Itu tergambarkan dalam perjuangan Gandhi yang di dasari Cinta dan Ketidakpatuhan dalam kemerdekaan India. Satu satunya cara yang efektif waktu ditandai dimana gerakan yang digencarkan adalah membangun gerakan yang konsisten, bahwa perjuangan kebenaran itu akan diraih dengan cinta, kasih saying.
Walaupun dengan merasakan ketidaksejahteraan dalam arti yang lain pejuang satyagraha harus rela menderita, dipenjara, mati demi kebenaran dan juga ketidakpatuhan pada pemerintah yang tidak adil dipropagandakan secara terus menerus oleh Gandhi sebagai gerakan pemboikotan yang menggambarkan bentuk pembangkangan sipil yang menolak untuk berpartisipasi atau bekerjasama oleh pemerintahan.
Jiwa perjuangan Gandhi yang agung inilah harus dipahami bahwa kebenaran dan perjuangan yang dipertahankan kekonsistenannya tiada henti.
Pada bagian tertentu akan meluluhkan hati apa yang dilawan dan secara terbuka kelak akan menerima kebenaran itu. Inilah yang dipegang teguh oleh Gandhi yang menjadi alasan kekonsistenannya dalam perjuangan tanpa sikap revolusioner dengan kekerasan yang bisa terbilang buru buru, tidak memikirkan jangka panjang seperti akan melakukan apa dan menerapkan apa pasca revolusi.Â
Gandhi sangat mengedepankan kemanusiaa, maka dari itu segala bentuk ketidakmanusiawian adalah musuh besar dan terutama menjadi ujian bagi pergerakan yang mengedepankan revousioner. Baginya, Bagaimana mungkin kebenaran yang diinginkan it akan diraih dengan cara yang jahat. Begitulah pelajaran yang bagi penulis sangatlah berharga yang ditinggalkan oleh Mahatma Gandhi sebagai titipan pada sejarah.
referensi
[1] Lihat. Emin Salla, Michael. Satyagraha In Mahatma Gandhi's Political Philosophy. Peace Research, Vol. 25, No. 1 (February 1993). Halaman 39-40.