Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Semesta "Memaksa" untuk Bersedekah

27 Desember 2021   20:31 Diperbarui: 1 Januari 2022   01:31 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedekah (Sumber: dailymail.com via kompas.com)

Bagi orang muslim sedekah merupakan bentuk amal kebaikan sekaligus bagian daripada ibadah yang sangat dianjurkan.

Bukan hanya ada dalam ajaran agama Islam, saya meyakini bahwa semua agama mengajarkan manusia untuk berbagi dan menyisihkan sebagian hartanya bagi orang lain.

Secara sederhana sedekah berarti mengeluarkan sebagian daripada harta kepada orang lain yang membutuhkan. Membagi apa yang dimiliki dan menyalurkan apa yang seharusnya menjadi milik orang lain.

Bahkan kalau dalam ajaran islam sedekah dipercaya sebagai penolak bala, jika diartikan secara harfiah bala atau al-bala berarti "ujian" atau "cobaan". Setidaknya itu yang termaktub dalam beberapa Hadits Nabi.

Bahkan jika seseorang sudah ada dalam level spirtualitas yang dalam, ia akan merasa kalau sedekah itu merupakan kewajiban, bukan lagi sekadar amal kebaikan yang sangat dianjurkan.

Fenomena itu terbukti sering terjadi berkali-kali dalam hidup saya. Kalau sedekah itu memang benar-benar seperti sebuah kewajiban. Jika dilaksanakan maka akan dapat balasan baik dan jika dilanggar maka akan dapat hukuman.

Berkali-kali semesta mengingatkan kalau saya sedang punya hutang sedekah dengan cara yang tak terduga-duga sehingga pada akhirnya mengharuskan saya bersedekah secara "terpaksa"

Ini merupakan kisah nyata. Bukan sebuah karangan. Mungkin siapa tahu anda juga sering mengalaminya. Tapi biasanya banyak orang yang tidak sadar terhadap apa yang dialaminya itu, sehingga dirinya menganggap bersedekah itu merupakan sebuah kerugian dan seharusnya itu tidak terjadi.

Jadi, dalam definisi yang lebih sederhana, sedekah adalah mengeluarkan sebagian harta atau berbagi. Anda sebenarnya sudah bisa disebut bersedekah ketika membelanjakan uang anda, atau ketika melarisi pedagang kaki lima yang sedang berjualan dipinggir jalan.

Dalam kehidupan ini sebenarnya semesta ingin agar kita konsisten mengeluarkan sesuatu sebagaimana seharusnya. Jika saja kita telat bahkan enggan mengeluarkan atau memberikan sesuatu yang sudah seharusnya menjadi milik orang lain, maka semesta sendiri yang akan mengambilnya secara paksa.

Dengan cara apa? Ini yang kadang banyak orang tidak tahu. Maka dari itu izinkan saya menguraikan dan memberikan contoh kasusnya dalam tulisan ini.

Saya akan mulai dengan sebuah cerita. Tapi ini cerita asli bukan rekaan.

Pada hari minggu kemarin ketika cuaca sedang cerah-cerahnya, saya sudah merencanakan untuk keluar karena ada suatu agenda yang perlu dikerjakan.

Maka bersiap-siaplah saya, pergi mandi dan mengenakan pakaian yang rapi. Singkat cerita saya sudah siap pergi keluar dan tinggal tancap gas.

Namun tanpa diduga-duga, tiba-tiba suatu insiden terjadi. Ketika baru saja saya memasukan kunci kedalam lubang kontak motor yang akan saya tumpangi, kunci tersebut malah macet, celakanya masih dalam keadaan terkunci stang.

Alamakkk, ada-ada saja. Padahal semalam tidak ada tanda-tanda insiden itu akan terjadi. Semua terlihat baik-baik saja dan lancar-lancar saja.

Anehnya kenapa itu terjadi tepat disaat motor itu akan digunakan? Nah, nah nah, ini yang saya maksud sebagai pertanda bahwa kita sedang perlu dan harus bersedekah.

Maka untuk bisa mengendalikan insiden tersebut, mau tidak mau saya perlu meminta bantuan montir atau mekanik yang ngerti soal bongkar membongkar dan memperbaiki motor. Beruntung ada salahsatu saudara saya yang bisa melakukan itu.

Maka tanpa menunggu lama, saya pun meminta pertolongan dia untuk memperbaikinya. Karena dia sudah ahli, tak butuh waktu lama baginya untuk melucuti body demi body motor saya. Hingga semuanya terlihat telanjang.

Dia memang ahli dan cekatan sekali soal pekerjaan ini. Tak salah saya meminta bantuannya untuk memperbaikinya.

Mau tidak mau, jika ada tenaga yang keluar, seenggaknya kita harus hargai meski dengan nominal yang tidak seberapa. Bukan begitu?

Beruntung hanya dengan sebungkus rokok dan kopi favoritnya, dia terlihat tidak keberatan dan mau membantu memperbaiki masalah yang terjadi pada motor saya itu.

"Oh ini kunci stangnya macet, sudah pada karatan." Begitu menurut analisanya. Akhirnya terkuaklah sudah dimana letak masalahnya.

Hanya berselang sekitar satu jam akhirnya kunci pun kembali normal. Masuk, lancar sebagai mana mestinya dan motor pun akhirnya bisa dihidupkan.

Sial!! ternyata masalahnya cuma gitu aja. Setelah diperbaiki kunci kontaknya pun normal dan tidak macet lagi.

Dari kejadian itulah saya sedikit tertampar, mungkin saya memang kurang bersedekah. Atau enggan mengeluarkan apa yang seharusnya saya keluarkan.

Apa pelajaran yang bisa didapat dari kejadian kunci motor macet tadi?.

Kita tidak tahu sodara saya yang memperbaiki motor tadi apakah sedang punya uang atau tidak, kita tidak tahu sodara saya yang memperbaiki motor itu, dihari itu dia sudah merokok atau tidak, tapi yang jelas melalui cara motor saya yang kuncinya macet lah akhirnya dia bisa punya sebungkus rokok tanpa harus membelinya.

Mungkin kalau seandainya kunci kontak motor saya tidak macet, dia tidak akan dapat rokok hari itu. Melalui kejadian itulah akhirnya dia bisa mendapatkan rokok, cukup dengan menukar tenaganya selama satu jam.

Saya tahu bagaimana perasaannya ketika sedang tidak punya uang lalu ingin merokok, namun tanpa disangka-sangka tiba-tiba ada yang ngasih rokok, atau tiba-tiba ada job kecil-kecilan dan upahnya bisa dibelikan rokok.

Sumpah demi neptunus, bahagia banget rasanya. Karena saya dulu adalah perokok. Jadi saya tahu betul bagaimana rasanya. Mungkin perasaan bahagia itu pula yang dialami sodara saya tadi.

Ini yang saya maksud semesta dengan secara terpaksa akan memaksa kita bersedekah kalau kita enggan mengeluarkan bagian yang memang sudah seharusnya untuk orang lain.

Saya yakin anda pun setidaknya pernah mengalami insiden-insiden yang datang tiba-tiba, yang mengharuskan anda mau tidak mau harus mengeluarkan uang.

Ban yang tiba-tiba bocor di tengah jalan pun bisa jadi merupakan pertanda bahwa, tukang tambal ban yang anda temui itu sedang membutuhkan uang dan pada hari itu dia berdo'a ingin diberikan rezeki yang banyak.

Maka dipilih lah anda oleh Tuhan untuk menjadi agen penyalur rezeki-Nya.

Begitulah memang pada hakikatnya. Perkataan Nabi selalu benar. Bahwa sedekah itu terbukti dan nyata bisa menjauhkan kita dari bencana atau ujian. Karena kalau kita enggan, maka semesta yang akan langsung turun tangan mengambil milik kita itu dengan cara-cara yang kurang enak.

Jadi, jangan lupa berbagi dan bersedekah.

Salam Hangat

Reynal Prasetya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun