Masa kecil saya, selalu diisi oleh bentakan beliau terhadap saya, kakak dan mama. Di lain waktu, beliau membanting semua barang, menonjok dinding dan kaca rumah hingga pecah, bahkan tidak jarang mengancam kami, anak-anaknya akan dibunuh.
Sungguh masa kecil yang sangat menyedihkan, di tengah kondisi ekonomi yang cukup sulit. Mama saya harus bekerja membiayai sekolah kami dengan menjadi seorang PNS, sedang bapak, entahlah, dia bekerja sesuka hatinya, berhasil ataupun enggak, yang penting terlihat bekerja.
Bapak sungguh tidak berguna, dan saya diam-diam berdoa agar beliau mati saja, atau minimal mama mau cerai dengannya.
Setidaknya, itulah yang ada di benak saya dalam usia sejak kecil hingga belasan tahun mengenal beliau.
Padahal, sebenarnya bapak tidaklah sejahat yang ada di pikiran saya, ada banyak sikap manis yang beliau lakukan, bahkan jauh lebih manis dari yang mama lakukan.
Sayangnya, karena sikap galaknya, semua kebaikan dan sikap manisnya tertutup sudah dari ingatan dan penglihatan saya.
Padahal, bapak saya lah yang :
- Selalu setia menggendong saya ketika saya sakit, meskipun saya sudah jadi anak gadis yang jangkung
- Selalu setia menyediakan waktu mendengarkan keluh kesah saya, meskipun saya selalu tertutup pada beliau.
- Selalu melindungi saya dari gangguan teman-teman saya yang nakal, pernah suatu hari bapak menghukum seorang teman SMP saya, hanya karena teman saya tersebut mencubit pipi saya.
- Selalu membiarkan saya memilih sendiri masa depan seperti apa yang ingin saya jalani, membebaskan memilih kuliah di mana, tinggal di mana serta menikah dengan siapa saja dengan syarat saya sudah lulus kuliah dan mandiri secara finansial.
Intinya semua hal yang seharusnya mama lakukan, malah diambil alih oleh bapak.
Terimakasih Telah Begitu keras dan Galak mendidik Anakmu Dulu
Akhirnya, hari yang saya nantikan sejak dulu tiba sudah.