Mohon tunggu...
Muhammad Reza Kurniawan
Muhammad Reza Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Chemical Engineering Undergraduate Student USU Astronomy, data science, artificial intelligence enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Astronomi Berbasis Al Quran

12 Maret 2019   19:59 Diperbarui: 12 Maret 2019   20:21 3856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti yang kita ketahui, Al-Qur'an banyak berbicara dengan sains. Al-Qur'an banyak membahas tentang fakta-fakta ilmiah disamping membahas tentang tuntunan syariat, akidah, akhlak, peringatan, dan kisah orang-orang terdahulu. Beberapa ayat Al-Qur'an mengajak pembacanya untuk menggunakan logika dan ilmu pengetahuan. 

Mulai dari astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika, kebumian, geografi, geologi, dll. Al-Qur'an adalah referensi utama ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk menggali ilmu dan mengembangkan teknologi yang belum ditemukan pada masa sekarang. Umat Islam seharusnya banyak mempelajari ilmu pengetahuan yang dikemukakan Al-Qur'an jika ingin maju dalam segala bidang. Pada kesempatan kali ini saya ingin mengupas beberapa ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang astronomi.

Dua tahun yang lalu para astronom menemukan 7 planet batuan yang mengelilingi bintang TRAPPIST-1, yang berjarak 40 tahun cahaya dari Bumi. Sistem planet ini ditemukan dengan mengamati kedipan cahaya bintang saat planet melintasinya. Pengamatan dilakukan dengan teleskop Spitzer milik NASA dan teleskop TRAPPIST di Observatorium La Silla, Chile. 

Hasil penelitian ini diterbitkan di jurnal Nature pada tanggal 22 Februari 2017. 7 eksoplanet ini berukuran seperti Bumi dengan 3 diantaranya merupakan zona layak huni. Penemuan ini bisa menjadi bagian "teka-teki" dalam menemukan lingkungan layak huni yang telah disebutkan dalam Al-Qur'an.

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran". (Q.S. Al-Isra'/17:99)

"Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.". (Q.S. Yasin/36:81)

Allah secara halus telah mengajak manusia memperhatikan, menelaah, mempelajari, dan memahami semua yang diciptakan-Nya. Terlebih-lebih langit.

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?" (Q.S. Al-Mulk/67:3)

Secara halus dalam ayat ketiga surah Al-Mulk, Allah mengajak manusia untuk memperhatikan langit. Dia menegaskan bahwa tidak ada yang tidak seimbang pada ciptaan-Nya. Kemudian dia menantang manusia berkali-kali untuk sekali saja membuktikan adanya kecacatan dalam cipataan-Nya. Kemudian sekali lagi dia menegaskan, tak ada yang cacat dalam ciptaan-Nya. Dalam tantangan itu, secara halus Allah mengajak manusia untuk mempelajari langit karena ada sesuatu yang luar biasa dibalik penciptan langit.

"Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Q.S. Al-Mu'min/40:57)

Langit diciptakan dari sebuah singularitas, yaitu sesuatu yang padu yang muncul dari suatu ketiadaan. Alam semesta berawal dari sesuatu yang sangat padat dengan suhu yang sangat tinggi yang kemudian meledak dan berkembang yang disebut dengan peristiwa Big Bang. Menurut teori Big Bang, alam semesta bergerak dengan cepat pada beberapa mikrodetik pertama. Selain itu, tidak adanya konsep luar alam semesta yang masih menjadi misteri berimplikasi massa atau energi kekal di alam semesta. 

Akibatnya, alam semesta yang semakin besar menjadikan rapat energi alam semesta pun semakin turun. Alam semesta mendingin seiring menua. Dengan alam semesta semcam ini, tinjauan termodinamika adianiatik berlaku. Teori Big Bang didukung dengan penemuan Cosmic Microwave Backround pada tahun 1965. 

Rapat energi CMB sebagai radiasi jauh melebihi rapat energi radiasi dari bintang-bintang. Teori Big Bang telah memprediksi kehadiran radiasi semacam ini. Seperti yang kita ketahui, teori ini diajukan oleh Lamaitre pada tahun 1927. Namun, Al-Qur'an telah mengabarkannya sekitar 1400 tahun yang lalu.

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Q.S. Al-Anbiya/21:30)

Teori Big Bang juga diperkuat dengan penemuan darkmatter yang merupakan antimateri di ruang angkasa. Hal ini menunjukkan bahwa darkmatter dan materi pernah menyatu dahulu kala. Peristiwa pemisahan langit dan bumi yang terjadi dengan serta-merta atas perintah Allah sesuai dengan surah Al-An'am ayat 73.

"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-An'am/6:73)

Kalimat kun fayakuun pada ayat ini pastilah menikuti sunnatullah yaitu diciptakan dalam enam masa sesuai dengan keterangan di dalam surah Al-A'raf ayat 54.

"Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. Al-A'raf/7:54)

Langit yang diciptakan dengan kekuasaan-Nya kemudian diperluas secaa terus-menerus sesuai dengan keterangan pada surah Adz-Dzariyat ayat 47.

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Q.S. Adz-Dzariyat/51:47).

Fakta tentang berkembangnya alam semesta ini dibuktikan oleh Hubble, seorang astronom asal Amerika. Dia mengumpulkan dan menginterpretasikan data hasil observasi dengan menggunakan teleskopnya. Hubble menemukan bahwa bintang dan galaksi bergerak saling menjauh satu sama lain dengan menginterpretasikan spektrum galaksi yang bergeser ke arah warna merah (redshift). Redshift yang terjadi disebabkan oleh pergeseran Doppler dengan kecepatan radialnya menjauhi kita. Penyataan ini disimpulkan dengan hukum Hubble.

v = rH0

Dengan v merupakan kecepatan radial galaksi, H0 merupakan konstanta Hubble (500 kms-1Mpc-1), dan r merupakan jarak. Namun, astronom-astronom modern mengkritisi konstanta Hubble.

Kondisi langit yang terdiri dari bintang dan materi antar bintang selalu "disempurnakan" sesuai keterangan dalam surah An-Nazi'at ayat 27 dan 28. Penyempurnaan ini dapat terjadi dengan pemadatan materi kabut dan debris yang masih tersisa sehingga membentuk benda angkasa baru dll.

"Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya? Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya." (Q.S. An-Nazi'at/79:27-28).

Gaya gravitasi merupakan suatu anugrah luar biasa yang memungkinkan anggota tata surya idak tercerai-berai dan memiliki orbit tersendiri. Gravitasi menyebabkan kita dapat berjalan di Bumi, benda-benda yang dilemparkan kembali jatuh ke Bumi, hujan turun ke Bumi, dll. Allah menjelaskan tentang gravitasi pada Surah Fatir ayat 41 dan Surah Al-Hajj ayat 65.

"Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Q.S. Fatir/35:41)

"Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia." (Q.S. Al-Hajj/22:65)

Setelah planet dan asteroid terbentuk terdapat bahan-bahan sisa yang disebut debris. Debris dapat lenyap bertabrakan dengan plenet atau terlempar keluar dari tata surya. Beberapa debris yang tidak terlempar cukup jauh yang masih dipengaruhi oleh gravitasi matahari adalah komet dan asteroid. Kebanyakan asteroid membentuk sabuk diantara orbit Mars dan Jupiter. Beberapa debris yang berukuran besar terdapat di sabuk Kuiper diluar orbit Neptunus. 

Ada tiga debris besar yang orbitnya mendekati orbit Neptunus yaitu Pluto, Sedna, dan Eris (Xena) yang masing-masing berjarak 30 AU, 67 AU, dan 97 AU dari Matahari (1 AU = 1,49 x 108 km; AU = astronomical unit). Perlu diketahui bahwa pluto tidak lagi dianggap sebagai plenet dan dikelompokkan sebagai benda angkasa yang berada di sabuk Kuiper sesuai dengan kesepakatan para astronom. Jika 8 planet anggota tata surya ditambah dengan 3 benda langit ini maka menjadi sebelas dan seperti "menyinggung" mimpi Nabi Yusuf as yang melihat 11 kaukaban sujud kepadanya.

"(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas kaukaban, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku." (Q.S. Yusuf/12:4)

Takwilnya bahwa ayah, ibu, dan saudara-saudaranya yang berjumlah sebelas akan menghormatinya. Tapi, sepertinya ada maksud lain dalam surah Yusuf ayat 4 ini. Kata kaukaban atau kawakib sering diterjemahkan sebagai bintang. Namun, menurut beberapa ahli tafsir, kawakib merupakan benda langir yang bercahaya namun tidak memiliki cahaya sendiri. Dengan demikian, cahayanya merupakan cahaya refleksi. Kata kaukaban juga dipakai dalam cerita Nabi Ibrahim dalam Surah Al-An'am ayat 76 saat dia mencari Tuhan. 

Ketika nabi Ibrahim melihat kaukaban dia berpikir kalau itu adalah Tuhan, namun Allah menyelamatkannya dari pemikiran yang keliru. Kalau kita telaah, kaukaban seharusnya berbeda dengan bintang karena kita tahu bahwa ada banyak bintang yang menghiasi langit yang bisa diamati jika polusi cahaya rendah. Kaukaban itu seharusnya lebih terang dari bintang di langit karena dalam cerita ini menarik perhatian dari Nabi Ibrahim.

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah kaukaban (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala kaukaban itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." (Q.S. Al-An'am/6:76)

Ketika masih SD, kita diajari bahwa bulan mengelilingi Bumi dan Bumi mengelilingi Matahari. Pernah muncul pertanyaan di hatiku, "Matahari mengelilingi apa?". Pertanyaan ini terjawab dengan diawali ketika aku membaca Surah Yasin ayat 38 dan Surah Al-Anbiya' ayat 33. Ternyata Matahari juga memiliki garis edar. Matahari yang berada pada galaksi Bima Sakti berevolusi mengelilingi pusat galaksi.

"Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Yasin/36:38)

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Q.S. Al-Anbiya'/21:33)

Beredarnya Matahari dan Bulan mengikuti pola yang teratur. Hal ini dijelaskan pada Surah Ar-Rahman ayat 5.

"Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan." (Q.S. Ar-Rahman/55:5)

Pergerakan bulan dijadikan dasar dalam pembuatan kalender qamariah (Hijriah) sedangkan pergerakan matahari dijadikan dasar dalam pembuatan kalender syamsiyah (Masehi). Cerita Ashabul Kahfi sedikit menyinggung tentang ini. Diceritakan dalam surah Al-Kahfi ayat 25 bahwa pemuda-pemuda itu tertidur selama 300 ditambah 9 tahun. Yang dimaksud disini adalah 300 tahun hitungan kalender masehi atau 309 tahun hitungan kalender hijriah. Pada saat ayat ini diturunkan, orang-orang arab tidak mengenal kalender masehi dan pada saat itu juga kalender hijriah belum dibuat. Seperti yang kita ketahui, kalender hijriah dibuat pada masa kekhalifahan Umar bin Khaththab. Namun, Allah sudah lebih dulu mejelaskannya secara tidak langsung dalam ayat ini.

"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun." (Q.S. Al-Kahfi/18:25)

Perbedaan jumlah hari dalam satu tahun antara kalender masehi (kalender Gregorian) dengan kelender hijriah adalah 11 hari. Perbedaan hari dalam 300 tahun masehi denga mengabaikan tambahan satu hari pada tahun kabisat adalah 300 x 11 hari = 3300 hari. Hitungan jumlah hari dalam kalender hijriah pertahun adalah 354 hari. Sehingga :

3300 hari : 354 hari/tahun = 9,32 tahun ~ 9 tahun

Astronomi terlihat semakin "istimewa" dalam Al-Qur'an dengan sumpah Allah dalam Surah Al-Waqi'ah ayat 75-76.

"Maka aku bersumpah dengan tempat beredarnya nintang-bintang. Dan sesungguhnya ini benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui." (Q.S. Al-Waqi'ah/56:75-76)

Allah benyak bersumpah dengan menggunakan kalimat laa uqsimu. Namun, tidak ada penegasan di ayat setelahnya kecuali sumpah yang satu ini. Beberapa sumpah Allah dalam Al-Qur'an dengan kalimat laa uqsimu terdapat dalam Surah Al-Qiyamah ayat 1 dan 2, Surah Al-Haqqah ayat 38 dan 39, Surah Al-Balad ayat 1, dan Al-Ma'arij ayat 40. Namun tak ada satupun yang diiringi penegasan pada ayat setelahnya kecuali sumpah Allah dengan bintang dan garis edarnya pada surah Al-Waqi'ah ayat 75 dan ditegaskan bahwa itu merupakan sumpah yang besar pada ayat ke-76. 

Saya mengutip tafsir ulama dan sahabat mengenai ayat ini. Buya Hamka menerangkan dalam tafsir Al-Azhar, bahwa dengan ayat ini kita disuruh untuk berpikir lebih mendalam lagi. Dikatakan bahwa mulanya Allah bersumpah dengan bintang dan garis edarnya kemudian dikatakan lagi meskipun dengan bintang, sumpah ini merupakan sumpah yang besar dan penting. Lebih jauh lagi, Ibnu Abbas dan Adh-Dhahhak telah menafsirkan bahwa dengan bintang-bintang manusia bisa mendapat petunjuk Allah. Sesuai dengan surah An-Nahl ayat 16.

"Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk." (Q.S. An-Nahla/16:16)

Selain pada Q.S. Al-Waqi'ah/56:75-76, Allah juga bersumpah dengan bintang pada Q.S. An-Najm/53:1, Q.S. At-Takwir:81/15-16, dan Q.S. Al-'Insyiqaq/84:16-18.

Dalam pelayaran di lautan, dalam pengembaraan di padang pasir, dalam mendaki gunung petunjuk arah dapat dicari dengan bintang. Oleh sebab itu, Allah mengambil sumpah dengan bintang, bukanlah itu sumpah yang kecil, bahkan dia adalah peringatan yang besar! Didalam Al-Qur'an disebutkan bintang memiliki 3 kegunaan, sebagai hiasan di langit dunia (Q.S. Al-Mulk:67/5; Q.S. Ash-Shafat/37:6; Q.S. Al-Hijr/15:16), sebagai alat pelempar bagi setan (Q.S. Al-Mulk/67:5; Al-Hijr/15:17-18) dan sebagai petunjuk arah (Q.S. Al-An'am/6:97).

Bintang-bintang digunakan sebagai alat pelempar bagi setan sejak diutusnya Nabi Muhammad saw sebagai seorang Rasul. Sejak saat itu, setan tidak bisa lagi mencuri berita dari langit dan berakhirlah praktek perdukunan. Perlu diketahui kalau sebelum itu setan bisa mencuri kabar dari langit dan memberitahukannya kepada dukun-dukun di Bumi dengan menambah 100 kebohongan sesuai dengan hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari.

Bintang juga berguna sebagai alat petunjuk arah bagi manusia. Terlebih-lebih orang-orang zaman dahulu yang nomaden. Sampai sekarang para nelayan selain menggunakan kompas juga menggunakan rasi bintang sebagai petunjuk arah. Ada 88 rasi bintang yang diakui International Astronomical Union (IAU) dengan 13 diantaranya dilalui Matahari setiap tahun di garis ekliptika.

Sebagai umat Muslim seharusya kita menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar dari segala sesuatu. Jika kita mempelajari Astronomi secara tidak langsung kita sedang mempelajari Al-Qur'an karena Al-Qur'an memang banyak membicarakan astronomi. Tugas kita adalah mempelajari dan membuktikan secara langsung apapun yang dikatakan Allah didalam Al-Qur'an terkhususnya sumpah-sumpah-Nya agar bisa menambah dan menguatkan keimanan dalam hati kita. Semoga kita mati dalam keadaan beriman dan beraga Islam.

Selain itu, Allah juga menceritakan salah satu ciri orang-orang yang berakal dalam surah Ali 'Imran ayat 190-191.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S. Ali Imran/3:190-191)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun