Kita perlu mengedepankan prasangka baik untuk cek, recheck, dan cross-check informasi-informasi yang muncul setiap detik, menitnya di media sosial. Saringlah terlebih dahulu sebelum kita sharing atau berbagi.Â
Jangan sampai malah berujung oversharing yang bisa-bisa menjadi overthinking hanya karena secuplik informasi yang telah kita dapatkan di media sosial.
Dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 6 Allah telah berfirman untuk menangkal hoax ini
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang seorang fasik kepadamu membawa berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan yang akhirnya kamu menyesalinya."
Ayat ini mengisyaratkan bahwa hoax itu tidak bisa ditelan secara mentah-mentah. Salah satu jalan untuk menangkal hoax adalah dengan verifikasi informasi. Sebagai makhluk yang memiliki akal dan pikiran, sejatinya kita telah diberkahi dengan berbagai ilmu. Contoh kasus dalam pandemi Covid-19, sudah berapa banyak berita hoax yang muncul ditengah-tengah kita.Â
Kita perlu untuk menetralisirnya dengan membaca penelitian-penelitian dari para ahli, mendengar pernyataannya langsung dari pakarnya, tidak bisa hanya berbicara "eh katanya si A... harus abcd. Kata si B blablabla". harus ada bukti kuatnya sehingga tidak bisa bicara yang cuma modal katanya aja.
Maka dari itu, para santri perlu dibentengi dengan ilmu pengetahuan dan konten-konten yang bermanfaat bagi dirinya di dunia maupun di akhirat. Sekarang ini metode dalam menyiarkan syiar agama sudah dapat dilakukan diberbagai platform.Â
Ada Youtube buat live streaming kajian ustadz-ustadzah, ada live chat kajian untuk membuka ruang bagi publik dengan menanyakan keresahannya sesuai topik kajian, ada media Instagram yang bisa para santri gunakan untuk membumikan ayat-ayat suci Al Quran dengan konten yang menarik dan menggugah kesadaran umat Muslim dalam setiap postingan yang dibuat.Â
Konten-konten islami yang diproduksi jika dikelola dengan rapi dan terstruktur akan dapat dengan mudah menjangkau viewers diluaran sana. Sejalan dengan pembuatan konten Instagram baik single post maupun carousel Instagram post juga dimaknai sebagai peningkatan budaya literasi digital santri agar tidak dipinggirkan sebagai kaum gaptek alias gagap teknologi.Â
Kini santri juga memiliki kesempatan yang sama dengan masyarakat untuk saling mendukung dalam mewujudkan era digitalisasi teknologi. Selain jago agama dan menyebarluaskan syiar agama, mereka juga bisa melek digital sebagai santri millenial.