Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Si Kucing Malang yang Menerobos Kabut Pagi

1 November 2021   17:54 Diperbarui: 1 November 2021   18:34 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jarak tempuh dari rumah ketempat kerja (Tangkapan layar apk google maps ponsel pribadi)

Pagi ini saya mengawali bulan november dengan perasaan yang berdosa dan rasa bersalah yang teramat dalam. Saya tak menyangka insiden itu bisa terjadi dan saya betul-betul menyesal karena tak bisa berbuat apa-apa.

Pagi tadi sekitar pukul 04.50 Wib saya berangkat dari rumah dengan tergesa-gesa. Yang seharusnya saya berangkat dari rumah ke tempat kerja pukul 04.30 Wib, akhirnya saya berangkat agak telat dari waktu yang seharusnya.

Estimasinya kalau saya berangkat pukul 04.30 Wib saya sampai di tempat kerja sekira pukul 06.00 Wib dan harus langsung siaran mengisi acara pagi menyapa para pendengar setia.

Tempat kerja saya sebenarnya masih berada diwilayah Kabupaten Sukabumi namun berada disebelah selatan yang berbatasan langsung dengan kota Sukabumi tepatnya wilayah Selabintana yang terkenal dengan wisata alamnya. Jadi saya perlu melewati kota untuk sampai di wilayah tersebut.

Sementara rumah saya terletak jauh disebelah utara sana persis berada dibawah kaki gunung salak tepatnya Kecamatan Parakansalak yang diera kolonial zaman dahulu wilayah ini terkenal dengan perkebunan teh nya yang membentang sepanjang jalan.

Jadi kalau menurut pengukuran aplikasi google maps, setidaknya saya perlu menempuh perjalanan sekitar 40 KM untuk sampai di tempat kerja saya ini.

Jarak tempuh dari rumah ketempat kerja (Tangkapan layar apk google maps ponsel pribadi)
Jarak tempuh dari rumah ketempat kerja (Tangkapan layar apk google maps ponsel pribadi)

Jika tidak terjadi kemacetan normalnya dalam 1 jam 30 menit saya baru sampai dari rumah ke tempat kerja.

Saya sendiri termasuk orang yang amat jarang mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Kalau pun sedang terburu-buru biasaya saya hanya mengendarai motor dalam kecepatan medium, ya agak ngebut sedikit lahh.

Tapi untuk pagi tadi saya terpaksa harus berangkat dengan sangat tergesa-gesa karena tidak bangun lebih pagi dari yang seharusnya.

Berangkatlah saya dengan sangat terburu-buru, karena kalau tidak saya bisa telat 30 menit. Itu artinya uang transport saya bisa dipotong jika sampai telat sampai 30 menit.

Saya pun mulai memacu motor saya dengan penuh semangat, setiap polisi tidur yang ada dijalan pun saya libas tanpa ampun.

Udara dingin pagi yang sangat menyengat tubuh pun tak saya hiraukan, begitu pun dengan rintik-rintik gerimis yang membuat jalanan semakin basah tak mengurangi semangat saya untuk memacu motor semakin kencang. 30 menit akhirnya berlalu dan 14 KM pun sudah saya lewati.

Disuatu jalan yang sepi yang kiri kanan hanya ada kebun dan jurang tapi tak terlalu terjal sih, saya masih memacu kendaraan dengan begitu kencang. Namun kabut masih saja menutupi setengah jalan yang cahaya matahari pun baru mengintip malu-malu pagi itu.

Tiba-tiba disaat saya sedang fokus-fokusnya melajukan motor saya dengan kencang-kencangnya, seekor hewan misterius tiba-tiba lari menerbos kabut tanpa permisi. Ia lari dengan begitu kencang dan tampak terburu-terburu seperti dikejar oleh ratusan warga komplek layaknya maling yang sedang ketahuan mencuri.

Dan akhirnyaaaaaaa...... brakkkk, entah tubuh bagian mana yang tertabrak. Bahkan saya hampir saja terjatuh tergelincir akibat insiden itu. Namun beruntung saya masih bisa bermanuver mengontrol kendaraan saya supaya tetap stabil.

Astagfirullah, ucapku dalam hati, saya belum bisa memastikan apakah hewan tadi kucing atau musang. Karena cukup besar dan berwarna kuning. Pagi itu benar-benar dipenuhi dengan kabut tebal yang cukup mengganggu.

Saya segera menghentikan motor, lalu menengok kebelakang sekira 20 meter hewan itu terkapar dijalan. Saya ingin sekali mendekat dan memastikan bagaimana nasibnya, saya ingin memastikan dia baik-baik saja.

Namun sayang, waktu saya tidak banyak. Perjalanan masih sangat jauh dan saya harus segera sampai ditempat kerja. Saya semakin merasa bersalah dan berdosa setelah kejadian itu. Terlebih saya adalah seorang pecinta hewan termasuk kucing.

Namun saya melihat dari arah berlawanan ada pria bermotor tepat berhenti di tempat dimana hewan itu tergeletak. Saya yakin hewan itu memang kucing. Bukan musang. Musang pasti ukurannya lebih besar dari itu.

Dia mulai melihat-melihat bagaimana keadaan dan kondisi kucing itu dan saya berharap si pria itu mau dengan tulus menyelamatkan dan merawat kucing itu. :(

Di sepanjang perjalanan saya hanya bisa mengutuki diri sendiri kenapa itu harus terjadi. Kenapa saya tidak mengemudikan motor dengan pelan sehingga saya bisa berhenti dengan tepat disaat kucing itu tengah menyebrang.

"Ini tidak disengaja, ini tidak disengaja, ini tidak disengaja." Gumam saya dalam hati berkali-kali. Tapi entah kenapa saya benar-benar merasa bersalah dan berdosa sekali karena tidak menyempatkan waktu untuk memastikan keadaannya.

Sekujur tubuh saya spontan lemas terkulai karena tidak tega dan sangat kasihan dengan si kucing tadi dan tidak sempat melihat langsung bagaimana kondisinya setelah insiden itu.

Saya benar-benar pengecut yang tidak bertanggung jawab dan menelantarkan dia begitu saja. Kalau saya wanita mungkin saya sudah menangis dijalan saat itu juga dan entah apa yang harus dilakukan dengan situasi tersebut.

Meski sepenuhnya bukan salah saya, karena itu bukan kejadian yang disengaja, tapi entah kenapa saya merasa menyesal teramat dalam dan merasa berdosa atas kejadian itu.

Kenapa sih si kucing tadi harus tiba-tiba muncul begitu saja dari arah semak-semak sehingga saya tidak bisa dengan cepat mengantisipasi dan menghindarinya? Kenapa dia menyebrang dan berlari begitu cepat tepat disaat moncong kendaraan saya begitu dekat dihadapannya? Kenapa dia begitu ceroboh berlari seolah tak menghiraukan keadaan sekitar bahkan nyawanya sendiri?

Harusnya kucing itu menyebrang dua menit atau paling tidak satu menit lebih awal sebelum saya melewati jalan tersebut sehingga tidak terjadi insiden itu.

Atau harusnya saya satu menit lebih lambat melewati jalan itu sehingga kucing itu bisa menyebrang dengan aman dan tak berpapasan dengan saya di jalan itu.

Tapi, itulah yang namanya hidup. Ada saja sesuatu yang tak disangka-sangka. Ada saja sesuatu diluar dugaan. Ada saja sesuatu yang tak dapat diprediksi.

Akhirnya disetiap melihat kucing apalagi kucing yang ada dijalan, saya jadi teringat peristiwa itu. Dan saya jadi bertekad ingin mencintai dan melindungi semua kucing yang ada di bumi ini tanpa terkecuali.

Bila perlu saya akan menjadi seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak kucing. Dimana kucing-kucing kampung yang terlantar dijalan harusnya diberi perlindungan, diberi tempat tinggal dan makanan yang layak.

Ya Allah semoga kucing tadi baik-baik saja, saya benar-benar merasa bersalah, merasa berdosa, tapi memang itu tidak disengaja, saya sama sekali tak berniat untuk melukai dan mencederai kucing itu. Ini hanya kecelakaan bukan kesengajaan..... :'(

Ya Allah ma'afkan saya, semoga dia baik-baik saja. :'(

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun