Mohon tunggu...
REZA HUSNI FUADI
REZA HUSNI FUADI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang

Mahasiwa yang senang akan membagikan berbagai peristiwa sejarah yang kontroversial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sanggar Dhemes: Popularitas dan Eksistensi bagi Kalangan Gen-Z

21 Agustus 2024   19:53 Diperbarui: 22 Agustus 2024   15:07 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wayang merupakan seni pertunjukan yang telah berkembang bagi kalangan umum yang berasal dari Jawa dan Bali. Kesenian wayang juga merupakan seni budaya asli dari Indonesia yang memiliki nilai-nilai adiluhung. 

Wayang telah berkembang sejak lama dan tetap bertahan hingga sekarang. Apalagi wayang telah ditetapkan sebagai lembaga kebudayaan dari PBB yaitu UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Curtural Organization) yang menjadi mahakarya dunia tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity) tanggal 7 November 2003. Wayang kulit mempunyai nilai pendidikan karakter yang penting bagi generasi muda untuk menghadapi daya saing globalisasi yang signifikan.

Kesenian tradisional ini dapat dipertahankan dengan cara mendirikan sebuah sanggar yang digunakan sebagai salah satu lembaga pelatihan yang termasuk dalam pendidikan nonformal. 

Sanggar ini penting untuk terus digalakkan karena untuk mempertahankan eksistensi pelestarian wayang. Sehingga masa depan wayang ini diwujudkan dengan mendirikan sebuah sanggar yang menampung berbagai kalangan masyarakat dan generasi muda untuk mempelajari seni budaya terutama seni pedalangan dan karawitan. 

Sebagai salah satu contoh perwujudan pendidikan nonformal dalam pelestarian wayang di Desa Rejosari yaitu Sanggar Wayang Dhemes. Ki Wiji Santoso yang mendirikan Sanggar Dhemes bertujuan untuk melestarikan wayang kulit yang kini semakin hilang serta untuk mengangkat harga diri perumahan tempat sanggar ini didirikan.

Salah satu untuk mengimplementasikan program pengabdian masyarakat, UNNES mengajak mahasiswa-mahasiswi untuk terlibat dalam program MBKM yang diinisiatif oleh Universitas Negeri Semarang yang bertujuan mendukung pengabdian masyarakat yaitu melaksanakan UNNES GIAT 9. Karena kelompok kami mendapatkan lokasi UNNES GIAT di Desa Rejosari, Kec. Polokarto, Kab. Sukoharjo dan ditempat tersebut pula terdapat sanggar wayang yang terkenal bagi kalangan generasi Z maka kami berinisiatif berkolaborasi dalam menjalankan program kerja. 

Salah satu program kerja saya yaitu membuat film dokumenter Sanggar Dhemes karena dengan pembuatan film ini harapannya dapat bermanfaat untuk sanggar dalam memperkenalkan wayang kulit, karawitan, dan seni tari kepada khalayak umum dan para pelajar melalui media sosial.

Foto Pribadi
Foto Pribadi

Memang keberadaan sanggar ini tidak asing bagi warga Kabupaten Sukoharjo terutama Desa Rejosari karena sanggar ini sangat intens dalam mengenalkan wayang kulit bagi generasi muda dan masyarakat umum untuk mencintai kembali kebudayaan tradisional. Apalagi sanggar ini telah memiliki peserta didik yang lumayan banyak. 

Eksistensi sanggar ini memang penuh tantangan dalam memperkenalkan wayang kepada anak-anak ataupun generasi Z karena banyak dari mereka kurang tertarik dengan hadirnya wayang, sehingga sanggar ini memiliki inovasi dan semangat yang lebih besar dalam mengembangkan budaya seni pedalangan maupun karawitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun