Sejak pristiwa itu pertama kali diumumkan dan kemudian polri menggelar beberapa kali konfrensi pers melalu Karopenmas dan Kapolres Jaksel, pengamat dan ahli kriminologi pun menyebut bahwa diperkirakan baru sekitar 5% fakta yang baru terungkap kepublik.
Artinya masih ada bongkahan es besar dan kebenaran yang sesungguhnya yang belum terungkap dibalik pristiwa ini. Nama baik Polri dipertaruhkan, Kapolri sedang diuji kredibilitasnya dan publik terus menunggu fakta yang sesungguhnya.
Kita bisa mencermati kejanggalan-kejanggalan yang sejak awal memang mengundang tanda tanya besar. Seperti beberapa kejanggalan-kejanggalan berikut ini:
Pertama, keterangan polri yang berubah-ubah dan kofrensi pers yang baru dilakukan setelah tiga hari kejadian.
Kedua, cctv yang dikatakan rusak selama kejadian, namun baru-baru ini Polri menyatakan sudah menemukan cctv tersebut.
Ketiga, pistol yang digunakan oleh Bharada E jenis Glock-17 disinyalir adalah pistol yang biasa digunakan oleh perwira tinggi bukan oleh golongan tamtama.
Keempat, polri menyatakan bahwa ini adalah pristiwa baku tembak, namun faktanya pihak keluarga menyebut menemukan beberapa luka sayatan dan luka memar di beberapa bagian tubuh brigadir J.
Kelima, pada saat menggelar konfrensi pers, Polri tidak menunjukan barang bukti, baik berupa pistol atau pun butir peluru yang katanya di temukan di TKP.
Keenam, pihak keluarga brigadir J mengaku smartphone keluarganya sempat diretas pasca kejadian meninggal puteranya tersebut.