Ada satu keanehan dalam diri saya yang akhir-akhir ini sering muncul dan mengganggu pikiran. Saya tidak tahu apakah itu "diri saya" atau perasaan ini sebenarnya ditimbulkan oleh keadaan yang sedang saya jalani.
Akhir-akhir ini, hampir setiap hari saya merasa jenuh. Saya merasa telah kehilangan separuh jiwa saya. Saya merasa kurang "bergairah" lagi dalam menjalani hidup. Saya merasa kehilangan tenaga dan merasa terjebak dalam lubang yang sama.
Seperti jatuh dalam lubang buaya namun saya terus mengambang dan tak pernah benar-benar jatuh kedasar lubang. Hanya mengambang dan berputar-putar disitu saja.
Saya jenuh bukan karena saya sedang demotivasi atau karena saya mengeluh dengan kehidupan saya. Bukan, tapi saya jenuh karena saya merasa hidup saya terlau "biasa-biasa" saja.
Anda tahu pasti bagaimana rasanya, diusia saya yang masih muda dan produktif yang penuh dengan ambisi ini lagi-lagi saya harus ditampar oleh realita bahwa semua rencana yang telah saya rancang dan saya pikir akan "berhasil" ternyata nihil, gagal, bahkan hanya berhasil setengah jalan.
Lalu saya harus kembali memulainya dari awal, membangunnya kembali, menatanya kembali berharap kali ini semua yang sudah saya rancang itu benar-benar terjadi dan menjadi realitas hidup yang saya inginkan.
Kadang saya jenuh dengan hari-hari yang itu-itu saja, orang-orang yang itu-itu saja, lingkungan yang itu-itu saja, tempat yang itu-itu saja, teman yang itu-itu saja, pekerjaan yang itu-itu saja, saya hampir jenuh dan tidak menemukan sesuatu yang membuat saya bergairah kembali.
Bahkan sempat terbersit dalam diri ini, ingin sekali saya pergi dari beberapa orang yang saya pikir hanya melemahkan saya. Tidak mendukung saya, terlalu parasit dan gemar mendikte gerak-gerik saya, terlalu ikut campur dan ingin mengurusi kehidupan saya. Saya benar-benar muak dengan orang-orang seperti itu.
Saya tidak tahu harus berapa lama lagi saya harus melewati berbagai kejenuhan dan kondisi yang tidak memberdayakan saya ini. Saya tidak suka hidup yang "biasa-biasa" saja.
Saya dipastikan selalu merasa bosan ketika mengerjakan sesuatu yang "begitu-begitu" saja. Melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin yang itu-itu saja dan "gampang-gampang" saja.
Saya selalu menginginkan hidup dimana saya "merasa hidup" dan "bergairah" untuk menyelesaikan setiap "tantangan" yang ada. Saya butuh "tantangan" dan "petualangan". Singkatnya, saya ingin memiliki kehidupan yang "dinamis"
Saya tahu apa yang harus saya tuju. Maka dari itu saya memilih profesi dimana saya bisa memberikan dampak yang besar bagi kehidupan orang lain, orang banyak.Â
Saya ingin banyak orang merasa "terbantu" dan "tercerahkan" melalui kehadiran saya. Saya ingin banyak orang datang berbondong-bondong lalu mengantre hanya karena ingin diberi "solusi", "pencerahan" atau pun "advice" saya.
Saya hanya ingin hidup saya lebih berguna. Saya tidak ingin merasa diri ini kerdil, lemah, payah dan tak mampu berbuat banyak untuk dunia ini dan orang sekitar. Saya selalu merasa "itu bukan saya" ketika saya mendapati diri saya terjebak dalam lingkungan yang membuat saya merasa kerdil dan tidak memberdayakan saya.
Kadang dalam kesendirian saya seringkali berpikir, apakah saya berubah terlalu cepat? Atau orang-orang disekitar saya yang justru telah berubah dan saya tidak menyadarinya?
Apakah transformasi dan frekuensi kesadaran saya meningkat melaju lebih cepat dibanding orang-orang disekitar saya? Saya kadang hampir selalu merasa "sendirian" dan sok-sokan "mengadaptasikan diri" pada lingkungan atau orang-orang yang sebenarnya bukan habitat "saya banget".
Kadang-kadang saya selalu lebih nyaman menepi di pojok ruangan, sendirian sembari memutar lagu-lagu sendu, ketimbang harus bergumul dengan beberapa orang yang hanya menyedot dan menghabiskan energi saya saja.
Bagi saya menjadi sendirian itu tak menjadi masalah. Saya justru bisa lebih tenang, hening, fokus dan cerdas dalam merancang suatu hal untuk dilakukan apabila sudah tidak adalagi satu batang hidung pun yang bisa diajak bicara.
Saya lebih senang dan riang mendengarkan suara-suara Tuhan yang "berbisik" melalui hati saya, ketimbang suara-suara sumbang yang datang dari sekeliling saya. Bagi saya semua suara-suara itu tidak lebih dari sekadar nada-nada fals yang tak ada gunanya.
Saya hanya ingin ada disekeliling orang-orang hebat dimana saya merupakan satu diantara orang itu. Saya hanya ingin dikelilingi oleh orang yang "sehaluan" (sefrekuensi) dengan saya. Saya hanya ingin memiliki support system yang kuat dan sahabat-sahabat yang bisa memberdayakan saya.
Namun saya yakin, karena saya selalu berani "mengikuti kata hati", kondisi krisis yang seperti ini pun suatu saat pasti akan membawa saya ke kondisi lain yang jauh lebih baik. Saya tidak pernah salah dalam mengambil keputusan, hanya saja Tuhan sedang menempa mental saya untuk lebih bersabar.
Saya tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, entah Tuhan akan memberi kejutan atau pelajaran apa lagi. Saya yakin Tuhan selalu memiliki maksud baik dalam setiap rentetan kejadian dan kondisi hidup yang saya alami. Saya mesti percaya, saya mesti bersabar. Karena semua pasti akan indah pada waktunya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H