Mohon tunggu...
Reza Imansyah
Reza Imansyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Indonesia

Seorang mahasiswa teknik sipil yang sangat menyayangi ilmunya. Suka menguak sisi lain Indonesia, khususnya dalam sosial, budaya, dan politiknya. Menulis menjadi bagian dari hidup. Dan akan terus hidup walau saya mati. Saya yakin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ad Hominem yang Sangat Mengakar

13 Juli 2020   11:56 Diperbarui: 13 Juli 2020   11:55 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ad Hominem (Sumber: treat.tier3)

Saya sendiri baru mempelajari bahwa ad hominem itu salah ketika di bangku kuliah melalui Mata Kuliah Kepribadian UI, yang artinya tidak semua kampus mengajarkan hal demikian. Betul memang situasi di kampus saya hampir tidak ada yang melakukan ad hominem, tetapi apakah semua orang Indonesia adalah mahasiswa UI? Jelas jauh dari kata "iya"!

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah sepatutnya melihat pendidikan karakter global secara penting. Sangat disayangkan pola pikir manusia Indonesia di masa mendatang jika terus seperti ini. Lama kelamaan, yang menduduki perusahaan dan pemerintahan hanya dari suku atau agama itu-itu saja.

Orang Jawa dan Sumatra Sangat Banyak

Kasus ad hominem berkembang bersamaan dengan jumlah orang Jawa dan Sumatra yang semakin banyak. Seiring itu pula semakin sulit untuk menghapus penilaian karakter dari suku seseorang.

Perkembangan kemajuan daerah yang tidak merata juga menjadi faktor yang membuat ad hominem terus ada di Indonesia. Doktrin-doktrin tidak dihapuskan secara formal melalui pendidikan, bahkan terus dilontarkan karena kepentingan politik oleh para pejabat. Masyarakat Indonesia yang kadar literasinya masih rendah justru semakin tenggelam dalam generalisasi karakter suku ini.

Suku Jawa dan Sumatra yang masuk ke daerah-daerah lainnya (cenderung ke Indonesia Timur) karena jumlah yang sangat banyak juga mempertahankan sekuat-kuatnya "karakter khas mereka" yang semakin membuktikan kalau mereka seperti apa yang didoktrin oleh orang-orang lain. Padahalnya, hal tersebut dipaksakan demi eksistensi suku mereka. Usaha untuk menepis karakter negatif yang digeneralisasikan kepada orang-orang Jawa dan Sumatra pun tidak pernah dilakukan secara jelas.

Memang, pendidikan dan pemerataan pendidikan menjadi kuncinya. Supaya otak semakin terbuka.

Bukan Hanya Soal Suku dan Agama

Mengakarnya ad hominem tidak hanya soal suku dan agama. Di Indonesia yang ideologinya tidak liberal maupun sosialis/komunis membuat ad hominem berada pada seluruh lapisan dan kasus. Ad hominem terhadap orang gemuk, orang kurus, orang putih, orang hitam, orang berparas cantik, orang berparas tidak cantik (bukan jelek!) selalu ada dalam kehidupan kita. Orang gemuk tidak selalu malas, orang kurus tidak selalu lincah. Karakter dan ekspresi gen muncul secara khas dalam setiap insan.

Ad hominem di negara liberal jumlahnya mungkin semakin berkurang karena mereka menyadari setiap pribadi punya kebebasan dan itu menjadi kekhasan setiap orang. Berbeda lagi, di negara sosialis/komunis justru ad hominem bisa dinyatakan "agak" benar oleh kita karena lingkungan yang mereka rasakan seragam dari lahir sampai tumbuh sampai tua sampai mati. Contohnya, semua orang mendapat tekanan dan aturan yang sama di Korea Utara, sehingga mereka punya karakter yang hampir sama satu sama lain. Tetapi, bagaimana jika kita bicara segelintir orang Korea Utara yang ingin keluar dari negaranya dan menyadari ke-diktator-an pemimpin mereka? Padahal semenjak kecil mereka juga dididik sebagaimana anak Korea Utara yang lain? Tidak semua orang Korea Utara seperti itu, bukan?

Jadi, bukan saatnya lagi kita melihat pribadi, melawan argumen, dan lain sebagainya dengan berdasarkan faktor generalisasi yang sebenarnya belum atau tidak akan terbukti secara saintifik. Lihatlah pribadi sebagai pribadi yang khas, dan jawablah pendapat mereka sesuai bukti yang nyata dan logis. Semoga kita selalu diberi pikiran yang jernih nan jelas oleh Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun