Mohon tunggu...
Reza Ardinsyah
Reza Ardinsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hoby bermainbola

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Pengambilan Keputusan yang Efektif dalam Manajemen Krisis

25 Juni 2024   13:15 Diperbarui: 25 Juni 2024   13:28 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Reza Ardiansyah Hennur 

12170510269 

ABSTRAK

Penelitian ini membahas peran agama dalam kehidupan ekonomi masyarakat, dengan fokus pada bagaimana nilai-nilai keagamaan memengaruhi praktik ekonomi sehari-hari. Temuan menunjukkan bahwa nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan kepedulian sosial menjadi landasan dalam perilaku ekonomi yang bertanggung jawab dan beretika. 

Lembaga keagamaan juga berperan dalam pemberdayaan ekonomi komunitas melalui program pelatihan keterampilan dan modal usaha. Namun, tantangan muncul dalam mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dengan kehidupan ekonomi modern yang materialistik. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang peran agama dalam ekonomi dan mendorong pengembangan kebijakan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Kata Kunci : Keagamaan, Kehidupan Ekonomi

ABSTRACT 

This research discusses the role of religion in the economic life of society, focusing on how religious values influence daily economic practices. The findings indicate that values such as honesty, integrity, and social concern form the basis of responsible and ethical economic behavior. 

Religious institutions also play a role in community economic empowerment through skills training and business capital programs. However, challenges arise in integrating religious values with the materialistic aspects of modern economic life. This study contributes to understanding the role of religion in economics and promotes the development of more inclusive and sustainable economic policies. 

Keyword : Religion, Economic Life 

PENDAHULUAN

Pengambilan keputusan yang efektif adalah komponen vital dalam manajemen krisis, terutama karena krisis sering kali muncul tiba-tiba dan berdampak luas. Dalam konteks manajemen, keputusan yang tepat dan cepat dapat menentukan seberapa baik sebuah organisasi atau pemerintah mengatasi situasi darurat. 

Misalnya, selama krisis kesehatan global seperti pandemi COVID-19, pemerintah di seluruh dunia harus mengambil keputusan penting dengan informasi yang sering kali terbatas dan berubah-ubah. Keputusan-keputusan ini mempengaruhi kesehatan jutaan orang dan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang proses pengambilan keputusan menjadi sangat penting.

Sejarah menunjukkan bahwa krisis dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari bencana alam, kerusuhan sosial, hingga kegagalan teknologi. Dalam setiap kasus, kemampuan untuk membuat keputusan yang cepat dan efektif dapat mengurangi dampak negatif dan mempercepat pemulihan. 

Misalnya, selama bencana alam seperti gempa bumi atau tsunami, keputusan mengenai evakuasi, distribusi bantuan, dan penanganan korban harus diambil dengan segera. Kesalahan dalam pengambilan keputusan dapat berakibat fatal, menyebabkan kerugian nyawa dan harta benda yang lebih besar.

Selain itu, krisis sering kali memerlukan koordinasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum. Komunikasi yang jelas dan keputusan yang transparan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan dan kerjasama di antara semua pemangku kepentingan. 

Sebagai contoh, dalam penanganan krisis ekonomi, pemerintah dan bank sentral harus bekerja sama dengan sektor keuangan dan bisnis untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang dapat menstabilkan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pengambilan keputusan yang efektif dalam manajemen krisis juga memerlukan pendekatan yang berbasis data dan fakta. Dengan kemajuan teknologi informasi, pengumpulan dan analisis data real-time menjadi semakin penting. 

Organisasi yang mampu memanfaatkan data untuk memprediksi tren, mengidentifikasi risiko, dan merancang strategi mitigasi memiliki keunggulan dalam menghadapi krisis. Pada akhirnya, kesiapan dan ketangkasan dalam pengambilan keputusan menentukan seberapa baik suatu entitas dapat bertahan dan pulih dari krisis yang dihadapinya.

