Belasan tahun menjadi ibu, dengan menghabiskan 24 jam bersama anak-anak, membuat saya bisa mempelajari bagaimana bersikap menghadapi anak-anak, khususnya anak sendiri ya.
Apapun yang saya berikan kepada anak, tak ada yang bisa melebihi pemberian waktu yang fokus kepada mereka. Anak-anak akan sangat gembira meski tidak perlu ke wahana bermain, asal saya mau menemani mereka bermain dengan fokus.
Dengan itu, saya bisa mendapatkan cinta yang besar dan tulus dari mereka. Dan ketika anak sudah mencintai orang tuanya, akan lebih mudah bagi mereka untuk terbuka dan berkomunikasi tentang apa saja kepada saya.
Dengan komunikasi tersebut, sebagai ibu saya bisa mengetahui seperti apa lingkungan sosial anak. Siapa saja temannya, bagaimana sikap temannya, bagaimana sikap dia terhadap temannya di sekolah.Â
Anak juga jadi lebih terbuka dan dengan ikhlas membolehkan saya untuk mengecek ponsel yang dipercayakan kepadanya. Â
Jadi, bonding dengan anak akan memudahkan komunikasi orang tua ke anak, dan juga mempermudah kontrol orang tua pada kehidupan anak, khususnya kehidupan sosialnya di sekolah.
Sehingga akan lebih mudah bagi orang tua untuk bisa menghindarkan anak dari bullying di sekolah, khususnya menjadi korban ataupun pelaku kekerasan oleh siswa.
Baca juga :Â Anak Libur Ibu Pusing, Anak Masuk Sekolah Ibu Kangen
2. Selalu Menanamkan Kepada Anak, Bahwa Keren itu Adalah Bukan Anak Pelaku dan Korban Bullying di Sekolah
Saya sering memperhatikan sikap anak-anak zaman sekarang, di mana hampir semua anak selalu berlomba menjadi anak yang keren. Wajar sih ya, saya juga dulu pernah mengalaminya.
Dan hal ini menjadi salah satu celah untuk saya menanamkan kepada anak, seperti apa pola pikir arti dari kata 'keren' itu.
Salah satunya dengan mengajarkan, bahwa anak yang keren itu adalah anak yang baik, yang shalih/ah, yang tentunya bukan pelaku kekerasan oleh siswa di sekolah. Dan berani menghindari dan melawan bullying agar tidak menjadi korbannya.Â