Di pagi hari buta tanggal 1 Oktober pukul tiga lebih lima belas menit, tujuh detasemen diberangkatkan oleh Letkol Untung Syamsuri. Letkol Untung merupakan komandan Cakrabirawa pengawal presiden.Â
Ketujuh detasemen ini adalah gabungan dari resimen Cakrabirawa, Divisi Diponegoro dan Divisi Brawijaya. Mereka berangkat dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk menculik tujuh jenderal.Â
Tetapi atas dasar ego dan emosi yang berkecamuk bukannya diculik malah justru melancarkan tembakan yang bertubi-tubi tanpa henti dari sudut dan arah manapun.Â
Tiga dari tujuh perwira tinggi yang menjadi target penculikan langsung tewas di tempat yaitu Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono dan Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan.
Sedangkan tiga perwira tinggi yang lain yaitu Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal Siswondo Parman dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo ditangkap hidup-hidup. Untungnya, target utama yaitu Jenderal Abdul Harris Nasution, berhasil kabur dengan cara melompat pagar ke kebun kedutaan besar Irak.Â
Sayangnya, ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean ditangkap karena dikira Nasution dan putri Nasution yang bernama Ade Irma Suryani tertembak dan meninggal. Seorang brigadir polisi yang bernama Karel Sadsuitubun juga gugur.Â
Korban terakhir yaitu Albert Naiborhu, keponakan Jenderal Panjaitan, yang terbunuh ketika rumah sang jenderal sedang diserbu. Jasad para jenderal dibawa ke daerah bernama Lubang Buaya di dekat Halim lalu dibuang ke sumur. Para korban yang gugur akhirnya berhasil ditemukan pada tanggal 3 Oktober.
Pasca G30S PKI
Soeharto beserta teman-temannya langsung menuding kalau ternyata PKI yang menjadi biang keladi dari peristiwa G30S PKI ini. Kabar tentang mutilasi dan disiksanya para jenderal di Lubang Buaya telah berhasil disebarkan.Â
Demonstrasi anti-PKI dan kekerasan mulai terjadi di beberapa daerah. Kekacauan pun terjadi dan kecurigaan mulai tampak saat tentara melakukan sweeping untuk membunuh terduga komunis dan akhirnya DN Aidit pun berhasil ditangkap pada 25 November 1965 dan dieksekusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H