Mohon tunggu...
Reynal Prasetya
Reynal Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Broadcaster yang hobi menulis.

Penyuka Psikologi, Sains, Politik dan Filsafat yang tiba - tiba banting stir jadi penulis Fiksi. Cerita-cerita saya bisa dibaca di GoodNovel: Reynal Prasetya. Kwikku: Reynal Prasetya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Si Kucing Malang yang Menerobos Kabut Pagi

1 November 2021   17:54 Diperbarui: 1 November 2021   18:34 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jarak tempuh dari rumah ketempat kerja (Tangkapan layar apk google maps ponsel pribadi)

Di sepanjang perjalanan saya hanya bisa mengutuki diri sendiri kenapa itu harus terjadi. Kenapa saya tidak mengemudikan motor dengan pelan sehingga saya bisa berhenti dengan tepat disaat kucing itu tengah menyebrang.

"Ini tidak disengaja, ini tidak disengaja, ini tidak disengaja." Gumam saya dalam hati berkali-kali. Tapi entah kenapa saya benar-benar merasa bersalah dan berdosa sekali karena tidak menyempatkan waktu untuk memastikan keadaannya.

Sekujur tubuh saya spontan lemas terkulai karena tidak tega dan sangat kasihan dengan si kucing tadi dan tidak sempat melihat langsung bagaimana kondisinya setelah insiden itu.

Saya benar-benar pengecut yang tidak bertanggung jawab dan menelantarkan dia begitu saja. Kalau saya wanita mungkin saya sudah menangis dijalan saat itu juga dan entah apa yang harus dilakukan dengan situasi tersebut.

Meski sepenuhnya bukan salah saya, karena itu bukan kejadian yang disengaja, tapi entah kenapa saya merasa menyesal teramat dalam dan merasa berdosa atas kejadian itu.

Kenapa sih si kucing tadi harus tiba-tiba muncul begitu saja dari arah semak-semak sehingga saya tidak bisa dengan cepat mengantisipasi dan menghindarinya? Kenapa dia menyebrang dan berlari begitu cepat tepat disaat moncong kendaraan saya begitu dekat dihadapannya? Kenapa dia begitu ceroboh berlari seolah tak menghiraukan keadaan sekitar bahkan nyawanya sendiri?

Harusnya kucing itu menyebrang dua menit atau paling tidak satu menit lebih awal sebelum saya melewati jalan tersebut sehingga tidak terjadi insiden itu.

Atau harusnya saya satu menit lebih lambat melewati jalan itu sehingga kucing itu bisa menyebrang dengan aman dan tak berpapasan dengan saya di jalan itu.

Tapi, itulah yang namanya hidup. Ada saja sesuatu yang tak disangka-sangka. Ada saja sesuatu diluar dugaan. Ada saja sesuatu yang tak dapat diprediksi.

Akhirnya disetiap melihat kucing apalagi kucing yang ada dijalan, saya jadi teringat peristiwa itu. Dan saya jadi bertekad ingin mencintai dan melindungi semua kucing yang ada di bumi ini tanpa terkecuali.

Bila perlu saya akan menjadi seorang aktivis yang memperjuangkan hak-hak kucing. Dimana kucing-kucing kampung yang terlantar dijalan harusnya diberi perlindungan, diberi tempat tinggal dan makanan yang layak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun