Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Motif di Balik Kisah Kelam Pertumpahan Darah G30S PKI 1965

30 September 2021   12:04 Diperbarui: 30 September 2021   12:10 3742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pagi hari buta tanggal 1 Oktober pukul tiga lebih lima belas menit, tujuh detasemen diberangkatkan oleh Letkol Untung Syamsuri. Letkol Untung merupakan komandan Cakrabirawa pengawal presiden. 

Ketujuh detasemen ini adalah gabungan dari resimen Cakrabirawa, Divisi Diponegoro dan Divisi Brawijaya. Mereka berangkat dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk menculik tujuh jenderal. 

Tetapi atas dasar ego dan emosi yang berkecamuk bukannya diculik malah justru melancarkan tembakan yang bertubi-tubi tanpa henti dari sudut dan arah manapun. 

Tiga dari tujuh perwira tinggi yang menjadi target penculikan langsung tewas di tempat yaitu Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono dan Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan.

Sedangkan tiga perwira tinggi yang lain yaitu Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal Siswondo Parman dan Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo ditangkap hidup-hidup. Untungnya, target utama yaitu Jenderal Abdul Harris Nasution, berhasil kabur dengan cara melompat pagar ke kebun kedutaan besar Irak. 

Sayangnya, ajudan Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean ditangkap karena dikira Nasution dan putri Nasution yang bernama Ade Irma Suryani tertembak dan meninggal. Seorang brigadir polisi yang bernama Karel Sadsuitubun juga gugur. 

Korban terakhir yaitu Albert Naiborhu, keponakan Jenderal Panjaitan, yang terbunuh ketika rumah sang jenderal sedang diserbu. Jasad para jenderal dibawa ke daerah bernama Lubang Buaya di dekat Halim lalu dibuang ke sumur. Para korban yang gugur akhirnya berhasil ditemukan pada tanggal 3 Oktober.

Pasca G30S PKI

Soeharto beserta teman-temannya langsung menuding kalau ternyata PKI yang menjadi biang keladi dari peristiwa G30S PKI ini. Kabar tentang mutilasi dan disiksanya para jenderal di Lubang Buaya telah berhasil disebarkan. 

Demonstrasi anti-PKI dan kekerasan mulai terjadi di beberapa daerah. Kekacauan pun terjadi dan kecurigaan mulai tampak saat tentara melakukan sweeping untuk membunuh terduga komunis dan akhirnya DN Aidit pun berhasil ditangkap pada 25 November 1965 dan dieksekusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun