mentah begitu saja.

Yang terakhir yaitu Islam.  Menurut Penulis, Islam akan berkembang makin pesat ke depannya, bila dilihat makin banyaknya orang Jepang yang tertarik ingin mengenal Islam lebih dalam lagi melalui seringnya berkunjung ke Tokyo Camii’.  Dari beberapa data yang Penulis himpun, beberapa muallaf Jepang  memiliki alasan tersendiri apa yang menjadi daya tarik Islam bagi mereka.  Ada yang tertarik dengan cara sholatnya karena sedikit mirip dengan cara orang Jepang membungkukkan badan untuk meminta maaf. Lalu ada pula yang tertarik karena wanita-wanita Islam mengenakan Jilbab.  Bagi mereka (khususnya para wanitanya) ini hal yang unik dan kagum pada cara Islam untuk menjaga kehormatan wanita-wanitanya.  Menurut penulis ini menarik, di saat kebanyakan kalangan menengah keatas Indonesia tengah nyinyir mengusung anti budaya Arab, tetapi bagi banyak Muallaf Jepang Jilbab merupakan sesuatu yang eksotik dan sepakat dengan tujuannya untuk menjaga kehormatan Wanita.  Ada pula yang tertarik dengan agama ini karena persaudaraan sesama Islamnya begitu erat, walaupun berbeda warna kulit dan suku bangsa. Banyak pula yang terkejut karena  Islam ternyata sama sekali berbeda dengan opini yang  dibentuk media massa selama ini. 

Pemerintah Jepang sendiri pun sudah mulai memperbanyak sarana untuk orang Islam yang berkunjung kesana. Seperti contohnya fasilitas “Prayer Room” di Bandara, dan mulai ada beberapa restoran halal berikut Supermarket yang menjual makanan halal. Masjid mulai ada banyak.  Ada sekitar seratus masjid yang tersebar di seluruh Jepang.

Begitulah kira-kira hasil kunjungan singkat ke Jepang.  Memang hanya berupa riset kecil-kecilan dari sudut pandang seorang turis yang berjalan tak tentu arah kesana kemari.  Namun semoga berguna sebagai informasi sekadarnya.  Semoga Penulis bisa kembali secepatnya kesana untuk melakukan riset yang jauh lebih mendalam. 

[caption caption="kabukicho"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun