Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menjalani Hidup dengan Filosofi Beladiri

22 September 2022   00:51 Diperbarui: 19 Desember 2022   18:20 1811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bruce Lee (Sumber: Shutterstock/Anton Ivanov via Kompas.com)

Begitupun dalam silat, para pelatih saya mengharuskan siswanya minimal mampu split tengah agar kita bisa menendang lebih atas dengan sempurna.

Dari situ saya mulai menyadari bahwa bela diri adalah kombinasi antara "keras" dan "lentur". Dan saya yakin ini tidak hanya berlaku dalam bela diri silat, namun juga di bela diri yang lain seperti, karakte, kungfu, taekwondo dll. Meski ada bela diri yang memang lebih mengandalkan "soft power" dan "kelenturan" dalam hal defense.

Akhirnya banyak sekali pelajaran yang saya dapat ketika saya mulai berlatih bela diri. Menurut saya bela diri bukan hanya tentang mengajarkan bagaimana caranya berkelahi atau bertahan melindungi diri, tapi menurut saya lebih dari itu.

Salah satu pelajaran yang saya dapat ketika belajar bela diri adalah melatih mental ini menjadi lebih kuat, apakah kita bisa sabar dan persisten dalam berlatih dan menguasai seluruh materi yang ada? Apakah kita adalah orang yang tahan banting atau mudah menyerah ketika ada materi atau teknik yang cukup sulit untuk dipelajari?

Saya pertama berlatih silat sekitar tahun 2017 (Sumber: dokumen pribadi)
Saya pertama berlatih silat sekitar tahun 2017 (Sumber: dokumen pribadi)
Dari situlah terlihat bagaimana kualitas diri kita. Apakah kita akan selalu sabar, telaten, tekun dalam menjalani prosesnya sampai menguasai materinya atau malah pada akhirnya menyerah?

Berkat berlatih bela diri pula akhirnya saya punya sebuah kesimpulan bahwa, kalau dalam bela diri saja kita butuh fleksibilitas dan kelenturan agar tidak sakit dan bisa menghasilkan teknik yang sempurna, apalagi dalam hidup kita juga perlu yang namanya fleksibilitas.

Bayangkan kalau kita kaku dalam menjalani hidup apa yang akan terjadi? Sudah pasti rasanya sakit seperti halnya pada saat saya berguling ke depan. Kalau tidak hati-hati mungkin bisa berujung cidera.

Apalagi dalam hidup, misalnya terlalu kaku pikirannya, sulit menerima hal baru, kurang open minded, terlalu kaku dan terpaku pada rencana, tidak punya banyak plan dan fleksibel, maka jelas ujung-ujungnya pasti akan sakit.

Lebih sakit rasanya daripada punggung saya yang jatuh ketanah karena tubuh ini kurang lentur dalam melakukannya. Karena realita itu tentu jauh, jauh, jauh, jauh lebih pahit apabila sejak awal kita terlalu kaku dalam menjalani hidup.

Maka dari itu, mulailah untuk belajar lebih fleksibel agar realita hidup kita tidak babak belur dan sakit lalu kemudian akhirnya kecewa dan sulit menerima apa yang telah terjadi. Itulah beberapa pelajaran yang saya dapat dari bela diri.

Tulisannya sampai di sini saja ya, karena perut saya sudah mulai lapar dan tidak bisa lagi konsentrasi. Dadah semuaaaaaaa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun