Mohon tunggu...
Reyne Raea
Reyne Raea Mohon Tunggu... Penulis - Blogger Influencer Surabaya

Panggil saya Rey, mom blogger di reyneraea.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jadi Single Fighter Mom, Ini Cara Saya Mendidik Anak Melawan Bullying

5 Oktober 2023   11:26 Diperbarui: 5 Oktober 2023   17:50 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Single figter mom mendidik anak agar anti bullying | Ilustrasi oleh Pexel by Pixabay

Single fighter mom, tidak selalu adalah seorang ibu tunggal yang tidak mempunyai suami. Ada juga yang punya suami, tapi terpaksa berperan sendiri dalam mendidik anak, karena berbagai hal.

Sejatinya hal ini tidak dibenarkan, karena tumbuh kembang anak, terutama anak lelaki sangat bergantung pada ayah juga, bukan ibu semata. Terutama dalam melawan bullying atau perundungan di usia remaja, khususnya di sekolah.

Namun, hidup kadang tidak bisa selalu berjalan sesuai semua teori parenting yang ada. Realitanya, ada beberapa orang tua yang harus lebih berperan sendirian, khususnya dalam mendidik anak.

Dalam hal ini seperti kondisi saya, yang harus berjauhan dengan suami. Komunikasi jadi kurang lancar, sehingga terpaksa semua urusan anak-anak, mau tidak mau harus saya yang mengurusnya.

Termasuk dalam mendidik anak.

Memang, tidak akan sesempurna jika kedua orang tua berperan langsung dalam mendidik anak-anaknya, apalagi dalam kondisi saya yang kedua anak adalah lelaki.

Tapi, semua keterbatasan kondisi yang ada, bukanlah sebuah alasan untuk hanya menunggu dan membiarkan anak-anak tumbuh tanpa didikan, khususnya dalam melawan bullying, yang sekarang makin marak terjadi di mana-mana.

Kekerasan oleh siswa menjadi sebuah hal yang menakutkan buat saya. Bukan hanya takut anak jadi korban bullying di sekolah, tapi juga takut, jika anak jadi pelaku bullying.

Karenanya, hal mendidik anak untuk dapat tumbuh menjadi anak yang bisa menghindari dan melawan bullying itu, penting buat saya. Dan setidaknya, begini cara saya mendidik anak-anak lelaki, yang salah satunya telah duduk di sekolah menengah pertama:

Baca juga : Miris, Selalu Ada Anjing Dalam Obrolan Anak Zaman Now

1. Selalu Menyediakan Waktu untuk Bonding dan Berkomunikasi Dengan Anak-Anak

Belasan tahun menjadi ibu, dengan menghabiskan 24 jam bersama anak-anak, membuat saya bisa mempelajari bagaimana bersikap menghadapi anak-anak, khususnya anak sendiri ya.

Apapun yang saya berikan kepada anak, tak ada yang bisa melebihi pemberian waktu yang fokus kepada mereka. Anak-anak akan sangat gembira meski tidak perlu ke wahana bermain, asal saya mau menemani mereka bermain dengan fokus.

Dengan itu, saya bisa mendapatkan cinta yang besar dan tulus dari mereka. Dan ketika anak sudah mencintai orang tuanya, akan lebih mudah bagi mereka untuk terbuka dan berkomunikasi tentang apa saja kepada saya.

Dengan komunikasi tersebut, sebagai ibu saya bisa mengetahui seperti apa lingkungan sosial anak. Siapa saja temannya, bagaimana sikap temannya, bagaimana sikap dia terhadap temannya di sekolah. 

Anak juga jadi lebih terbuka dan dengan ikhlas membolehkan saya untuk mengecek ponsel yang dipercayakan kepadanya.  

Jadi, bonding dengan anak akan memudahkan komunikasi orang tua ke anak, dan juga mempermudah kontrol orang tua pada kehidupan anak, khususnya kehidupan sosialnya di sekolah.

Sehingga akan lebih mudah bagi orang tua untuk bisa menghindarkan anak dari bullying di sekolah, khususnya menjadi korban ataupun pelaku kekerasan oleh siswa.

Baca juga : Anak Libur Ibu Pusing, Anak Masuk Sekolah Ibu Kangen

2. Selalu Menanamkan Kepada Anak, Bahwa Keren itu Adalah Bukan Anak Pelaku dan Korban Bullying di Sekolah

Saya sering memperhatikan sikap anak-anak zaman sekarang, di mana hampir semua anak selalu berlomba menjadi anak yang keren. Wajar sih ya, saya juga dulu pernah mengalaminya.

Dan hal ini menjadi salah satu celah untuk saya menanamkan kepada anak, seperti apa pola pikir arti dari kata 'keren' itu.

Salah satunya dengan mengajarkan, bahwa anak yang keren itu adalah anak yang baik, yang shalih/ah, yang tentunya bukan pelaku kekerasan oleh siswa di sekolah. Dan berani menghindari dan melawan bullying agar tidak menjadi korbannya. 

Dengan modal rasa cinta anak kepada orang tua, sangat berperan dalam kemampuan meng-influence anak untuk menjadi anak seperti yang orang tuanya harapkan.

3. Mengajarkan Anak untuk Bisa Bijak Mengenal Batasan Lingkup Sosial yang Positif

Waktu kecil, ayah mendidik dengan keras agar saya wajib memilih teman yang pintar dan baik dalam berteman. Alasannya teman sangat bisa mempengaruhi anak dalam bersikap. 

Dan memang hal itu saya rasakan, dalam beranjak remaja saya hanya berteman dengan teman-teman yang menjadi juara kelas dan jauh dari label 'anak nakal'.

Sayangnya, hanya berteman dengan anak yang 'baik dan pintar' ternyata tidak selalu positif. Karena saya jadi tidak terlatih menerima kondisi orang lain dan tumbuh jadi anak yang super perfeksionis.

Karenanya, saya memutuskan untuk membiarkan anak-anak bisa bergaul dengan siapa saja. Asal tahu dan bijak mengenal batasan mana yang positif untuk lingkup sosialnya.

Dengan demikian anak tidak akan ikut-ikutan menjadi pelaku bullying, hanya karena salah satu temannya membully teman lainnya.

4. Menekankan Pada Anak Kalau Ortu Tidak Bisa Mentolerir Perilaku Bullying

Menjadi single fighter mom itu tidak mudah, dan hal ini membuat saya cenderung menjadi ibu yang galak. Untungnya saya punya senjata berupa pelukan, untuk membuat anak-anak  tetap mencintai ibunya yang galak.

Baca juga : Begini Cara Saya Meminimalisir Dampak Trauma Anak Setelah Dibentak

Dan bukan sekadar asal galak, sikap tersebut saya gunakan untuk menekan anak-anak, bahwa sebagai ibu, saya sangat tidak mentolerir perilaku bullying. Baik kepada pelaku, maupun kepada korban yang hanya diam melihat dan menerima bullying. 

Dengan kata lain, saya sangat tegas dan concern terhadap perilaku bullying di sekolah, khususnya terhadap kekerasan oleh siswa terhadap temannya.

5. Mencontohkan Kepada Anak Bagaimana Berperilaku dengan Baik Terhadap Lingkungan Sosial

Anak-anak adalah peniru ulung, karenanya sebagai ibu, mewakili orang tua mereka, saya selalu melatih diri agar menjadi sosok seperti yang saya inginkan anak-anak bersikap.

Dalam hal ini mencontohkan bagaimana seharusnya berperilaku yang baik terhadap lingkungan sosial. Di mana selalu membuka diri terhadap semua orang, tapi juga selalu punya batasan kenyamanan diri sendiri agar tidak dilanggar oleh orang lain, dalam hal ini oleh temannya.

Mencontohkan memperlakukan orang lain secara baikpun wajib dilakukan, agar anak bisa selalu berlaku baik kepada teman-temannya di sekolah.

6. Mengajarkan Anak Untuk Bisa Melawan Bullying

Bullying, seringnya terjadi ketika korbannya memilih diam dan seolah menerima semua perlakuan orang lain terhadap dirinya, meski itu membuatnya tidak nyaman. 

Diamnya korban justru bisa memicu meningkatnya jenis bullying di sekolah menjadi kekerasan oleh siswa.

Karenanya, bagi saya adalah penting untuk mengajari anak untuk bisa melawan bullying tersebut, dengan berani berkata tidak atau melawan jika merasa ada teman yang merugikannya. 

Memang sih, tidak selalu mengajarkan anak harus berantem untuk membela diri, karena saya seorang ibu. Tapi setidaknya saya bisa mengajarkan anak untuk berani speak up jika dirinya merasa dirugikan oleh sikap temannya.

Baca juga : Ayah, Terima Kasih Atas Didikan Kerasmu

Memang sih, masih jauh dari kesempurnaan untuk bisa mengajarkan anak berani melawan bullying, khususnya menghindarkan kekerasan oleh siswa di sekolah. 

Tapi, sebagai ibu, meskipun harus berperan sebagai single fighter mom, setidaknya ada hal yang bisa saya lakukan untuk membentengi anak dari perilaku bullying di sekolah. 

Karena kalau bukan saya sebagai ibu dan salah satu orang tua anak, siapa lagi yang bisa mengajarkan anak-anak untuk bisa menghindari kekerasan oleh siswa. Baik sebagai korban, maupun pelaku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun