Mohon tunggu...
Reyvan Maulid
Reyvan Maulid Mohon Tunggu... Freelancer - Writing is my passion
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penyuka Seblak dan Baso Aci. Catch me on insta @reyvanmaulid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hari Tani Nasional, Menelisik Minat Generasi Muda terhadap Pertanian Indonesia

24 September 2021   17:18 Diperbarui: 24 September 2021   17:20 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Jed Owen via Unsplash

Jatuh pada hari ini tanggal 24 September 2021 setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Tani Nasional.  Seperti yang kita ketahui sendiri bahwa pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Salah satu aktor yang berperan penting dalam bidang pertanian adalah petani sebagai penyangga tatanan Negara Indonesia. 

Namun sayangnya saat ini peningkatan jumlah kebutuhan pangan tidak berbanding lurus dengan jumlah petani yang ada. Dilansir dari Disbun Jabarprov bahwa profil petani secara nasional saat ini berdasarkan kelompok umur, sekitar 17,29% atau sebanyak 6,61 juta tenaga kerja pertanian berusia kurang dari 30 tahun; kemudian sekitar 29,15% atau sebanyak 11,14 juta orang berusia 30-44 tahun, lalu sekitar 32,39% atau sebanyak 12,38 juta orang berusia antara 45-59 tahun, dan sekitar 21,7% atau sebanyak 8,09 juta orang berusia di atas 60 tahun. 

Dari keseluruhan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut sekitar 65,23% nya berpendidikan setara SD ke bawah. Jadi bisa dibayangkan bagaimana bisa mengandalkan pelaku usahatani yakni petani untuk dapat menopang beban target sasaran dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Setidaknya ada berbagai alasan mengapa terjadinya penurunan minat generasi muda untuk berkontribusi dalam sektor pertanian. Susilowati (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa penurunan jumlah petani berusia muda disebabkan oleh berkurangnya keinginan pemuda, baik di daerah desa tempat tinggalnya maupun di daerah perkotaan untuk bekerja di sektor pertanian. Mereka memiliki kecenderungan untuk lebih memilih pekerjaan di luar sektor pertanian. 

Alasan lainnya yang menjadikan minat generasi muda terhadap sektor pertanian menurun adalah penggunaan teknologi di Indonesia juga masih tradisional dan tergolong teknologi yang rendah sedangkan sektor industri dan jasa sudah memiliki teknologi yang sangat maju sehingga banyak pemuda yang tertarik bekerja pada sektor tersebut dibandingkan bekerja di sektor pertanian. 

Rendahnya pendapatan, risiko yang tinggi pada usaha pertanian dan keuntungan yang tidak mencukupi dibandingkan dengan usaha di sektor lain membuat pertanian menjadi pilihan terakhir dibandingkan pekerjaan lain (Umunnakwe et al., 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salamah et.al., (2021) bahwa pemuda Indonesia banyak mengambil jurusan di bidang lain dan tidak begitu tertarik dengan jurusan pertanian karena mereka berfikir bahwa pertanian identik dengan pekerja kasar dan kemiskinan. 

Jurusan lain dipandang lebih bergengsi dan menjanjikan masa depannya, sehingga jurusan lainlah yang banyak diminati oleh para pemuda sekarang. 

Padahal negara kita ini memiliki tanah yang subur dan luas sehingga kita dapat memanfaatkannya supaya lebih baik dari yang sekarang ini. Jangan sampai negara kita mengimpor beras dari negara lain. 

Oleh karena itu peran pemuda dalam pengembangan pertanian sangat berpengaruh sekali dalam upaya peningkatan taraf rakyat desa yang sebagian pekerjaannya sebagai petani juga sangat berpengaruh dalam penyebaran informasi bagi para petani. 

Selain itu pemuda juga harus dibekali tata cara pertanian yang baik dan benar, sehingga sewaktu-waktu mereka dibutuhkan mereka telah siap untuk menghadapinya.

Minimnya minat generasi millenial untuk terlibat dan terjun langsung dalam sektor pertanian menandakan bahwa pertanian hari ini dinilai sudah tidak menguntungkan lagi. 

Selain itu, secara status masih dipandang rendah oleh sebagian orang. Oleh karena itu kaum muda sudah mulai kehilangan gairah untuk bertani. 

Situasi ini juga berimplikasi kurang baik terhadap target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045. 

Oleh karena itu perlu di tekankan bahwa melibatkan generasi muda adalah kuncinya, dan pertanian modern adalah solusi untuk menarik generasi muda agar terlibat dalam bisnis pertanian. 

Kaum muda di kalangan millenial perlu di dorong untuk menjadi petani. Sebab jadi petani saat ini adalah termasuk gaul dan perlu melek teknologi.

Menelisik hal ini juga perlu dilakukannya sebuah regenerasi petani. Hal ini dilakukan karena masalah usia dan penuaan petani menjadi fenomena penting. 

Usia disinyalir dapat berpengaruh terhadap keputusan petani dalam melakukan adopsi inovasi suatu teknologi pertanian dan kemampuan untuk meningkatkan produktivitas hasil usaha di bidang pertanian. 

Jika kegiatan produksi pertanian hanya dilakukan oleh generasi tua, maka perlahan tapi pasti, jumlah petani akan semakin berkurang dari tahun ke tahun. 

Akibatnya produksi pertanian juga tentu akan ikut menurun, dan selanjutnya sangat dimungkinkan akan terjadi ketidak-seimbangan antara ketersediaan produksi dengan kebutuhan konsumsi. 

Permintaan produk pangan diperkirakan akan terus naik seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, kemajuan ekonomi dan pertumbuhan industri pengolahan makanan.

Usahatani dalam dunia pertanian bukan hanya sekedar menanam lalu menuai hasilnya ketika panen. Tetapi merupakan bidang pekerjaan yang memerlukan keseriusan, didasari dengan pengetahuan khusus, ditangani secara professional, serta harus memiliki keterampilan teknis yang memadai, dan yang paling penting adalah memiliki kesiapan mental untuk mampu menghadapi berbagai resiko kegagalannya. 

Dunia pertanian di era modern ini tidak lagi ditangani secara tradisional, tetapi sangat terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana proses untuk menghasilkan produk pertanian yang unggul dan berdaya saing, telah ditunjang dengan berbagai kecanggihan teknologi pertanian yang serba digitalisasi. 

Oleh karena itu maka untuk mendorong generasi milenial kedalam dunia pertanian perlu adanya upaya khusus dalam memilih profil generasi muda yang cocok dan tahan uji di dunia pertanian.

Regenerasi petani dibutuhkan untuk mendukung keberlanjutan pertanian di masa depan terutama dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, karena generasi muda lebih capable dalam penggunaan teknologi jika dibandingkan dengan generasi lainnya. 

Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan Sudarsono & Kurniawan (2019), usia petani juga berpengaruh terhadap kesiapan menghadapi era revolusi industri 4.0 dimana pertanian nantinya akan dipenuhi oleh penggunaan mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan internet. 

Upaya regenerasi petani yang dapat dilakukan melalui pelatihan pertanian organik. Pertanian organik dipilih karena modal yang digunakan yang terjangkau dan harga jual produk organik lebih tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Pertanian organik juga memiliki dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat. 

Produk pertanian organik saat ini juga memiliki pangsa pasar yang bagus dan diminati oleh masyarakat. Produk organik dianggap lebih sehat, aman, dan memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi sehingga konsumen rela untuk membayar produk organik dengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk non-organik.

Regenerasi petani juga bisa dilakukan dengan pembangunan karakter khususnya generasi muda yang cinta pertanian. Insentif dan pelatihan di bidang pertanian bisa digalakan agar menarik angkatan kerja usia muda untuk terjun langsung di bidang pertanian. 

Seperti yang diterapkan di negara Kanada bahwa insentif diberikan kepada petani berupa pinjaman bergaransi, inovasi produk dan pengurangan suku bunga pinjaman untuk pendidikan dan pelatihan pertanian. 

Negara-negara seperti Kanada, Prancis, Inggris dan lain-lain begitu seriusnya menangani generasi muda di bidang pertanian khususnya untuk petani umur di bawah 40 tahun sehingga jangka panjangnya negara-negara tersebut masih mempunyai sumber daya manusia di bidang pertanian yang berkualitas.

Indonesia juga sudah memulai beberapa hal tersebut contonya sepert modernisasi pertanian menggunakan alat mesin pertanian sehingga pekerjaan di bidang pertanian menjadi efektif dan efisien. Terlebih lagi dengan hal tersebut dapat menarik minat generasi muda dalam mengelola komoditas pertanian

Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pertanian, Bapak Syahrul Yasin Limpo bahwa kredibilitas generasi muda di bidang pertanian saat ini semakin berkembang. "Saya makin percaya anak muda yang mau terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik. Tak hanya itu, generasi milenial bidang pertanian saat ini tak hanya sekadar bertani, namun juga cerdas berwirausaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital". 

Maka dari itu, pertanian Indonesia harus didukung dengan SDM unggul supaya mampu berinovasi dan beradaptasi dengan teknologi yang disiapkan. Kedepan petani milenial harus mampu merefleksikan semangat kebangkitan dan kejayaan negara agraris sebagai jalan dan upaya pemerintah dalam menjadikan indonesia lumbung pangan dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun