Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rasa Jenuh yang Tidak Biasa

31 Mei 2022   19:42 Diperbarui: 31 Mei 2022   19:43 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hanya ilustrasi (Sumber: Dokumen pribadi)

Saya selalu menginginkan hidup dimana saya "merasa hidup" dan "bergairah" untuk menyelesaikan setiap "tantangan" yang ada. Saya butuh "tantangan" dan "petualangan". Singkatnya, saya ingin memiliki kehidupan yang "dinamis"

Saya tahu apa yang harus saya tuju. Maka dari itu saya memilih profesi dimana saya bisa memberikan dampak yang besar bagi kehidupan orang lain, orang banyak. 

Saya ingin banyak orang merasa "terbantu" dan "tercerahkan" melalui kehadiran saya. Saya ingin banyak orang datang berbondong-bondong lalu mengantre hanya karena ingin diberi "solusi", "pencerahan" atau pun "advice" saya.

Saya hanya ingin hidup saya lebih berguna. Saya tidak ingin merasa diri ini kerdil, lemah, payah dan tak mampu berbuat banyak untuk dunia ini dan orang sekitar. Saya selalu merasa "itu bukan saya" ketika saya mendapati diri saya terjebak dalam lingkungan yang membuat saya merasa kerdil dan tidak memberdayakan saya.

Kadang dalam kesendirian saya seringkali berpikir, apakah saya berubah terlalu cepat? Atau orang-orang disekitar saya yang justru telah berubah dan saya tidak menyadarinya?

Apakah transformasi dan frekuensi kesadaran saya meningkat melaju lebih cepat dibanding orang-orang disekitar saya? Saya kadang hampir selalu merasa "sendirian" dan sok-sokan "mengadaptasikan diri" pada lingkungan atau orang-orang yang sebenarnya bukan habitat "saya banget".

Kadang-kadang saya selalu lebih nyaman menepi di pojok ruangan, sendirian sembari memutar lagu-lagu sendu, ketimbang harus bergumul dengan beberapa orang yang hanya menyedot dan menghabiskan energi saya saja.

Bagi saya menjadi sendirian itu tak menjadi masalah. Saya justru bisa lebih tenang, hening, fokus dan cerdas dalam merancang suatu hal untuk dilakukan apabila sudah tidak adalagi satu batang hidung pun yang bisa diajak bicara.

Saya lebih senang dan riang mendengarkan suara-suara Tuhan yang "berbisik" melalui hati saya, ketimbang suara-suara sumbang yang datang dari sekeliling saya. Bagi saya semua suara-suara itu tidak lebih dari sekadar nada-nada fals yang tak ada gunanya.

Saya hanya ingin ada disekeliling orang-orang hebat dimana saya merupakan satu diantara orang itu. Saya hanya ingin dikelilingi oleh orang yang "sehaluan" (sefrekuensi) dengan saya. Saya hanya ingin memiliki support system yang kuat dan sahabat-sahabat yang bisa memberdayakan saya.

Namun saya yakin, karena saya selalu berani "mengikuti kata hati", kondisi krisis yang seperti ini pun suatu saat pasti akan membawa saya ke kondisi lain yang jauh lebih baik. Saya tidak pernah salah dalam mengambil keputusan, hanya saja Tuhan sedang menempa mental saya untuk lebih bersabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun