Memang saya juga sangat menyanyangkan dengan beberapa aksi "kekerasan" yang beliau lakukan. Namun hal itu dilakukan bukan tanpa sebab, pasti selalu ada sesuatu yang melatarbelakangi tindakannya itu.
Misalnya ketika beliau terkena kasus hukum pemukulan terhadap seorang driver online. Didalam persidangan beliau mengakui sendiri dimata hukum negara, tindakannya itu memang salah dan tidak dibenarkan, tapi dalam hukum agama apa yang dilakukannya itu menurutnya sudah benar semata-mata karena ingin membela kehormatan isterinya sendiri.
Terlepas dari segala kontroversi, atau pun juga "kekerasan-kekerasan" yang beliau lakukan, bagaimana pun HBS adalah seorang ulama sekaligus dzuriat Nabi.
Apa buktinya kalau HBS adalah seorang ulama? Beliau telah banyak belajar ilmu agama, hafal ratusan hadist dan kira-kira telah 18 tahun lebih menimba ilmu agama di beberapa pondok pesantren. Hal ini yang tidak banyak orang tahu dan luput dari sorotan media.
Apa buktinya kalau HBS cinta NKRI dan Pancasilais sejati? Buktinya sudah banyak para tahanan yang masuk islam dan mereka napi teroris yang sempat menuduh pemerintah Indonesia thogut, polisi thogut, kembali kepada pangkuan NKRI dan menjadi ahlu sunnah waljama'ah setelah HBS tegur dan luruskan.
Lalu, dimana letak radikalnya? Kenapa kebaikan-kebaikan yang beliau lakukan tidak banyak diekspos oleh media?
Dalam salahsatu kesempatan, beliau pernah ditanya oleh salahseorang netizen, tentang apa hukumnya mengaji sambil merokok, HBS pun menjawab, menurutnya tidak baik. Dan dia pun mencotohkan ketika sedang mengajar dirinya tidak merokok.
"Sekarang kan udah selesai ngajarnya. Tadi pas ana ngajar ana kan enggak ngerokok, yang buruk-buruk dari ana jangan ditiru lah. Jangan dicontoh!"Â
Sebagai perokok dia pun mengakui bahwa kebiasaannya itu merupakan hal buruk dan berpesan kepada muridnya agar jangan ditiru.
Begitulah sejatinya Bahar Bin Smith. Dia sudah terlahir dengan watak yang keras dan idealisme tinggi dalam membela agama dan kehormatan datuknya yakni Baginda Nabi SAW. Beliau selalu tampil apa adanya tanpa dibuat-buat.