Mohon tunggu...
Reza Imansyah
Reza Imansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia

Seorang mahasiswa teknik sipil yang sangat menyayangi ilmunya. Suka menguak sisi lain Indonesia, khususnya dalam sosial, budaya, dan politiknya. Menulis menjadi bagian dari hidup. Dan akan terus hidup walau saya mati. Saya yakin.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

AADJ: Ada Apa dengan Jokowi?

21 Juli 2020   11:19 Diperbarui: 21 Juli 2020   11:45 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tak habis pikir kenapa sampai detik ini reshuffle menteri belum dilaksanakan. Sudah jelas kinerja Menteri Terawan, Yasonna Laoly, Budi Karya, sampai Syahrul Yasin Limpo tidak sesuai dengan kemauan rakyat pada umumnya. Apalagi bila kita bicara Pak Edhy Prabowo yang sangat berbeda jauh dalam memberikan kebijakan dibanding Bu Susi, pendahulunya.

Umumnya, menteri-menteri yang bermasalah dalam Kabinet Indonesia Maju (kabinet periode kedua Jokowi) adalah menteri titipan politik ataupun menteri non-politik yang entah kesayangan atau masih ada sangkut pautnya dengan politik.

Di periode kedua ini, nampaknya Jokowi tidak terlalu berani untuk melakukan guncangan-guncangan yang melawan karakter umum bangsa seperti halnya yang dia canangkan di tahun 2014 : "Revolusi Mental". Pemerintahan Pusat kembali kepada era yang menguntungkan segelintir golongan dibandingkan keutuhan rakyat.

Nampaknya Jokowi juga punya salah perhitungan dalam memilih menterinya. Ternyata, menterinya tidak secerdas itu.

Kesalahan 3 : Gibran Rakabuming Raka

Tidak akurnya Jokowi dengan PDIP disertai majunya Gibran, putra sulungnya, sebagai Calon Wali Kota Solo membuat situasi ke depan semakin tidak kondusif. Majunya Gibran sendiri saja sudah membuat publik skeptis terhadap tujuan beliau maju, apakah memanfaatkan popularitas ayahnya, atau memang keluarga ini sedang membangun dinasti politik?

Rahasia-rahasia politik seperti Jokowi yang memanggil Achmad Purnomo dan dijanjikan jabatan adalah contoh jelas kalau Jokowi dan PDIP sedang tidak akur. Apabila mereka akur, cerita seperti ini tidak akan bocor ke publik secara luas.

Dalam beberapa wawancara Achmad juga menyatakan ini benar adanya. Interupsi berpolitik yang dilakukan Jokowi demi kemenangan putranya sangat tidak etis dilihat publik.

Melihat berita-berita terdahulu yang menyatakan Gibran tidak ingin masuk dalam dunia politik juga membuat publik begitu kecewa. Artinya, Jokowi salah perhitungan melihat peluang putranya dalam berpolitik. Pasalnya, baik menang ataupun kalah, dalam beberapa waktu ke depan Gibran dan keluarganya (dalam hal ini Jokowi) pasti akan masuk gosip politik.

Masih banyak kesalahan lain yang diakibatkan salah perhitungan Joko Widodo di masa periode keduanya. Sebagai pendukung beliau selama beberapa tahun terakhir ini, saya mengakui kekecewaan saya atas pilihan saya sendiri. Saya masih membahas kasus-kasus fundamental, belum turunan seperti perannya dalam Kasus HAM Novel Baswedan dan RUU HIP serta PKS.

Rasanya, Presiden perlu introspeksi dan mulai memikirkan kembali kemajuan bangsa dan rakyatnya daripada karir politiknya sendiri. Menjadi king maker bisa dipikir kemudian hari, kali pak!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun