Ekonomi hijau tidak hanya berfokus pada aspek lingkungan tetapi juga pada inklusivitas sosial. Melalui pendekatan ini, kelompok-kelompok rentan, seperti petani kecil dan masyarakat adat, dapat diberdayakan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi. Ini dilakukan dengan memberikan akses ke teknologi ramah lingkungan dan pasar yang lebih luas.
6. Mendorong Inovasi Teknologi
Green economy memacu pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Negara berkembang dapat memanfaatkan tren ini dengan mengadopsi teknologi hijau untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing. Selain itu, investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi hijau dapat menciptakan ekosistem inovasi yang bermanfaat bagi seluruh sektor ekonomi.
7. Mengurangi Ketergantungan pada Impor Energi
Banyak negara berkembang bergantung pada impor bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energinya. Green economy menawarkan solusi dengan mendorong penggunaan energi terbarukan yang dapat diproduksi secara lokal. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya impor tetapi juga meningkatkan kemandirian energi.
8. Menciptakan Lapangan Kerja Baru
Penerapan ekonomi hijau membuka peluang besar dalam sektor-sektor baru, seperti pembangunan infrastruktur energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan agribisnis berkelanjutan. Peluang ini sangat relevan bagi negara berkembang yang sering kali menghadapi masalah pengangguran tinggi.
9. Mengurangi Ketimpangan Ekonomi
Ekonomi hijau mendorong distribusi sumber daya yang lebih adil melalui pendekatan pembangunan inklusif. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam, negara berkembang dapat memastikan bahwa manfaat ekonomi dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya oleh segelintir elit.
10. Meningkatkan Reputasi Internasional
Negara-negara berkembang yang mengadopsi ekonomi hijau dapat meningkatkan reputasi mereka di mata dunia. Ini membuka peluang untuk mendapatkan investasi asing, hibah, dan bantuan teknis dari negara maju yang mendukung inisiatif keberlanjutan.