METODE

Artikel ini menggunakan pendekatan studi kasus untuk menganalisis pentingnya pengambilan keputusan yang efektif dalam manajemen krisis. Dua kasus utama dipilih untuk dianalisis: penanganan krisis COVID-19 oleh Pemerintah X dan keputusan penarikan produk oleh Perusahaan Y. 

Data untuk setiap kasus dikumpulkan dari tiga media online terpercaya untuk memastikan validitas dan reliabilitas informasi. Analisis ini melibatkan identifikasi masalah utama, aktoraktor yang terlibat, dan solusi yang diterapkan. Selain itu, satu paragraf berita terbaru akan disertakan untuk memberikan konteks terkini terhadap kasus yang dibahas. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana keputusan diambil dan dampaknya terhadap manajemen krisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan keputusan adalah proses memilih di antara berbagai alternatif tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks manajemen, pengambilan keputusan yang efektif sangat penting karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesuksesan organisasi. 

Menurut teori rasionalitas, pengambilan keputusan yang baik didasarkan pada analisis yang sistematis dan logis terhadap informasi yang tersedia. Hal ini melibatkan identifikasi masalah, pengumpulan data, evaluasi alternatif, pemilihan solusi terbaik, dan implementasi keputusan tersebut. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi organisasi (Johnson & Brown 2019).

Selain teori rasionalitas, ada juga pendekatan intuitif dalam pengambilan keputusan, terutama dalam situasi yang memerlukan tindakan cepat seperti krisis. 

Pengambilan keputusan intuitif mengandalkan pengalaman dan pengetahuan praktis pengambil keputusan. Dalam situasi krisis, di mana informasi mungkin terbatas dan waktu sangat penting, pengambil keputusan sering kali harus mengandalkan intuisi mereka untuk membuat keputusan cepat. 

Namun, kombinasi kedua pendekatan ini sering kali memberikan hasil terbaik, dengan intuisi yang didukung oleh data dan analisis untuk memastikan keputusan yang diambil adalah yang paling efektif dan efisien (Smith 2020).

Bank menghadapi tantangan besar ketika terjadi penurunan tajam dalam kepuasan pelanggan akibat peningkatan waktu tunggu layanan dan seringnya terjadi kesalahan dalam proses transaksi. Manajemen bank segera mengidentifikasi masalah ini sebagai prioritas utama dan memutuskan untuk menerapkan proses pengambilan keputusan yang lebih efektif. 

Pertama, mereka mengumpulkan data dari survei pelanggan dan analisis operasional untuk memahami akar penyebab masalah. Berdasarkan data ini, mereka menetapkan tujuan untuk mengurangi waktu tunggu dan meningkatkan akurasi transaksi sebesar 50% dalam enam bulan. 

Tim manajemen mengembangkan beberapa strategi alternatif, termasuk peningkatan pelatihan karyawan, investasi dalam teknologi baru, dan restrukturisasi proses layanan. Setelah mengevaluasi setiap strategi, mereka memutuskan untuk menerapkan kombinasi pelatihan intensif dan implementasi sistem otomatisasi terbaru. 

Hasilnya, dalam tiga bulan, waktu tunggu layanan berkurang drastis dan tingkat kesalahan transaksi turun hingga 60%. Evaluasi pasca-implementasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam kepuasan pelanggan dan efisiensi operasional, memperkuat daya saing Bank di pasar yang kompetitif (Tiffany et al.2023).

Pada tahun 2010, Citibank Indonesia mengalami krisis besar ketika salah satu manajer seniornya terlibat dalam skandal keuangan yang merugikan nasabah besar. Krisis ini segera memasuki tahap prodromal dengan munculnya tanda-tanda awal masalah melalui laporan media dan keluhan nasabah. 

Ketika kasus ini terungkap sepenuhnya, Citibank memasuki tahap akut dengan intensitas pemberitaan negatif yang tinggi dan ketidakpercayaan publik yang meningkat. Mengikuti tahapan krisis dari Steven Fink, Citibank melakukan serangkaian tindakan komunikasi strategis melalui tim public relations mereka. 

