Minggu 8 Januari kemarin, saya bersama suami mengajak anak kami menikmati liburan yang bermanfaat dan murah di Surabaya yaitu mengikuti tour Surabaya Heritage Track.
Surabaya Heritage Track atau SHT adalah layanan tour berkeliling di beberapa tempat bersejarah di Surabaya dengan menggunakan bis SHT dan di lengkapi tour guide.
Layanan ini GRATIS bagi semua orang, kita bisa daftar melalui websitenya atau datang langsung ke Museum House of Sampoerna dan akan di beri tiket untuk naik bis nya.
Kemarin, kami tidak kebagian tiket di schedulle pagi, yang selama Januari - Februari 2017 rute pagi di gunakan untuk wisata kuliner di daerah Ampel mengenal makanan Arab, China dan India.
Kami akhirnya daftar untuk schedulle siang pukul 13.00 dengan rute mengunjungi Museum Sepuluh November di Tugu Pahlawan dan juga mengunjungi bangunan kokoh nan mewah gedung kantor PTPN XI.
Tepat pukul 13.00, kami pun berangkat. Di sepanjang perjalanan kami di suguhi cerita - cerita sejarah dari berbagai bangunan kuno yang kami lewati.
Mulai dari gedung Internatio yang terkenal erat kaitannya dengan Jembatan Merah, di mana terjadinya pertempuran sengit antara pasukan Inggris dengan tentara Indonesia yang di dukung oleh pasukan Tionghoa yang telah menghuni daerah di sekitar jembatan Merah tersebut. Dan di dekat gedung itulah Brigjend Mallaby tewas kala itu.
Bis terus melaju melewati berbagai bangunan tua penuh sejarah di Surabaya, hingga akhirnya sampailah kami di Tugu Pahlawan.
Setelah kami turun dari bis, sang tour guide nya meminta kami untuk berkumpul sejenak di depan sebuah relief yang ada di area parkir tersebut. Dan mulailah tour guide bercerita, kalau ternyata relief - relief tersebut menceritakan asal muasal Surabaya.
Asal Usul Surabaya
Berawal pada tahun 1292, kaisar Khu Bilai Khan mengutus tentara Tar Tar untuk menguasai kerajaan Singasari yang sudah di kuasai raja Jayakatwang (Raja Kediri), pada akhirnya tentara Tar Tar berhasil di kalahkan dan di usir oleh pasukan Raden Wijaya pada tanggal 31 Mei 1293.
Setelah itu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit yang berpusat di Trowulan, Mojokerto. Sedang Hujung galuh (di yakini sebagai daerah Surabaya) berkembang sebagai salah satu pusat perdagangan di Jawa.
Setelah perang melawan tentara Tar Tar dan pasukan Raden Wijaya di daerah Hujung Galuh, keluarlah “Mitos Cura-Bhaya”
Cura berarti kemakmuran, sedang Bhaya adalah bahaya.
Yang kemudian seiring waktu berubah pelafalannya menjadi Surabaya.
Dari situlah di ambil simbol Ikan Sura (Hiu) dengan Buaya, yang mana ikan Hiu di lambangkan akan Tentara Tar - Tar yang datang dari laut, sedang Buaya adalah pasukan Raden Wijaya dari darat yang akhirnya bertemu dan bertempur di Hujung Galuh alias daerah pesisir Surabaya.
Jadi bukan seperti cerita dongeng yang mana ikan hiu dan buaya bertemu lalu berantem hehehe..
Tapi bisa juga kisah dongeng tersebut juga benar, mengingat sejarah lambang tersebut diambil dari pertempuran tentara Tar Tar dan pasukan Raden Wijaya :D
Namun, kisah yang sebenarnya hingga kini juga masih di pertanyakan, dan di relief yang ada di depan monumen Tugu Pahlawan juga tidak di jelaskan dengan benar, apakah benar Hujung Galuh itu adalah Surabaya di masa lampau?
Nah, tertarik mengetahui banyak sejarah - sejarah lampau di Surabaya khususnya? jangan lupa sempatkan mengikuti tour GRATIS SHT yaa..
Kisah saya selengkapnya bisa di lihat
Semoga bermanfaat :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H