Berpijak pada argumen ini, revolusi tanpa rencana yang mantap
justru akan sia-sia. Visi masyarakat berikutnya serta siapa pemimpin yang
layak, dan mampu menciptakan visi tersebut, haruslah dipersiapkan
sedapat mungkin, sebelum revolusi bergulir. Harga yang harus dibayar,
ketika kita gagal mempersiapkan ini, amatlah mahal, yakni perang saudara
yang sia-sia, dan cita-cita revolusi yang lenyap ditelan udara.
Para pengkhianat revolusi biasanya berkedok fundamentalisme
agama dan fundamentalisme ekonomi. Atas nama agama, mereka
memelintir agenda revolusi, dan mengangkat kelompoknya sendiri sebagai
pemimpin yang, seringkali, bergaya diktatorial. Di sisi lain, kekuatan modal
ekonomi, yang dimiliki oleh negara-negara maju maupun perusahaanperusahaan