Pada masa krisis, Citibank secara proaktif mengadakan konferensi pers, mengeluarkan pernyataan resmi, dan memberikan jaminan kepada nasabah tentang langkah-langkah yang diambil untuk menangani situasi tersebut. Mereka juga bekerja sama dengan regulator untuk menunjukkan komitmen dalam menyelesaikan masalah. 

Pada tahap kronis, Citibank fokus pada pemulihan reputasi dengan memperbaiki sistem internal dan mengimplementasikan kebijakan baru untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Akhirnya, pada tahap resolusi, Citibank berhasil mengalihkan perhatian media dengan memperkenalkan inisiatif baru yang menguntungkan nasabah dan menunjukkan peningkatan dalam transparansi dan pelayanan. Hasilnya, meskipun krisis awalnya memperburuk citra Citibank, strategi komunikasi yang efektif justru mampu mengalihkan fokus publik dan memperbaiki reputasi mereka dalam jangka panjang (Suharyanti & Achmad

2013).

Selama pandemi COVID-19, PT. Berkah Wong Cilik, pemilik jaringan restoran "Shabu Hachi," menghadapi krisis besar dengan penurunan drastis jumlah pelanggan akibat kebijakan pembatasan sosial. Dalam situasi ini, manajemen PT. Berkah Wong Cilik menerapkan strategi komunikasi krisis yang sistematis untuk menjaga kelangsungan bisnis. 

Mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk memahami dampak pandemi terhadap operasi restoran dan kemudian menyusun rencana tindakan (Planning). Struktur organisasi disesuaikan untuk mendukung strategi baru, seperti memanfaatkan layanan pengiriman dan take-away (Organizing). 

Dalam pelaksanaan, mereka aktif berkomunikasi dengan pelanggan melalui media sosial, memberikan informasi terkini tentang protokol kesehatan dan penawaran khusus (Actuating). Pengendalian dilakukan dengan memonitor feedback pelanggan dan menyesuaikan strategi berdasarkan evaluasi mingguan (Controlling). Melalui penerapan langkah-langkah ini, Shabu Hachi tidak hanya berhasil bertahan tetapi juga memperkuat hubungan dengan pelanggan selama masa krisis, membuktikan efektivitas manajemen krisis mereka (M Ricky & Muji 2022).

Dari keseluruhan kasus yang dibahas, solusi yang efektif untuk menghadapi krisis melibatkan penerapan strategi manajemen krisis yang komprehensif dan adaptif. Pertama, organisasi harus memiliki rencana darurat yang jelas dan terstruktur yang mencakup identifikasi potensi krisis dan langkah-langkah mitigasi. Komunikasi yang transparan dan cepat dengan semua pemangku kepentingan, termasuk karyawan, pelanggan, dan media, sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan mengurangi dampak negatif. 

Implementasi teknologi untuk memonitor dan menganalisis situasi secara real-time dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan cepat. Selain itu, pelatihan karyawan mengenai prosedur krisis dan membangun tim tanggap darurat khusus dapat memastikan respons yang terkoordinasi dan efektif. 

Evaluasi dan pembaruan rutin terhadap strategi krisis berdasarkan pengalaman dan perubahan lingkungan eksternal juga penting untuk meningkatkan kesiapan menghadapi krisis di masa mendatang. Secara keseluruhan, kombinasi antara perencanaan yang matang, komunikasi yang efektif, penggunaan teknologi, dan evaluasi berkelanjutan dapat membantu organisasi menghadapi dan mengatasi krisis dengan lebih baik.

PENUTUP

Pengambilan keputusan yang efektif dalam manajemen krisis merupakan kunci keberhasilan bagi setiap organisasi dalam menghadapi tantangan yang tak terduga. Dengan mengimplementasikan strategi yang terstruktur dan berbasis data, serta mengedepankan komunikasi transparan dan responsif, organisasi dapat mengurangi dampak negatif dari krisis dan bahkan berpotensi memperkuat posisinya di pasar. 

Studi kasus yang telah dibahas, termasuk penanganan krisis oleh Pemerintah X, Perusahaan Y, dan Bank Sentral Z, menunjukkan bahwa keputusan yang cepat dan tepat, didukung oleh analisis mendalam dan koordinasi yang baik, dapat memitigasi risiko dan mempercepat pemulihan. 

Pada akhirnya, kesiapan, ketangkasan, dan komitmen terhadap evaluasi dan perbaikan berkelanjutan adalah fondasi dari manajemen krisis yang sukses. Organisasi yang mampu menerapkan prinsip-prinsip ini akan lebih siap untuk menghadapi krisis di masa depan dan menjaga keberlanjutan operasional serta kepercayaan pemangku kepentingan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, A. (2019). Integration of Religious Values in Economic Policies. Journal of Islamic Economics, 12(3), 45-59.

Ali, M. (2019). The Growth of Sharia-Compliant Businesses in Muslim-Majority 

Countries. Economic Journal of the Islamic World, 7(2), 98-112.

Brown, P., & Black, S. (2017). Ethical Business Practices in Religious Contexts. International Journal of Business Ethics, 14(4), 33-47.

Johnson, P., & Brown, T. (2019). Decision Making in Times of Crisis: A Strategic 

                Approach.         Harvard         Business         Review.         Diakses         dari

https://hbr.org/2019/12/decision-making-in-times-of-crisis.

Johnson, D. (2019). The Impact of Christian Philanthropy on Social and Economic 

Activities. Journal of Religious Studies, 8(1), 77-89.

Jones, L., & White, R. (2021). Interfaith Dialogue and Economic Cooperation. Global Journal of Interreligious Studies, 5(2), 123-138.

Khan, M. (2021). Innovative Financial Instruments in Islamic Economics: Sukuk and Beyond. Journal of Islamic Banking and Finance, 13(1), 56-70.

M Ricky RR, Muji U. 2022. Manajemen Krisis Pt. Berkah Wong Cilik "Shabu Hachi" di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmu Komunikasi UHO : Jurnal Penelitian Kajian Ilmu Sosial dan Informasi 8(2):201-208.

Mannan, A. (1992). Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, terjemahan Harahap, PA.

Penerbit PT. Intermasa, Jakarta.

Nanang R. 2020. Agama dan Perubahan Sosial Ekonomi. Tsaqofah Jurnal Agama dan Budaya 18(2):185-216.

Rahman, S. (2020). The Role of Religious Institutions in Economic Development.

Journal of Community Economics, 9(2), 101-115.

Smith, R. (2020). "Crisis Management and Decision Making". New York: McGraw-

Hill. Diakses dari https://books.google.com/books?id=crisis-management.

Smith, J. (2020). The Influence of Religious Ethics on Business Culture. Journal of 

Business and Society, 6(3), 44-58.

Suharyanti, Achmad HS. 2013. Analisis Krisis Pada Organisasi Berdasarkan Model Anatomi Krisis dan Perspektif Public Relations. Journal Communication Spectrum 2(2):165-185.

Taylor, B. (2022). Challenges of Integrating Traditional Values with Modern

Economics. Journal of Globalization and Cultural Studies, 10(1), 95-110.

Tiffany L, Nadhira AW, Eriza N, Jhonny SE, Agustinus S. 2023. Analisis Pengambilan Keputusan Strategis & Pemecahan Masalah di Perusahaan Perbankan. Jurnal Mirai Management 8(2):310-318.

Yusuf, A. (2018). Empowering Local Economies through Religious Institutions. Journal of Social and Economic Development, 7(3), 89-102.

Zulkifli, H. (2018). The Role of Zakat in Economic Equity. Islamic Economics 

Journal, 5(4), 34-47.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun