Di sini saya benar-benar mengalami semacam "culture shock" karena posisi yang saya dapatkan di hari pertama magang ini sampai 3 bulan kedepan jelas berbeda 180 derajat dengan jurusan kuliah saya.Â
Saya mulai kebingungan dengan alur kerjanya, bagaimana untuk bisa multitasking, komunikasi dengan WhatsApp Web, ruangan-ruangan tiap divisi letaknya di mana, mesin fotokopi dimana, dan kebingungan-kebingungan lainnya.
Posisinya di jurusan yang saya pelajari tidak ada mata kuliah yang benar-benar related dengan posisi saya saat itu. Ada paling hanya sedikit, tidak banyak.Â
Saat itu, posisi humas menuntut saya banyak hal yang harus dikerjakan mulai dari melakukan pelaporan berkas-berkas, analisis media monitoring dengan excel dari beberapa surat kabar mulai dari Kompas, Jakarta Post, Surya, Radar Surabaya, Jawa Pos, dan lain-lain terkait pemberitaan baik, buruk dan netralnya perusahaan, melakukan pelaporan SKPD, Nota-nota tagihan perjalanan dinas, berkoordinasi dengan kasir dan keuangan dan masih banyak lagi.Â
Jadi pekerjaan yang saya lakukan di sini lebih ke "perkantoran" suasananya.
Sedangkan, jurusan yang saya ambil itu memang ada mata kuliah tentang komunikasi tapi lebih ke masyarakat bukan ke rekan kerja. Awalnya saya merasa benar-benar clueless dengan posisi yang saya dapat ini.Â
Saya berpikiran bahwa orang-orang yang duduk di sini itu lebih cocok yang memiliki background jurusan ilmu komunikasi, administrasi perkantoran, sekretaris, humas dan lain-lain. Tapi, entah mengapa saya yang jurusannya Agribisnis saat itu bisa dipercayakan buat magang dan ditempatkan di posisi ini. Terus bagaimana rasanya?
Sebenarnya, saat saya menjalani magang di perusahaan BUMN tersebut saya malah enjoy dan nyaman-nyaman saja. Apalagi pas tahu dresscodenya office look saya merasa ini passion saya karena suka sekali dengan baju yang rapi dan anak kantor banget lah. Di sini saya diberikan pembimbing lapang yang kebetulan usianya tidak beda jauh dengan saya.Â
Saya diajarkan bagaimana mengerjakan tugas-tugasnya, melakukan pelaporan yang rapi dan sistematis, banyak sharing-sharing soal pekerjanya di sini suasana kerjanya seperti apa dan sebagainya, lingkungan kerja, rekomendasi tempat makan siang deket kantor yang enak sampai ditraktir sama bos di sela-sela kerja. Awal-awal saya merasa sedikit terbebani karena load pekerjaan yang tiba-tiba banyak.Â
Saya ingat, hari Senin adalah pekerjaan yang paling banyak untuk mengerjakan laporan apalagi tepat akhir bulan bener-bener terasa beratnya.Â
Disini justru saya mendapatkan banyak pengalaman baru mulai dari relasi dengan divisi lain, diajak kunjungan ke gudang penyimpanan beras untuk launching sebuah program, terus kita melaporkannya dalam bentuk press release dan media monitoring, diajak senam pagi dan lomba 17 Agustusan mewakili divisi, menjadi peserta upacara di kantor dan masih banyak lagi keseruan dan pengalaman lainnya yang saya dapatkan.