Penulis: Assyifa Nurul Adzmi, Nisa Sholihatul Ummah, Rey Tamara Jessica
Tanaman herbal biasa dimanfaatkan karena kandungan spesifik dari produk metabolisme sekunder. Metabolit ini biasanya memiliki khasiat tertentu dan dimanfaatkan dalam dunia farmasi menjadi bahan baku obat atau jamu. Bahan-bahan aktif ini (yang sering disebut bioaktif) dapat diambil dari bagian tertentu tanaman.Â
Penyusunan bioaktif ini membutuhkan waktu yang lama dan belum tentu memiliki kandungan yang diharapkan, hal ini dikarenakan metabolisme sekunder haruslah memiliki faktor lingkungan yang mendukung bioaktif tersebut tersusun dengan baik. Misalnya, kondisi tercekam membuat tanaman menghasilkan metabolit sekunder yang bersifat pertahanan (Einhellig, 1996).Â
Metabolit sekunder pertahanan ini umumnya dimanfaatkan dalam dunia farmasi sebagai antimikroba seperti pada bawang liar khas India, Ledebouria revoluta. Produksi bioaktif pada tanaman ini tidak cukup hanya dilakukan makropropagasi, karena itu sebagai upaya peningkatan pengadaan bioaktif ini dilakukan mikropropagasi. Mikropropagasi membuat tanaman menghasilkan metabolit sekunder yang diinginkan lebih efektif daripada makropropagasi.
Ledebouria revoluta merupakan tanaman yang dikenal dengan sebutan 'jangali pyaaj' (bawang liar) atau 'squill India' dan digunakan sebagai pengganti bawang oleh masyarakat suku Tamil Nadu, India. L. revoluta memiliki umbi yang berkhasiat sebagai antioksidan dan antimikroba sehingga secara tradisional digunakan dalam sistem etno-pengobatan di India dan Afrika Selatan.Â
Tanaman obat yang digunakan secara tradisional menjadi perhatian para apoteker karena melibatkan isolasi metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dan penggunaannya sebagai prinsip aktif dalam sediaan farmasi.Â
Homoisoflavonoid merupakan salah satu bioaktif yang terkandung dalam bawang liar, telah dilaporkan mempunyai berbagai bioaktivitas, seperti anti-mikroba, anti-mutagenik, anti-oksidan, imunomodulator, anti-diabetes, sitotoksik, anti-angiogenik, vasopelaksan, dan anti-inflamasi.Â
Karena pemanfaatan secara terus menerus dalam industri farmasi, permintaan akan bahan tanaman L. revoluta yang berkualitas semakin meningkat dari hari ke hari, dan membutuhkan pengembangan protokol perbanyakan in vitro yang cepat dan efisien.Â
Sekarang metode mikropropagasi diterima secara luas sebagai penerapan bioteknologi tanaman modern, yang digunakan untuk perbanyakan klonal tanaman obat dalam skala besar. Mikropropagasi merupakan suatu metode untuk mendapatkan eksplan klonal dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat.
Teknik yang digunakan dalam metode mikropropagasi in vitro ini terdiri dari desinfeksi permukaan, persiapan medium, induksi kalus organogenik, induksi tunas (bulblet) dan pematangannya, induksi akar in vitro, aklimatisasi dan evaluasi lapangan untuk tanaman hasil mikropropagasi, studi sitologi regeneran dan tanaman induk, sktivitas antimikroba, dan analisis data statistik.
Haque dalam penelitiannya (2018) mengemukakan perbaikan protokol pada mikropropagasi L. revoluta dan menunjukan bahwa dari ketiga jenis eksplan L. revoluta yang digunakan, eksplan lapisan umbi menunjukkan respon maksimum kemudian diikuti oleh eksplan lamina daun dan akar. NAA atau NOA yang ditambah dengan 2,4-D, menunjukan respon eksplan yang sangat baik ketika diinduksi kalus organogenik.Â