Mohon tunggu...
Reza Firdaus
Reza Firdaus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya ingin membuat berita yang menarik di kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pandangan Tentang Kasus Bullying Perguruan Tinggi: Ironi Bullying di Lingkungan Pendidikan

19 April 2024   21:19 Diperbarui: 19 April 2024   21:30 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perundungan yang terjadi di Binus School Serpong mengejutkan banyak orang karena tindakannya yang keji. Pada Februari 2024, sekelompok siswa yang disebut Geng Tai menculik seorang siswa. Dalam kasus ini, polisi telah menetapkan empat tersangka dan delapan anak berhadapan dengan hukum (ABH). Diduga, keempat tersangka, yang berusia antara 18 dan 19 tahun, menyerang korban secara bergiliran dengan alasan "tradisi" tidak tertulis untuk bergabung dengan kelompok mereka. 

Dampak Psikologis dan Sosial: Kasus perundungan ini memengaruhi korban dan keluarga mereka serta masyarakat umum. Para psikolog mengatakan bahwa perundungan dapat menyebabkan trauma jangka panjang bagi korban, termasuk masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Selain itu, kasus ini menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan.

Proses hukum yang dijalani kasus ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani kekerasan di sekolah. Keluarga korban memilih untuk melanjutkan kasus ini melalui proses hukum daripada berdamai. Hal ini menunjukkan keinginan yang kuat untuk mencari keadilan dan juga memberikan pesan bahwa perundungan tidak akan ditoleransi. 

Pentingnya Edukasi dan Pencegahan Edukasi mengenai dampak negatif perundungan dan cara-cara untuk mencegahnya perlu ditingkatkan. Sekolah dan orang tua harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk semua siswa. Program anti-bullying yang efektif harus diterapkan untuk mengajarkan empati dan rasa hormat terhadap perbedaan di antara para siswa.

Berikut contoh kasus bullying yang terjadi pada AA, 13 tahun, siswa SMP mengalami bullying di Masjid Darussalam, Balikpapan, pada Sabtu (23/9). Gara-garanya, ia mengirimkan pesan via Instagram ke pacar salah satu pelaku. Korban dipukul oleh pelaku yang memakai baju pramuka. Kepalanya juga ditendang anak lainnya yang mengenakan baju hitam. Bahkan, pelaku berbaju pramuka itu sempat melakukan aksi smackdown terhadap AA. Melalui video yang viral, korban tampak tidak berdaya dan tanpa melakukan perlawanan. Ia hanya menangis dan merasakan kesakitan dengan memegangi kepala.

Kasus tersebut tidak ada penindakan lanjut oleh pihak sekolah. Menurut saya kasus tersebut harusnya ditindaklanjuti, dari kasus tersebut akan membuat korban trauma yang sangat mendalam akan ada beberapa korban lagi yang akan di bully di sekolah tersebut seharusnya pelakunya harus dikasih sanksi tegas supaya pelaku kena jera yang setimpal.

Pelaku dapat melakukan hal tersebut karena dipengaruhi beberapa faktor: Pengaruh Lingkungan: Budaya di sekolah, tertentu dapat mempengaruhi apakah perilaku bully diterima atau dihukum, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi seberapa sering perilaku tersebut terjadi. 

Dorongan Grup atau Kelompok: Dalam beberapa kasus, perilaku bully dapat terjadi sebagai hasil dari tekanan dari sekelompok atau teman-teman, di mana individu merasa perlu untuk melakukan tindakan agresif untuk mendapatkan persetujuan atau status dalam kelompok mereka. Kekurangan Empati: Kurangnya kemampuan untuk memahami atau merasakan perasaan orang lain dapat menyebabkan seseorang menjadi kurang sensitif terhadap dampak emosional dari perilaku mereka, termasuk perilaku bully.

Kasus perundungan menjadi pengingat penting bahwa perundungan adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian dari semua pihak. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat berharap untuk mengurangi insiden perundungan dan menciptakan lingkungan yang lebih positif bagi generasi muda kita. 

Pihak sekolah juga harus menerapkan beberapa hal untuk mengurangi kasus bully di antaranya: Pertama, Pelatihan Keterampilan Komunikasi dan Empati dengan menyelenggarakan pelatihan keterampilan komunikasi dan empati untuk siswa, guru, dan staf untuk membantu mereka memahami perspektif orang lain, mengatasi konflik dengan cara yang produktif, dan mendukung keterbukaan dan penghargaan terhadap keragaman. 

Kedua, Komitmen Pemimpin Institusi, pemimpin sekolah harus secara terbuka dan tegas menegaskan komitmen mereka untuk menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan bebas dari penindasan. Mereka harus memimpin dengan contoh dan siap untuk bertindak ketika ada pelanggaran terhadap nilai-nilai tersebut. 

Ketiga, Evaluasi dan Pemantauan, melakukan evaluasi rutin dan pemantauan terhadap efektivitas kebijakan dan program-program anti-penindasan untuk memastikan bahwa mereka berfungsi sebagaimana mestinya dan untuk mengidentifikasi area di mana perbaikan diperlukan.

Reza Firdaus, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta angkatan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun