Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Dukung dan kunjungi channel Karyakarsa : Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Beberapa Moment yang Membuat Saya Lebih Memilih Diam daripada Berbicara

17 Januari 2022   17:34 Diperbarui: 27 Januari 2022   15:06 1173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tutup mulut (Sumber: kabar6.com)

Jadi butuh pemikiran yang terbuka dan telinga yang lebar serta hati yang luas untuk dapat menerima gagasan-gagasan dan pemikiran orang-orang kreatif.

Hal yang kedua karena paman saya memiliki wawasan yang luas dan interest yang sama dengan saya. Jadi bisa disebut kami ini "satu level" soal pemikiran, sehingga kami selalu berada dalam "satu frekuensi" yang sama.

Kami sama-sama menyukai dunia seni dan keindahan. Kami sama-sama menyukai kreativitas dan sesuatu yang unik untuk dinikmati secara visual. Singkatnya, kami merupakan pemuja seni sejati.

Dari mulai seni rupa, seni musik, hingga seni bela diri. Kami sama-sama menyukainya. Sehingga tidak heran berkat kesamaan intrest itu pada akhirnya kita bisa terus ngobrol ngalor ngidul, saling bergantian bercerita, hingga bertukar ide dan gagasan dengan intens.

Seru banget, panjang dan deep sekali setiap kali saya ngobrol dengan paman saya itu. Hanya dia lah satu-satunya orang yang saya anggap paling mampu mengimbangi pemikiran saya. Khususnya soal seni dan kreativitas.

Hal yang ketiga mengapa saya sangat begitu nyaman dan mau antusias bercerita dan berbicara lebih banyak dengan dirinya karena meskipun dia lebih berpengalaman dan memiliki wawasan yang lebih luas daripada saya.

Dia tidak pernah menutup diri terhadap hal baru dan memiliki rasa penasaran yang sama seperti halnya saya ketika ingin menggali suatu bidang yang ingin saya ketahui.

Misalnya dia tidak segan bertanya kepada saya seputar dunia radio. Apa saja keuntungan yang didapat ketika menjadi seorang penyiar radio, apa peluang karir bagi seorang penyiar radio, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang akhirnya membuat saya semangat untuk menjawab, menceritakan dan membagikan pengalaman yang saya punya.

Dia tidak malu dan gengsi untuk belajar dari orang yang lebih muda. Kalau dia merasa informasi itu dia butuhkan, dia akan terlihat penasaran dan menanyakannya kepada saya.

Saya masih teringat betul ketika itu dia meminta ide dari saya untuk memulai suatu bisnis dengan keahlian yang dia punya. Dimulai ingin membangun Farm Resto dengan konsep alam, hingga berencana membuat sanggar seni membuat saya akhirnya berpikir keras untuk menyumbangkan ide terbaik yang saya punya untuk mewujudkan cita-citanya itu.

Sebaliknya saya pun tidak segan-segan bertanya dengan rasa penasaran tentang bagaimana caranya merawat bonsai? Atau bagaimana sejarah Karate dan bagaimana caranya meraih black belt? Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tentunya berkaitan dengan seni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun