Dakwah secara daring juga dapat menyelamatkan para santri dari belenggu ujaran kebencian. Diharapkan santri dapat menjadi insan yang berakhlakul karimah, mengedepankan kesadaran kritis sehingga terhindar dari ujaran kebencian, hoax, terorisme, sifat-sifat namimah, fitnah, dan adu domba.Â
Santri dinilai alim oleh masyarakat bukan hanya rajin beribadah kepada Allah, tetapi dapat menebarkan kebermanfaatan dan kesalehan secara sosial. Sehingga santri tidak menjadi kaum yang terpinggirkan dan sumbu pendek yang sangat mudah untuk masuk dalam jurang provokasi massa.
Santri juga diharapkan dapat memiliki skill-skill yang mampu membuka peluang untuk masuk dalam ranah digital. Salah satunya adalah menjadi insan santri yang memiliki jiwa kewirausahaan.Â
Kini dikenal dengan istilah santripreneur. Santri juga memiliki kesempatan untuk melakukan andil dalam kegiatan berdagang atau berwirausaha. Potensi pasar Indonesia yang sangat terbuka ditambah lagi dengan menjamurnya pelaku bisnis yang merambah ranah digital juga menjadi peluang yang sangat besar bagi para santri berkiprah di dunia wirausaha.
Kita tahu sendiri bahwa Rasulullah SAW memulai kiprahnya dalam dunia bisnis. Beliau merupakan sosok pebisnis yang telaten dan terampil dalam membaca peluang pasar yang dihadapi.Â
Berkat keuletannya dan kegigihannya dalam berdagang mengantarkan Rasulullah menjadi pribadi yang berdikari dan mandiri secara finansial di usia muda. Umat Muslim terkhusus para santri perlu meneladani kisah Rasulullah dalam berbisnis.Â
Hal yang bisa diambil adalah mandiri secara finansial di usia muda perlu kita rintis sedari dini. Kita mulai untuk berbisnis dari hal yang kecil saja dahulu namun membuahkan cuan yang deras.Â
Sudah sepatutnya, santri tidak hanya berpaku pada mendalami kitab-kitab yang sarat dengan makna. Tetapi santri juga turut andil dalam mengambil kesempatan untuk go digital sebagai seorang santri yang berjiwa enterpreneur atau santripreneur.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islami produk asli Indonesia dapat memberdayakan para santri untuk bisa mempelajari bisnis dan enterpreneurship.Â
Santri-santri dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara digital untuk melakukan pemasaran bisnis, melakukan pelatihan digital marketing oleh pakar ahli secara langsung mulai dari dasar-dasar digital marketing, keunggulan dan kelemahan digital marketing, potensi pasar, strategi digital marketing, pelatihan pembukuan sederhana dengan menggunakan Microsoft Excel, administrasi penjualan, dan lain-lain.Â
Kegiatan-kegiatan inilah yang bisa dilakukan bagi para santri untuk dapat membentuk minat berwirausaha menjadi santripreneur. Apalagi setelah santri mentas atau keluar dari pondok pesantren mereka telah dibekali ilmu-ilmu kewirausahaan sebagai bekal untuk membangun usaha di daerahnya masing-masing.