Mohon tunggu...
Reza Muhammad Subhan
Reza Muhammad Subhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjadjaran

Pemuda Urakan Namun Kreatif

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah dan Evolusi Gerakan Skinhead: dari Musik ke Identitas Sosial

23 Juni 2024   22:00 Diperbarui: 23 Juni 2024   22:36 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://bricksmagazine.co.uk/2020/11/06/the-hypocrisy-of-the-skinhead-fashion-fascism-and-cultural-appropriation/

Meskipun selalu dikaitkan dengan kegiatan negatif, inti dari subkultur Skinhead ini adalah tentang kebersamaan dan persaudaraan, kesenangan terhadap musik, dan kebanggan atas identitas kelas pekerja

Di era modern, skinhead terus berevolusi. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, subkultur ini telah diadaptasi dan dimodifikasi sesuai dengan konteks lokal. Meskipun pandangan publik terhadap skinhead seringkali masih dikaitkan dengan kekerasan dan ekstremisme, banyak anggota komunitas skinhead yang fokus pada musik, solidaritas, dan identitas kelas pekerja tanpa afiliasi politik ekstrem dan juga memiliki nilai-nilai yang lebih dalam seperti anti-fasis, anti-rasis, dan solidaritas antar sesama.

Kesimpulan

Skinhead adalah fenomena budaya yang dimulai di Inggris pada akhir 1960-an, berasal dari penggabungan dua subkultur: Mods dan Rude Boys. Mods adalah subkultur yang populer di kalangan kelas menengah atas Inggris pada awal 1960-an, dikenal dengan gaya berpakaian rapi dan penggunaan skuter Vespa. Kemudian, gaya hidup Mods juga diadopsi oleh kelas pekerja, yang dikenal sebagai Hard Mods, cikal bakal skinhead.

Musik adalah bagian penting dari identitas skinhead, dengan genre seperti ska, soul, reggae, rocksteady, Oi!, dan street punk menjadi ciri khas mereka. Gaya hidup skinhead melibatkan pakaian khas, rambut gundul, dan kecintaan terhadap sepak bola serta musik Oi!.

Pada awalnya, skinhead bukan gerakan politis, tetapi pada 1970-an hingga awal 1980-an, mereka mulai terpecah akibat pengaruh politik sayap-kanan. Beberapa skinhead terlibat dengan kelompok ekstrem kanan, menyebabkan asosiasi dengan ideologi fasis dan rasis. Namun, gerakan seperti SHARP (Skinhead Against Racial Prejudice) dan ANTIFA (Anti Fasist Action) muncul untuk menunjukkan bahwa tidak semua skinhead adalah rasis atau neo-Nazi.

Meskipun sering dikaitkan dengan kekerasan dan ekstremisme, inti subkultur skinhead adalah tentang kebersamaan, persaudaraan, kecintaan pada musik, dan kebanggaan sebagai kelas pekerja. Di era modern, skinhead terus berevolusi dan diadopsi di berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan fokus pada solidaritas, anti-fasisme, dan identitas kelas pekerja tanpa afiliasi politik ekstrem.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun