Bermacam masalah selalu muncul ketika itu. Entah yang melamar adalah suami orang, ada juga yang melamar ternyata anak dari keluarga yang dibenci orang tua si nenek saya (buyut), dan banyak masalah lainnya, yang ujungnya gagal.
Buyut saya bahkan melakukan berbagai cara, semacam menolak aura negatif yang mereka pikir bersemayam di tubuh nenek, sehingga jodohnya selalu gagal.
Kenyataannya, sampai orang tuanya meninggal, lalu perlahan nenek-nenek saya itu menua, hingga akhir hayatnya pun, tak pernah menemukan jodohnya.
Cerita tersebut saya dapatkan dari kakek nenek lainnya, dan mereka juga mengatakan kalau nenek-nenek yang selalu gagal menikah itu, tak pernah bisa menemukan jodohnya karena dihalangi aura negatif.
Saya yang sejak kecil memang tidak pernah percaya hal-hal yang kurang bisa masuk di logika, hanya tersenyum sambil mengguman dalam hati,
"Memang kedua nenek ditakdirkan nggak punya jodoh di dunia, kali!"
Jika nenek-nenek saya menjadi perawan seumur hidup dan menimbulkan gosip dengan mitos yang nggak masuk akal. Hal itu mungkin adalah wajar, karena kita semua tahu bagaimana kehidupan manusia zaman dahulu dalam menyikapi mitos yang ada.
Tapi, di zaman modern, saya kembali bertemu dengan seorang wanita yang sampai sekarang usianya 50 tahunan lebih, belum juga menikah.
Adalah Mbak Yuyu (nama samaran), dia merupakan teman kos saya ketika masih single dulu.Â
Melajang sampai usia sekarang, sama sekali bukanlah rencana hidupnya.
Jodohnya mulai terasa sulit diraih, sejak rencana pernikahannya dengan sang pacar gagal karena terhalang restu orang tua. Sejak saat itu, seolah jodohnya tak pernah bisa diraih.