Mohon tunggu...
Reza Aprilia
Reza Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Teknologi Yogyakarta

Saya seorang mahasiswa program studi ilmu hubungan internasional di Universitas Teknologi Yogyakarta yang berasal dari Kalimantan Timur. Saya memiliki hobi memasak dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Konstruktivisme

21 Oktober 2024   07:37 Diperbarui: 21 Oktober 2024   07:38 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut model Social Construction oleh Alexandrov Maxym, Konstruktivisme, terutama dalam pendekatan identitas negara yang diwakili oleh Alexander Wendt (1999) dan Peter Katzenstein (1996a), telah menjadi bagian penting dari teori hubungan internasional yang sebelumnya didominasi oleh pendekatan rasionalis. Pendekatan konstruktivis ini sering dianggap sebagai tantangan serius terhadap dominasi teori rasionalis, dengan klaim bahwa kerangka teoritis berbasis identitas negara dapat menawarkan alternatif yang relevan untuk teori pilihan rasional. Konsep identitas memungkinkan perubahan kepentingan aktor untuk diintegrasikan ke dalam kerangka penelitian. Menurut logika konstruktivis, kepentingan negara dibentuk oleh identitas, sementara identitas negara (dan dengan itu, kepentingannya) dapat berubah seiring interaksi. Konstruktivisme bukanlah pola yang diinduksikan dari fakta empirik. Ia justru sebaliknya merupakan gagasan yang kontruksi dari interaksi di antara banyak aktor. Bila dilema  keamanan diinduksikan dengan metodologi Positivisme dari fakta empirik seharusnya Amerika tidak hanya terancam oleh nuklir Korea Utara dan Iran, namun juga oleh nuklir Israel maupun Inggris. Faktanya Amerika hanya terancam oleh Korea Utara dan Iran namun tidak oleh Inggris dan Israel, ini adalah indikasi yang menunjukkan betapa dilema keamanan merupakan kontruksi gagasan bukan induksi dari fakta empirik. Hal yang sama juga berlaku pada konsep balance of power, ia juga bukan seperti yang dikatakan para ilmuan positivis sebagai pola yang  diinduksikan dari fakta empirik, namun balance of power tidak lebih dari sekedar kesepakatan di antara banyak aktor yang kemudian menjdadi variabel yang berkorelasi positif dengan tingkah laku negara-negara sehingga tidak berperang. 

Konstruktivisme menjelaskan realitas hubungan internasional sebagai hasil dari berbagi gagasan di antara para aktor dalam dunia empiris. Para aktor dalam menentukan tindakan mereka tidak dipandu oleh kepentingan semata, melainkan oleh gagasan yang mereka kembangkan sendiri. Pada dasarnya, kepentingan itu sendiri, jika ditelusuri lebih jauh, berasal dari gagasan-gagasan tersebut. 

Perbedaan dengan Teori Realisme, Liberalisme, dan Marxisme

Realisme lebih menekankan kekuasaan dan keamanan negara sebagai aktor utama dalam sistem internasional yang anarkis, berfokus pada kepentingan materi.

Liberalisme mengutamakan interdependensi ekonomi dan peran aktor non-negara, melihat hubungan internasional sebagai jaringan kompleks.

Marxisme berfokus pada aspek ekonomi dan material, menolak pandangan konflik negara yang dominan dalam realisme dan liberalisme.

Persamaan

Konstruktivisme dengan Realisme

Keduanya mengakui bahwa sistem internasional bersifat anarkis, meskipun mereka menafsirkan maknanya secara berbeda dan baik konstruktivisme maupun realisme menganggap negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional, meskipun konstruktivisme juga menekankan identitas dan norma.

Konstruktivisme dengan Liberalisme

Keduanya mengakui bahwa sistem internasional bersifat anarkis, meskipun mereka menafsirkan implikasinya secara berbeda. Konstruktivisme dan liberalisme juga menekankan bahwa pentingnya aktor non-negara, seperti organisasi internasional dan masyarakat sipil, dalam mempengaruhi dinamika global.

Konstruktivisme dengan Marxisme:

Dalam faktor non material, konstruktivisme dengan marxisme menekankan pentingnya faktor non-material dalam hubungan internasional, seperti ide, norma, dan identitas, di samping kekuatan material. Keduanya juga melihat bahwa struktur sosial dan politik bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu, tergantung pada interaksi antar aktor.

Kesimpulan 

Konstruktivisme dalam teori hubungan internasional menekankan peran gagasan, identitas, dan interaksi antaraktor sebagai faktor yang membentuk kepentingan dan perilaku negara. Berbeda dengan pendekatan rasionalis yang lebih berfokus pada kekuatan materi atau kepentingan ekonomi, konstruktivisme melihat realitas internasional sebagai konstruksi sosial yang terbentuk melalui kesepakatan dan gagasan bersama. Konsep seperti dilema keamanan dan keseimbangan kekuatan bukanlah hasil dari induksi fakta empiris, melainkan produk dari gagasan yang berkembang dalam interaksi antaraktor. 

Dibandingkan dengan teori lain seperti realisme, liberalisme, dan marxisme, konstruktivisme lebih menekankan aspek non-material seperti identitas dan norma, meskipun ada persamaan dalam pengakuan terhadap sifat anarkis sistem internasional dan pentingnya peran negara. Pada saat yang sama, konstruktivisme juga memberi ruang bagi perubahan dalam struktur sosial dan politik melalui interaksi, menggabungkan aspek dinamis yang tidak selalu ditekankan dalam teori-teori lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun